EX-1

125 17 8
                                    

"Aku gak mau mi, pokoknya aku gak mau nikah sama Violet."

Alisa berpindah duduk ke sebelah sang anak. Menggenggam tangan putra sulungnya demi meredakan kemarahan anaknya itu.

"Hito, mami minta tolong banget sama kamu. Mau ya nak, kasihan Violet ayahnya baru aja meninggal. Apalagi tante Anna juga sakit-sakitan. Dia gak punya siapa-siapa lagi selain kita, nak."

"Terus urusannya sama aku apa, mi? Apa aku yang harus bertanggung jawab atas semua takdir yang dia terima? Aku juga berhak atas hidupku, mi."

"Kamu pikir papi dan mami sekedar asal mau menikahkan kalian?!" Sungut Jusuf setelah dari tadi hanya diam mendengar penolakan sang anak.

"Kalian kan sudah bersahabat dari kecil. Dulu waktu kamu SD bahkan kamu yang merengek sama papi supaya Violet jadi istri masa depan kamu. Kan sekarang benar papi turuti."

Wajah Hito seketika memerah malu teringat ucapannya sendiri dulu. "Y-ya itu kan cuma perkataan anak kecil, pi. Gak usah papi seriusin lah." Ujarnya dengan nada lelah.

"Lagian aku sama Violet juga sudah gak sahabat lagi. Sudah ilfeel aku sama dia." Imbuh Hito lagi masih berusaha membuat orangtuanya membatalkan perjodohan konyol itu.

"Memangnya apa yang buat kamu sampai ilfeel dengan Violet?" Tanya Jusuf skeptis.

Hito membuang muka, "Adalah. Papi sama mami gak perlu tau."

Alisa refleks menggeplak lengan sang anak. "Tuh kan kamu gitu terus kalau ditanya. Vio sendiri aja gak tau salah dia apa sampai kamu jadi berubah gitu sama dia."

"Orang munafik kayak dia mah mana mau ngaku salah."

"Hito jaga ucapan kamu!" Hardik Jusuf, tak suka dengan ucapan sang anak yang mulai keterlaluan.

Jusuf menghela napas kasar sembari memijat pangkal hidungnya. "Kalau kamu masih ingin jadi anak mami dan papi, bulan depan kamu harus menikah dengan Violet."

Hito mendongak tak terima. Baru akan menyahut tapi sang ayah sudah lebih dulu pergi meninggalkan ruang tamu, pun dengan ibunya. Kalau sudah seperti tidak ada pilihan lain selain Hito mengikuti perintah orangtuanya.

"Aargh... Violet anjing!" Hito menjotos udara di depannya.

"Udah lah bang, mauin aja. Toh kak Vio juga cantik." Cicit Arsy yang melongokkan kepalanya dari balik tembok.

"Sini ngomong deketan!" Sungut Hito kesal sambil melotot.

"Aaaa takut~ ada serigala ngamuk!" Arsy langsung kabur.

"Dasar adek kurang ajar!" Hito menghempaskan tubuhnya ke sofa. "Awas aja lo, Vi."








"Enggak bun, Vio gak mau."

Anna mengusap rambut anaknya. "Vio, cuma keluarga mereka yang bisa bunda percaya, sayang. Vio tau sendiri kan gimana kondisi bunda? Bunda bisa kapan aja nyusul ayah." Lirihnya

"Bunda jangan bilang gitu." Violet langsung memeluk ibunya. "Hiks... Bunda harus terus sama Vio, bunda gak boleh kemana-mana. Hiks... Hiks..."

"Kalau aja bunda bisa, nak. Bunda juga gak mau ninggalin Vio." Anna segera menghapus air matanya yang jatuh. "Tapi umur rahasia Allah."

Violet menggeleng keras dalam pelukan ibunya dan semakin terisak.

"Makanya bunda pengen ada yang jagain Vio, supaya nanti bunda bisa pergi dengan tenang."

TraVicky ||Teman Tapi MenikahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang