III. The night we met

83 11 0
                                    

Sudah seminggu dan mimpi itu semakin parah.

Aku bahkan bermimpi sudah melakukan foreplay dengan pria itu, banyak adegan intim seperti menelanjanginya lalu mencium seluruh tubuhnya hingga ia juga menelanjangiku dan memberikan kenikmatan pada bagian intiku, meskipun aku sama sekali tidak mengingat wajahnya tiap aku terbangun.

Hari ini aku bangun dengan kantung mata besar, aku mencoba begadang kemarin namun tetap saja tertidur saat subuh, masalahnya aku memiliki proyek yang harus diselesaikan.

Mimpi sialan itu terus membuatku kurang fokus.

Kini kami sedang rapat penting untuk membahas penjualan kedepannya, aku terus mengeluh tentang detail kecil yang mereka lewatkan ketika presentasi, ya biar aku terlihat bekerja saja.

Aku melirik ponselku yang berisi pesan teks dari Natalya yang sedang mencari Sylus, tentu saja aku harus meluruskan salah paham itu namun pria itu sama sekali tidak muncul sejak pertemuan kami minggu lalu.

Beberapa kali kami ke Clubnya pun ia tidak ada, aku malah berpikir ia sepertinya malu karena sudah menuduhku yang tidak-tidak lalu memutuskan untuk menghilang.

Sore ini aku akan menghadiri pesta pelantikan para petinggi, aku kembali ke rumah untuk menyiapkan pakaian yang kukenakan nanti.

Ayah akan menilai penampilanku sangat kritis karena ia tahu aku sering menjadi pusat perhatian koleganya.

Jadi aku memakai dress merah gelap bludru selutut dengan stocking hitam lalu heels perak, aku harap ini tidak terlihat begitu buruk.

———

Pesta berjalan seperti biasa, aku meneguk beberapa wine karena sangat bosan, Ayah memberikan pidato diatas panggung, aku juga harus menyapa dan menyelamati kolega-kolega Ayah yang sudah dilantik.

Mataku tertuju sofa di ruang tengah, tepat sekali aku sedikit pusing dan lelah, aku harus duduk di tempat sepi yang empuk.

Ketika menduduki sofa tersebut, aku melihat Natalya yang terlihat seperti sedang dijodohkan oleh anak dari rekan Ayahnya.

Aku tertawa renyah karena tahu ia pasti membenci tingkah Ayahnya.

"May i sit here?" Ucap pria asing yang tiba-tiba muncul dari sampingku.

Aku hanya mengangguk ramah sembari menahan sakit kepalaku, tidak mungkin 'kan aku tipsy?

Sofa yang kududuki ini lumayan panjang, seharusnya ia tidak duduk sedekat ini denganku? Refleks aku langsung geser ke ujung kursi.

Mataku remang-remang melihatnya mengarahkan tangannya kearahku, walau pandanganku sedikit buram, aku tetap menepis tangannya lalu mundur kebelakang lagi.

"Hei kenapa kau menjauh? sini!" Goda pria itu yang semakin membuatku bergidik ngeri, sialan dia pikir aku wanita macam apa?

Aku kembali mundur hingga terjatuh dari sofa dan meringis sakit, dengan memantapkan mentalku, aku berdiri lalu menghadap pria itu, "Apa kau gila?" Bentakku pada pria asing tersebut.

Pria asing itu malah tertawa sinis sembari mendekatiku, tepat ketika langkahnya semakin dekat, ia terlempar begitu saja ke belakang.

Aku melotot mencari tubuhnya yang terlempar, aku sempat melihat orang yang melemparnya namun tidak terlalu jelas.

Pandanganku buram melihat tubuh pria itu terkapar di lantai, kemudian pandanganku menjadi fokus ketika melihat Sylus berdiri di hadapan kami.

The IntimacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang