Chapter 3

290 58 30
                                    

°°°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°°°

Mencoba memahami sekali lagi, Tsanna merasa segala hal tentang Gael hanya memerlukan sedikit lebih banyak pemahaman. Ia mencintai lelaki itu—lebih dulu, maka mungkin segala pengertiannya adalah suatu hal yang harus ia lakukan, sebagai pembuktian bahwa ia masih ingin bertahan.

Melewati hari-hari yang sejujurnya amat melelahkan, dimana segalanya terasa monoton dan berat sebelah.

Bedanya dari tiga tahun terakhir, tidak lagi Tsanna meletakkan harap yang mungkin akan membuatnya semakin terluka. Merendahkan ekspektasi, untuk meminimalisir rasa di hati agar tidak lagi merasa kecewa yang berlebihan. Apa yang ia harapkan? Jika sejak awal ia sudah tahu bahwa Gael adalah pribadi yang demikian.

Hari terlewat dengan keduanya yang tidak lagi membahas apapun yang kurang dari hubungan yang tengah mereka jalani. Sedikit lebih renggang dari biasanya, sebab Tsanna tidak lagi mencari Gael, seperti saat-saat gadis itu merindukan kekasihnya dahulu. Tinggal di satu apartemen yang sama, namun tidak sampai jari-jari dalam satu tangan mereka habis untuk menghitung berapa kali mereka bertemu dalam seminggu, sebab selalu sudah amat larut ketika Gael memasuki kamar, dan mendapati Tsanna sudah lelap mengarungi mimpi.

Gael menarik sudut senyumnya, lelaki itu merangkak naik ke atas tempat tidur, sedikit merangsek mendekat pada gadis yang ia cintai.

Memang amat berbeda sudut pandang, antara lelaki dan wanitanya. Sebab dimata Gael, ia hanya melakukan segala hal yang menurutnya baik untuk hubungan mereka. Gael merasa, tidak ada yang aneh. Sebab selama tiga tahun terakhir, semua terlihat baik-baik saja—kecuali tentu saja saat pertengkaran di setiap hari anniversary mereka.

Gael mengecup dahi Tsanna sedikit lama, begitu berhati-hati menarik gadis itu untuk masuk dalam pelukannya. Takut sekali, takut kalau-kalau Tsanna terbangun hanya karena ia mengusik lelapnya Tsanna saat dini hari seperti ini.

'Gue sayang banget sama lo... Sa. Udah 22 tahun ya umur lo sekarang? Belakangan ini lo udah jarang banget ngomel, dan dateng ke studio kaya biasanya cuma untuk minta gue berhenti sebentar, karna lo kangen minta gue peluk. Jangan cepet dewasanya Sa, gue masih suka lo manja-manja sama gue... Maaf kalo gue sulit buat nunjukin perasaan gue secara langsung, kaya lo selama ini.'

°°°°°

Esok harinya...

Di nail bar miliknya, Tsanna masih merenung sendirian. Netranya menjelajah ke seluruh sudut studionya yang tidak terlalu besar, ia menarik senyum kecil mengingat bagaimana dulu ia bisa terjun ke dalam usaha ini.

'Nggak usah keluar kota lah, Sa. Disini aja. Nggak perlu kerja, gue bisa biayain semuanya. Tunggu sedikit lagi ya? Lo cuma perlu berdoa supaya gue dapet project gede.'

Ucap Gael, ketika Tsanna mendapat tawaran pekerjaan di luar kota, persis setahun yang lalu, saat Tsanna baru saja menamatkan kuliahnya.

'Sa... Ini project gede pertama gue. Duitnya bisa lo pake buat buka usaha, course, atau sewa satu kios kecil buat lo usaha. Sekarang pikirin, Sasa ada minat kemana? Bosen kan di apart terus?'

Tsanna tertawa, sepertinya memang sifat alami manusia adalah melupakan segala hal baik yang pernah terjadi, ketika mereka mengalami kekecewaan pada satu orang yang mereka percaya tidak akan pernah menyakiti.

Lagi, ia menarik nafas panjang, dan membuangnya perlahan-lahan. Harusnya, ia bisa memandang lebih luas lagi. Gael hanya sulit mengutarakan perasaannya, tetapi lelaki itu selalu mengusahakan segalanya untuk Tsanna.

Baru saja Tsanna merasa bahwa ia harus membuang segala pandangan negatifnya, ponselnya berdenting menunjukkan notifikasi dari dua orang yang sengaja ia nyalakan, sejak satu bulan terakhir.

Notifikasi Gael yang memang ia nyalakan sejak dulu, dan juga Serena.

Notifikasi itu datang bersamaan, membuat jemari Tsanna dengan cepat membuka bulatan pink keunguan yang muncul di dua baris terdepan timeline instagramnya, dan terkekeh saat kedua orang itu saling me-repost instagram story satu sama lain.

Tidak hanya itu, semakin sesak ketika Gael memposting fotonya bersama—Serena.

'Tiga tahun, bahkan gue baru sekali masuk di main account elo, Ga. Itu juga gue posting mandiri,' ucap Tsanna terkekeh miris. 'Hadeh Sa... semuanya aja lo masalahin. Dasar bocah!' umpat Tsanna meledek dirinya sendiri.

Ting!

Tsanna mengambil ponselnya yang tadi sempat ia letakkan di dalam laci meja kerjanya, dan memandang datar pesan yang datang dari Gael.

Bae

| Pulang jam berapa hari ini?

| Aku jemput ya?

Aku? |

| Ah, haha. Kebiasaan ngomong pake aku kamu sama Serena, Sa

| Jadi kebawa

| Mau dijemput nggak?

Seluangnya Gaga aja |

| Oke, jam 5 ya di jemput syg

Oke |

| Tiga huruf bgt?

Oke sayang |

| I love you

Too Gaga... |

Di seberang sana, Gael tersenyum kecil. Rasanya tiga tahun terlalu sebentar, ia belum siap melihat Tsanna yang berubah bersikap lebih dewasa, sebab ia suka sekali saat melihat kekasihnya bergantung kepadanya.

'Tapi gue seneng, lo nggak permasalahin hal sepele kaya hanya sekedar panggilan. Meski rasanya gue kangen banget sama sikap lo yang manja... Tapi waktu terus berjalan kan? Lo memang bakal lebih dewasa dari Sasa tiga tahun yang lalu.'

°°°°°

Sudah pukul enam, Tsanna mengerutkan dahi melihat roomchatnya bersama Gael yang belum memunculkan balasan pesan dari sang kekasih. Sudah tiga bubble pesan yang Tsanna kirimkan, namun tidak ada satupun yang berbalas.

Masih menunggu, hingga satu jam berlalu lagi. Kini sudah pukul tujuh, notifikasi berdenting di ponsel Tsanna. Tetapi, itu bukan dari Gael. Melainkan, notifikasi instagram story dari Serena, yang menampilkan foto candid Gael yang tengah tertawa lepas.

Ponsel Tsanna terlepas dari tangannya, tidak mampu lagi ia menahan bobot benda ringan itu sebab meihat Gael mampu bersikap hangat kepada lawan jenis. Sementara, ketika bersama Tsanna saja, Gael jarang sekali tertawa lepas seperti itu.

Sementara Gael yang mendapat notifikasi dari instragram Tsanna, terkejut menyadari waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam itu. Ia sudah terlambat tiga jam dari janjinya menjemput Tsanna.

'Shit!'

Sayang♥︎

Sayang :( |

| Jemputnya jam 12 aja, atau pulang duluan aja Gaga

| Sasa lagi banyak kerjaannya

| Tadi sebelum ke studio Sasa udah masak.

| Panasin dulu sblm dimakan ya

| Love you ♥︎

Di Vettile beach, Tsanna menikmati indahnya pantulan cahaya sinar bulan di atas laut. Tidak gelap sama sekali, ribuan bintang juga ikut menghiasi langit biru kehitaman tanpa awan.

Cerah sekali malam itu, berbeda dengan birunya Tsanna yang tengah merasa patah hati, dan sedang mencoba menepis rasa sedihnya dengan melakukan beragam hal konyol, salah satunya—menonton live streaming check khodam di aplikasi Tik Tok.

Jatah jajan hariannya sepertinya habis hari ini. Sebab bersamaan dengan lelehan airmatanya, ia terus memberikan hadiah donat pada sang dukun online.

'Nama gue dong... Sasa... Tsanna... Ayo, bilang khodam gue apa? Bisa ganti khodam nggak sih, khodam yang bisa bikin gue... berhenti mencintai... Gael Putera Dewa?'

After We Broke Up [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang