November 2013
Hari ini menjadi hari yang menggemparkan di kelas VIII B setelah kejadian tadi pagi. Alyssa yang biasanya minim ekspresi dan lebih banyak menyendiri dengan bukunya, menjadi sosok yang berbeda setelah menyodorkan kado untuk Nash. Laki-laki itu awalnya terlihat ragu untuk mengambil kado itu. Namun, pada akhirnya Nash menerimanya dan mengucapkan terima kasih. Warga kelas kembali bersorak. Rumor bahwa mereka punya hubungan lebih dari teman berhembus begitu saja.
Sayangnya rumor itu tidak bisa langsung mereka ketahui kebenarannya karena guru IPS mereka sudah masuk ke kelas. Seperti biasa, Bu Ikha hanya menjelaskan materi selama lima belas menit, sisanya digunakan untuk menjawab soal-soal bersama kelompok masing-masing dan nantinya akan didiskusikan bersama dengan kelompok lainnya.
Hari ini mereka membahas tentang masalah kependudukan. Ada dua pertanyaan yang menjadi bahan diskusi mereka hari ini. Pertama, alasan mengapa banyak penduduk Indonesia yang hidup miskin dan yang kedua apa dampak yang ditimbulkan dari jumlah penduduk yang besar di suatu negara. Masing-masing kelompok diberi waktu setengah jam untuk membahas bersama anggota kelompoknya.
"Ya udah, berarti kita semua sepakat, ya, kalo itu kesimpulan kita," tanya Abi. Matanya menatap satu per satu anggotanya.
"Gue sepakat." Ara menjawab pertama. Diikuti oleh seluruh semua anggota.
"Oke." Abi mengalihkan pandangannya kepada Neona. "Udah lo catat semua, kan, Ney?"
Neona hanya mengangguk sambil menunjukkan catatannya yang kurang rapi.
"Masih ada lima menit. Cukup buat nulis, kan? Atau mau ditolongin Audrey?" tanya Abi berbondong.
"Gak usah, gue aja" jawab Neona pendek.
Neona mengambil buku kelompok mereka dan memutuskan untuk memusatkan fokusnya untuk mencatat. Memang itulah tugasnya sebagai notulen kelompok ini. Dia harus membagi tugas kepada anggota tubuhnya untuk mendengar isi diskusi mereka dan mencatat semuanya. Catatan pertama memang tidak rapi dan penuh coretan. Oleh karena itu, setelah berdiskusi Neona mencatat kembali hasil diskusi mereka di buku kelompok mereka.
Nash melirik Neona yang berada di depannya. Masih sibuk mencatat dengan ekspresi datar. Meskipun dia bertugas sebagai notulen, Neona tetap bisa mengemukakan pendapat yang terkadang bisa menyelamatkan kelompoknya dari remedial. Namun, kali ini Nash merasa selama berdiskusi tadi Neona lebih banyak diam sambil mencatat poin-poin penting dari diskusi mereka.
Nash menundukkan pandangan ke buku di depannya. Bukan pada buku paket IPS, tapi pada buku PR matematika yang dia selipkan di bawahnya. Nash sengaja membawa buku itu meskipun hari ini tidak ada pelajaran matematika. Dia juga sengaja mengerjakan PR itu bersungguh-sungguh sebelum tiba hari ini. Semua itu dia lakukan supaya dia bisa bertanya kepada Neona bagaimana hasil hitungannya. Apakah sudah benar atau ada yang salah? Namun, melihat keseriusan perempuan itu menulis dan mengingat waktu yang mepet sebelum sesi diskusi bersama kelompok lainnya, Nash mengurungkan niatnya.
"Jadi lo sama Alyssa lagi deket, ya, Nash?"
Nash tersadar dari lamunan dan menyadari semua anggota kelompok—kecuali Neona—menatapnya intens. Sialan, dia pikir teman-temannya sudah lupa dengan kejadian tadi pagi.
Nash menggeleng sebagai jawaban. "Teman doang," tambahnya.
"Teman tapi mesra, ya, Nash?" Abi bertanya jahil.
"Pala lo mesra!" Nash menoyor kepala Abi. Dia heran, kenapa pula Abi ikut-ikutan menggodanya? Bukankah dia juga sudah tahu yang sebenarnya?
"Beneran lo gak ada apa-apa sama Alyssa? Terus kenapa dia ngasih lo kado?" tanya Audrey penasaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak & Waktu
Teen FictionNeona Randita tidak pernah menyangka bahwa si misterius Nash Gardira yang mencuri perhatiannya. Rambut Nash yang sedikit basah saat bermain basket adalah hal yang Neona sukai setelah buku dan es krim vanilla. Lima tahun Neona menjaga perasannya untu...