Agustus 2013
"Ibu ngerasa gak puas sama posisi duduk kalian ini."
Celetukan Bu Rianti membuat seisi kelas VIII B mengangkat kepalanya dari latihan mandiri yang sedang mereka kerjakan. Tidak biasa wali kelas mereka berkata demikian. Bisik-bisik mulai terdengar. Apa mungkin ada yang pindah posisi?
"Ibu mau change tempat duduk kami?" tanya Abi mewakili seisi kelas.
Bu Rianti menggeleng. "Maksud ibu susunan meja kalian ini, lho. Udah biasa banget."
Neona yang sejak tadi diam, memperhatikan susunan meja di kelasnya. Benar juga kata Bu Rianti. Susunan mejanya seperti sebuah tabel terdiri dari tiga kolom dan empat baris, satu kotak terdiri dari dua siswa. Biasa saja.
"Gimana kalo kita bikin letter U, Bu?" usul Audrey memecah keheningan.
Bu Rianti tampak berpikir. "Boleh juga. Yang lain gimana? Setuju gak kalo kita ganti posisi meja?"
"Setuju, Bu!" seru seisi kelas.
Maka sisa jam pelajaran Bahasa Indonesia diganti dengan mengatur posisi meja yang baru. Sesuai usul Audrey, posisi meja mereka akan berbentuk huruf U. Posisi duduk mereka akan ada yang berbeda dari sebelumnya. Misalnya yang dulu posisinya di sisi kanan kelas bisa saja pindah ke sisi kiri, yang dulunya sebangku bisa saja terpisah. Setelah semua menyetujui posisi baru dan posisi baru telah disusun, sesi rebutan posisi pun terjadi. Neona yang kalah cepat dari Tia mengeluh kecewa. Dia melihat sisi kanan yang menjadi incarannya telah diisi teman-temannya. Neona enggan pindah posisi ke kiri yang berarti makin dekat dengan posisi laki-laki.
"Neo, Alyssa, Hani, ayo pilih tempat duduknya! Bentar lagi istirahat, lho," ucap Bu Rianti.
Dengan berat hati, Neona mengangkat tasnya kembali dan duduk paling depan. Dia sadar tinggi badannya dan kemampuan matanya tidak cukup jika duduk di belakang.
"Latihannya dikerjakan di rumah, ya! Minggu depan kita periksa sama-sama. Selamat siang semua!"
"Siang, Bu!"
Kelas pun bubar dan satu per satu mereka keluar dari kelas untuk ke kantin. Sebuah gulungan kertas melayang ke meja Neona. Gadis itu sontak berhenti mengemas barang-barangnya dan melihat tulisan di gulungan kertas itu.
Coba tebak siapa di samping lo sekarang?
Neona sontak menoleh ke kiri. Dia menemukan wajah datar Rachel sambil menggelengkan kepalanya. "Saking gak senengnya lo di sini sampai gak sapa tetangga baru."
"Woi! Lo di sini??" teriak Neona yang kaget. Sebelumnya mereka tidak duduk sebangku. Neona dulu sebangku dengan Ara, sedangkan Rachel sebangku dengan Dinar.
"Dan gak cuma gue yang duduk deket sama lo."
Neona mengerutkan dahinya. Tidak mengerti ucapan Rachel. Perempuan itu lalu menunjuk meja di serong kanan belakang Neona dengan dagunya.
Di sana ada tas berwarna abu-abu yang akhir-akhir ini menjadi favorit Neo. Tas abu-abu milik Nash Gardira.
***
Neona duduk di depannya. Dan ini bahaya.
Kenapa bahaya? Tentu saja setiap dia memandang papan tulis, dia pasti akan memandang punggung Neona, meskipun hanya sekilas. Niat Nash untuk berusaha terus menjauh dari Neona akan semakin gagal. Sudahlah satu kelompok dengannya satu tahun penuh, sekarang duduk berdekatan. Apa ini cara Tuhan mempermainkan perasaannya?
"Abis ini, main PS di rumah gue, yok. Bosen di rumah, enggak tau mau ngapain, nih," celetuk Abi yang kini duduk di samping kanannya. Karena perombakan tempat duduk, Nash jadi bisa duduk bersebelahan dengan Abi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jarak & Waktu
Teen FictionNeona Randita tidak pernah menyangka bahwa si misterius Nash Gardira yang mencuri perhatiannya. Rambut Nash yang sedikit basah saat bermain basket adalah hal yang Neona sukai setelah buku dan es krim vanilla. Lima tahun Neona menjaga perasannya untu...