I. Cross Path

144 12 0
                                    

Aku berjalan menyelusuri gedung kantorku, awalnya aku kira bisa berteman dengan sebagian orang disini namun ternyata mereka masih terlalu formal dan kaku, ini menyesakkan.

Langkahku menuju kaca yang memperlihatkan seluruh pemandangan dari lantai 41 ini sebelum salah satu rekanku datang menyapa sembari membawakan kopi.

"Hai Cessa, kau disini ternyata!"

Aku tidak pernah suka kopi namun aku tetap menerimanya lalu menyesap kopi itu.

"Apa kau punya waktu? aku punya beberapa project menarik yang bisa diajukan." Lanjutnya, aku tidak terlalu mengenal namanya karena kehadirannya tidak berkesan bagiku.

Tanganku terangkat untuk mengisyaratkannya untuk pergi dari hadapanku sekarang, orang itu segera beranjak pergi dengan helaan nafas berat.

Begitu munafik.

Beberapa tahun lalu aku sadar dengan semua perlakuan orang sekitar terhadapku, mereka menjilat, mengambil keuntungan seperti parasit. Sejak aku sadar semuanya tidak pernah sama, aku menjadi penakut dan menutupi diri, aku lebih kesepian bahkan hampir tidak punya teman dekat selain Natalya, anak dari kolega Ayahku.

Hari ini aku memutuskan untuk membaur, mengenal beberapa orang dikantor Ayah, tapi tetap saja mereka memuakkan.

Aku membuang kopi yang sedari tadi ku pegang, lalu mengangkat panggilan di handphone ku yang sedang berdering dari Natalya.

"Kau dimana? Cepat kesini" Ucapnya setengah berteriak, terdengar lagu disco yang tampak meriah dari ujung sana, ia pasti berada di Club lagi.

Secara garis besar, Natalya masih tahu cara bersenang senang dihidupnya walaupun ia juga seorang Nepo Baby, terkadang aku iri padanya dan ingin mulai bersenang senang juga.

———

Ramai sekali Club ini, aku mengitari seluruh tempat tapi tak kunjung menemukan Natalya.

Banyak orang berdesakkan seperti sedang mengelilingi sesuatu, aku mengikuti arah mereka pergi lalu tak percaya dengan apa yang dilihat oleh mataku sendiri, shock.

Seorang pria tinggi dengan rambut putih tengah memukuli beberapa orang didepannya, mataku menangkap Natalya diseberang juga sedang terkejut dengan apa yang terjadi.

Instingku langsung mendatangi Natalya lalu mengajaknya keluar dari Club ini namun tiba tiba semua orang bertepuk tangan, mereka mengangkat tangannya keatas seperti sedang merayakan sesuatu.

Apa-apaan ini?

"Nata, kau tahu apa yang terjadi?" Teriakku memanggil Natalya, suaraku tidak akan terdengar karena tempat ini sangat bising.

Tiba-tiba pria tinggi berambut putih itu melewati kami kemudian pergi begitu saja dengan tangan bersimbah darah. Beberapa orang meneriaki nama Sylus sambil terus bertepuk tangan hingga terdengar lagu disco lagi.

"Nata—"

Ucapanku terpotong ketika Natalya langsung membungkamku "Kau datang pada saat yang tepat, kau lihat pria tadi? dia Sylus si legendaris itu" Bisik Natalya dengan mata berbinar binar "Kami sedang mencoba keberuntungan, jika ada yang berani memanggil Sylus maka kami beruntung"

Beruntung?

"Kabarnya jika Sylus keluar dan memukuli beberapa orang yang mengkonsumsi narkoba, Club ini akan terus aman dari incaran polisi selama satu tahun ke depan." Lanjutnya lagi membuatku mengernyit.

The IntimacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang