07. Legs

12 2 0
                                    

Sekarang, disini lah Kenjiro. Pantai bagian timur kerajaan. Malam telah menghiasi langit di atas sana, dan Sejujurnya, Kenjiro tidak yakin dengan hal hal seperti ini, tapi... kita harus mencoba kan?

Terlebih lagi, Shoyo yang bersikeras mendorong Kenjiro agar menemui Eita di timur.

Kini, Kenjiro tengah terduduk di pasir pantai sembari menatap kalung kerang di tangannya. Tsutomu dan Shoyo hanya menatap Kenjiro bingung.

"Ada apa?" Tanya Shoyo.

"Entahlah... kau yakin?" Ujar Kenjiro.

"Ayolah Kenjiro, kita sudah membahas ini... kau ingin menemuinya bukan? 4 bulan itu seperti menunggu salmon bermigrasi, itu lamaa" ujar Shoyo.

"Aku hanya ikut saja, terserah kau" ungkap Tsutomu tak mau terseret seret masalah.

Kenjiro hanya menatap kalung tersebut sekali lagi dan menggenggamnya erat. Ia membulatkan tekadnya, lalu memakai kalung tersebut.

Cahaya biru mulai keluar dari kalung tersebut, dan lagi lagi Kenjiro merasakan panas pada siripnya, dan rasa gatal pada insangnya.

Kenjiro menutup matanya, menahan rasa sakit yang menjulur pada tubuhnya.

"Kenjiro!" Ujar Tsutomu tak tega melihat Kenjiro.

Sirip Kenjiro memancarkan cahaya biru. Insangnya pun perlahan mulai tertutup. Kenjiro merasa siripnya terbelah menjadi dua. Rasanya sakit, Kenjiro tahu itu.

Setelah menahan rasa sakit yang ia jumpai di siripnya, akhirnya semuanya berhenti. Kenjiro membuka kedua matanya dan merasakan bahwa kini ia memiliki dua kaki menggantikan siripnya.

Kenjiro merasakan desiran angin menyentuh kulitnya. Kenjiro meringkuk kedinginan dengan tubuh yang tak terbalut sehelai benang pun.

Tsutomu dan Shoyo masih menatap tak percaya apa yang mereka lihat. Namun, mereka langsung sadar dan melihat ke sekitar untuk menutup tubuh Kenjiro.

Nihil, mereka tak menemukan apa yang para manusia sebut itu sebagai pakaian. Tapi, mereka menemukan jubah cokelat disana.

Entah punya siapa jubah cokelat itu, persetan dengan pemiliknya, kini Kenjiro lebih membutuhkannya.

"Kenjiro! Kenakan ini" ungkap Tsutomu memberi Kenjiro jubah cokelat itu.

Kenjiro hanya mengenakannya. Rasanya tak nyaman, karena ia merasa bahwa tubuhnya langsung bergesek pada kain jubah tersebut.

"Kenjiro... apakah kau bisa berjalan?" Tanya Shoyo.

Kenjiro diam tak yakin. Ia hanya berusaha mendirikan tubuhnya, namun nihil, ia terjatuh kembali. Sakit ia rasakan di kakinya akibat langsung berbenturan dengan pasir pantai.

Tak menyerah, Kenjiro meraih batu besar disebelahnya, dan berusaha berdiri dan berjalan.

Setengah jam Kenjiro habiskan waktu untuk belajar berdiri dan berjalan, dibantu Tsutomu dan Shoyo yang sigap menahan tubuh Kenjiro jika kehilangan keseimbangan.

Di saat Kenjiro berhasil mengatasi masalahnya, ia tersenyum lega, dan merasa bangga pada dirinya.

"Lihat! Aku yakin kau bisa!" Ujar Tsutomu.

"Ya! Kenjiro pasti bisa!" Lanjut Shoyo.

"Sekarang, kau tinggal berjalan masuk kedalam hutan, lurus saja, nanti kau akan bertemu sebuah desa" ungkap Tsutomu.

"Bawa ini Kenjiro!" Ujar Shoyo sembari memberi Kenjiro sekantung kerang berkilau.

"Aku dengar kau bisa menukarnya di desa manusia" ujar Shoyo dengan senyum khasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

scale and feet - SemiShiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang