Lee Pyo. 02

129 25 1
                                    

Kasim Choi Hae-su berdiri di depan kamar putra Mahkota.

"Putra Mahkota.. kita sudah banyak mengulur waktu, tolong segera berganti pakaian.. sudah saatnya Putra Mahkota menemui 'tamu'"

Karena tak kunjung mendapat balasan, Kasim Choi masuk dan betapa terkejutnya ia saat mendapati kamar yang kosong dengan jendela luar yang terbuka. Putra Mahkota menghilang. Ia langsung keluar istana melaporkan pada seluruh penjaga. Mereka dibuat panik dengan kabar itu dan segera berpencar mencari keberadaan Putra Mahkota Lee Pyo ke seluruh penjuru istana.

Disamping itu..

Lee Pyo, Putra Mahkota dengan santai berjalan dipinggir kota tanpa penjagaan. Di Jalanan, Putra Mahkota bertemu dengan anak kecil yang menangis keras sekali. Sepertinya dia diganggu.

Putra Mahkota Lee Pyo menghampiri anak itu, merendahkan tubuh, menyelaraskan tinggi mereka lalu bertanya "kau kenapa..? Ada yang mengganggumu?"

Masih merengek, anak laki-laki itu menunjukkan jarinya arah depan. "Kalung pemberian nenekku jatuh di Sungai Itu paman.. "

Lee Pyo menoleh ke arah yang dimaksud. Oh sungai itu... untung saja airnya tenang, besar kemungkinan benda milik anak ini belum terbawa arus.

"Kalungnya seperti apa?"

"Talinya coklat dan ada tiga permata putih ditengahnya"

"Baiklah, Paman bantu carikan, kau tetap tunggu disini.. mengerti?"

"Iya!!" balas anak laki-laki itu sekarang menyudahi tangisannya, sembari mengusap air matanya sendiri. Ia menunjuk tempat, tepat di tempat benda itu terjatuh.

Putra Mahkota memasuki air, mau tidak mau dia harus menyelami sungai itu. Meski pakaiannya harus basah, dia tidak khawatir sama sekali. Kehilangan benda yang kita sayang lebih menyakitkan bukan? Basah kuyup pun tidak ada apa-apanya dibanding rasa sayang anak itu terhadap hadiah dari neneknya. Yah, mau tidak mau setelah ini Lee Pyo harus kembali ke Istana untuk berganti pakaian.

Lee Pyo menyusuri sungai itu, makin jauh kedalam.. ternyata lebih dalam dari perkiraannya. Untung saja airnya jernih, penglihatan Lee Pyo tidak terganggu sehingga memudahkannya untuk mencari. Sebuah sinar dari permata  merefleksikan cahanya ke bola mata Putra Mahkota. Lee Pyo menghampiri arah silau cahaya itu, dan benar saja, barangkali memang ini benda yang dicari anak itu. Setelah mengambil benda itu kembali, ia segera naik ke daratan.

Mulut anak itu terbuka lebar, dia tersenyum lega dan begitu senang
"Kau menemukannya paman!!" Ucapnya bersemangat.

Kata orang, kebahagian itu menular ya? Lee Pyo jadi percaya hal demikian. Dia menghembuskan napas lega, tersenyum, sambil menggoyangkan kalung yang ada ditangannya.

"Paman keren kan?" Tanya Putra Mahkota sembari keluar dari air.

"KEREN!KEREN!" Balas anak itu antusias, menerima benda yang didapatkan pyo dari dalam air tadi.

" TERIMAKASIH PAMAN" Anak itu tiba-tiba memeluk Lee Pyo yang basah kuyup. Membuat Lee Pyo melepaskan pelukan itu.

"Paman basah, nanti kau terkena flu."

"Hehe paman makasihh!! Kalau begitu paman cepat pulang dan ganti pakaiannya yaa.. nanti paman terkena flu"

Lee Pyo mengusap kepala anak itu, kegemasan!.
"Iya, setelah ini paman pulang.. kau juga pulang, nanti orang tuamu mencari-cari"

"Okee!! Kalau begitu aku pulang duluan ya paman.. "

"Ehm!, jangan sampai terjatuh lagi...Mengerti?"

"Iya!! Dadah paman!"

A Gift from HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang