BAB 53

144 22 37
                                    

"Nenek! Nenek!" Begitu turun dari mobil ayahnya, Taetae segera berlari mencari-cari neneknya di dalam rumah.

Ibu Taehyung yang sedang merangkai bunga dibantu oleh salah satu pelayan rumah segera menoleh. "Eh, Taetae sudah pulang!" Dengan senyuman yang sangat lebar, wanita paruh baya itu menyambut sang cucu. "Seru nontonnya?"

"Seru!" Taetae mengangguk antusias. "Tadi bolanya terbang. Woosh! Taetae mau tangkap tapi tak bisa." Bocah lelaki tiga tahun itu menggeleng. Kedua tangannya juga ikut menggeleng.

"Oh, seru sekali, ya! siapa yang menang, Tae?" Ibu Taehyung merunduk dan mencubit pipi cucu bungsunya.

"Uhm uhm, tim Lions yang menang, Nek." Taetae merasa begitu bangga karena berhasil menghafal nama tim baseball yang memenangkan pertandingan tadi.

"Taetae senang, ya?"

Taetae mengangguk mantap. "Senang! Taetae mau nonton lagi, Nek. Appa janji nanti kita ke stadion lagi."

"Ah, Taetae mana ngerti. Dari tadi juga cuma ikut-ikutan lompat-lompat saja." Kiwoo yang muncul bersama ayah dan kakeknya segera mencibir sang adik.

"Taetae ngerti, kok." Si kecil spontan menoleh ke belakang. Kedua alisnya yang tebal ia tekuk dalam-dalam. "Iya, kan, Pa?" Ia melompat ke pelukan ayahnya yang langsung menggendongnya.

"Iya." Taehyung menowel hidung Taetae yang mancung. "Taetae ngerti, kok. Tadi Taetae suka sama tim yang mana?"

"Tim Lions!" Taetae mengangkat kedua lengannya tinggi-tinggi. Topi bisbol warna biru yang ia kenakan tak sengaja tersenggol tangannya dan terjatuh. "Eh, topi Taetae jatuh." Ia tertawa-----memamerkan kedua lesung pipinya dan barisan gigi geliginya yang putih bersih.

Kiwoo mengambilkan topi adik bungsunya yang jatuh ke lantai. "Eomma mana, Nek?" Ia celingukan. Di ruang tamu itu tidak terlihat ibu dan adik perempuannya.

"Ibumu sedang pergi ke mall bersama Sena." Jawab sang nenek. "Sena bilang dia butuh alat-alat gambar yang baru."

Kiwoo terlihat kaget. "Kenapa Eomma tidak bilang mau pergi dengan Sena?" Ia iri. Pasti Sena tidak hanya dibelikan alat-alat gambar saja, melainkan juga barang-barang lain yang diinginkan oleh adiknya itu. Kalau begini, Kiwoo merasa sangat rugi tidak ikut diajak ke mall.

"Bukankah ibumu sudah bilang?" Ibu Taehyung menoleh putera sulungnya. "Yoona tidak meneleponmu?"

Taehyung mengangguk. "Tadi Yoona mengirim pesan pendek setelah teleponnya tidak kuangkat karena tidak terdengar olehku."

"Appa," Kiwoo menoleh ayahnya, "kita jemput eomma dan Sena, yuk!"

"Iya, Pa. Jemput eomma." Taetae memegangi kedua pipi ayahnya. "Taetae kangen sama Eomma."

"Tadi eomma bilang mereka sedang dalam perjalanan pulang. Kita tunggu saja, ok?" Senyum Taehyung.

"Yaaaaah...." Kiwoo berseru kecewa.

Melihat sang kakak berseru, Taetae ikut berseru. "Yaaaaah."

"Apa, sih? Ikut-ikutan melulu." Kiwoo yang sedang kecewa karena gagal menyusul ibu dan adiknya ke mall mendengus sebal.

"Hihihi, Hyung marah." Taetae cekikikan. Kedua tangannya yang gendut menutupi mulutnya.

"Berisik!" Kiwoo menjejalkan topi Taetae ke tangan sang adik. "Appa, Kiwoo juga butuh tas baru." Ia mencoba untuk merajuk. "Nanti kalau eomma sudah pulang, kita ke mall, ya? Sena dan Taetae tidak usah diajak. Kita bertiga saja."

"Taetae mau ikut." Si bungsu menatap kakak dan ayahnya bergantian. "Taetae mau beli tas."

"Tas untuk apa?" Cibir Kiwoo.

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang