Ketahuan

118 3 0
                                    

POV Aran

Aku diperbolehkan memegang kontol Aziz! Tanganku dengan cepat menyentuhnya lembut. Bukan langsung mengocok, tapi dengan mengelusnya terlebih dahulu. Mata Aziz seperti menikmati permainan ini. Bibirnya berkali-kali bergoyang sexy.

Aku mencoba mengelus dadanya yang berkeringat. Kulitnya yang putih menyebabkan basah keringat itu terlihat dengan jelas. Aziz diam saja. Matanya masih tertuju pada bokep di hp nya.

Oh lihatlah dadanya yang bidang itu, pantas Zein menyukainya. Aku lap keringatnya dan kucicipi di mulutku. Asin, tapi itu adalah keringat Aziz, betapa nikmatnya aku bisa mencicipinya. Ahhh....Aziz....aku sangat ingin menciummu.

aku sangat ingin menciummu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ziz."

"Ya?" Mata Aziz indah sekali saat menengok kepadaku. Aku masih mengelus kontolnya, kontol itu menegang dan berubah menjadi panjang dan cukup besar.

"Mau nyoba megang kontol gua gak?"

Aziz menengok ke kontolku yang putih dan cukup panjang. Meskipun lebih panjang punya Aziz, tapi aku yakin Aziz akan tetap tertarik. Mataku mengedip kepadanya. Dadanya yang berkeringat masih kuelus-elus, sesekali aku memainkan pentilnya.

Aziz masih memegang hpnya yang menampakkan bokep. Tapi aku tahu adegan itu tak akan membuatnya klimaks. Siapa tau dia lebih tertarik dengan yang ada di hadapannya ini.

Benar saja, Aziz memegang kontolku. Dia meletakkan hpnya dan mulai mendekatkan bibirnya ke bibirku. Kami pun berciuman dengan posisi tangan memegang kontol temannya. Ciuman Aziz membuat nafsuku memuncak. Aku merasakan ingin crot. Lalu aku pun mengarahkan tangan Aziz untuk membuat bulatan dengan jarinya di kontolku. Aziz menuruti.

Masih dengan posisi duduk dan berciuman dengan Aziz yang sexy itu, aku pun crot. "Ahh....Aziz....," aku memeluknya dan berusaha mengangkatnya ke atas tubuhku. Aku ingin dia menyetubuhiku.

Aziz masih dengan muka sangenya lalu menurutiku. Badannya makin berkeringat dan wangi manly nya makin terasa. Aziz melepaskan bajuku. Dia cukup heran apa yang perlu dilakukannya. Aku memegang wajahnya, lalu menariknya ke bibirku. Kami kembali berciuman, dan kali ini dia menciumi leherku.

"Aran.....lu parah banget bikin gw jadi gini."

"Tapi lu suka kan?"

Aziz hanya tertawa sebentar. Lalu dia mencium bibirku.

Pintu gudang seketika terbuka. Kami kaget dan berusaha bersembunyi di belakang mesin cuci.

"Ngapain sembunyi segala?" Zein berteriak. "Video lu bakal gw sebar kalo kalian ga nampakin diri!"

Aku menatap Aziz, panik. Sedang apa Zein di sini?

"Satu!"

Ini tidak bisa dibiarkan. Aku lari dari balik mesin cuci, berusaha merebut hp Zein. Saat berhasil kudapatkan, dia melemparku dengan bola basket di gudang. Aku yang hampir sampai pintu terjatuh. Kepalaku sakit.

"Enak aja lo." Zein mengangkat tubuhku yang telanjang. Aku diberdirikannya. "Lo anak baru tapi tingkah kayak begini. Homo!" Dia memeluk tubuhku dari belakang. Aku merasakan kontolnya yang menegang. Dia menggesek-gesekkan kontolnya di pantatku.

Pandanganku mulai kabur. Di luar matahari hampir terbenam. Aku takut kakakku mencariku.

Aku pingsan. Hal yang terakhir kudengar adalah Zein berbicara kepada Aziz. "Waaah, ini nih budak gw. Sini lo!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 10 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketua Osis Yang MantapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang