VII. Because God Has Chosen This Bloody Demon

67 10 6
                                    

Sang wanita malang kini tak lagi malang. Wajahnya kini penuh akan gurat kebahagiaan yang membuat Henry turut menarik senyumannya.

Richard, sosok sang jelmaan iblis, sosok yang bukanlah seorang wanita ataupun seorang pria, sosok yang merasa bahwa dianya tak pantas bersanding dengan sang jelmaan malaikat. Namun, semakin detik dilewati dalam sangkar jiwa terkutuk, semakin pelik perasaan di dadanya. Sebuah perasaan di mana mereka merasa ingin makin memiliki satu sama lain.

“Richard, tahukah kamu betapa aku menginginkanmu?”

Richard menarik senyumannya. Sebab, ia sendiri pun tahu betapa hatinya meneriakkan hal yang sama. Walaupun ia merupakan seorang jelmaan iblis, bukan berarti idirinya tak memilik hak atas sebuah perasaan yang mutlak. Perasaan di mana dadanya bergejolak tak keruan, perasaan di mana detak yang seharusnya telah mati kini menjadi hidup, menjadi detak yang bahagia, menjadi detak yang menandakan adanya kehidupan.

“Tentu saja, Henry. Aku pula merasakan hal yang sama.”

Senyum terpatri. Apabila keduanya merasakan hal yang sama, tentu akan menjadi benih kebahagiaan. Sang wanita malang tak lagi malang, sang pangeran tak lagi terjebak di dalam lingkaran neraka. Keduanya sama-sama bahagia.

“Walaupun aku hanyalah jelmaan iblis.”

“Berhenti mengatakannya. Tuhan telah memilihmu untuk bersamaku.”

“Terima kasih.”

Walau Richard merupakan jelmaan iblis, sosok penuh dosa yang tak terbantahkan, dari ujung rambutnya hingga kuku kakinya yang dipenuhi oleh dosa, figur mengerikan yang suram, kesialan yang nyata, itu bukanlah mengapa. Sebab, Tuhan telah memilih jelmaan iblis tersebut untuk bersanding di samping pangeran, berniat untuk memberikan kebahagiaan walau secuil, setelah kemalangan menimpanya bertubi-tubi.

Kini, lupakan belati tumpul. Lupakan pengorbanan, darah, dan keinginan untuk membunuh diri. Sebab, tak mengapa. Richard memiliki tempatnya untuk bersandar, dia tak lagi sendirian, tak ada lagi sunyi, tak ada lagi kegelapan, dan tak ada lagi derita.

Hanya dengan satu jentikan jemari, Richard menjadi sosok yang paling bahagia, meski terjebak dalam kutukan sangkar jiwa.

END

Ini fanfict dibuat bertahun-tahun lalu, mau mengabadikan aja kalau diksiku pernah secantik ini 🥲 sayang sekali, sekarang aku ga bisa nulis secantik ini lagi, tapi hope u always enjoy my story 💗🫂

Prison of Soul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang