What Can I Say?. 05

144 29 7
                                    

Wajah rupawan yang tak bisa ditolak para gadis.. Joy yang memandangnya saat itu.. lucunya tak merasakan apapun.. apakah pria tampan bisa membuat pintu hatinya kembali terbuka? Jika itu dirinya yang dahulu.. mungkin jantungnya sudah tak bisa berhenti berdebar. Jarak sedekat ini dengan seorang pria pasti membuatnya tak tenang. Gelisah.

Namun, apa yang telah terjadi padanya.. seperti membangun kembali istana yang dahulu ia buat. Pagar pembatas yang pernah dirobohkan seseorang kini seolah tertutup lagi tiap bagiannya. Yang Joy pikirkan saat ini hanya.. khawatir.. rasa bersalah.. dan... keadaan orang lain karena dia.

Mata indah yang menatapnya dalam belum mampu mengguncang perasaannya.

"Joon.. kau tidak apa-apa??" Tanyanya khawatir. Pria itu mungkin sudah menahan sakit sedari tadi. Anehnya dia tak langsung membalas.. memandangnya terlebih dahulu lalu memalingkan wajahnya dan bilang "tidak"

Suara seseorang tiba-tiba menghentikan lamunan keduanya. Sahabat Joy itu sepertinya tak kehilangan kebiasaan lamanya. Mengganggu orang yang sedang bersama, bak tak paham situasi.

"Joy, apa yang terjadi?"

Joy refleks memundurkan langkahnya. Menambah jarak diantara mereka. Lee Pyo yang sama terkejutnya kini memandang Joy yang memandangnya balik.

....

Tangan joy menyilang di atas meja. Entah mengapa ia seperti di sidang. Lee Pyo menggaruk lehernya yang tak gatal merasa canggung dengan situasi ini. Choi Ha-na. gadis itu menatap keduanya silih berganti. Kemudian tiba-tiba dia tersenyum. "terimakasih sudah membantu Joy.. dia memang.. sedikit ceroboh" ucapnya menggoda Joy, membuat Joy jadi mengalihkan perhatiannya ke Lee Pyo "terimakasih.. kau benar-benar tak apa kan? Tidak ada yang sakit"

Lee Pyo tersenyum "tak masalah, bukunya tidak seberat itu." Joy lalu menghela napas lega "syukurlah."

Choi Ha-na melirik tatapan Lee Pyo yang tak biasa ke Joy tersenyum menggoda "oh.. ehem.. jadi namamu siapa tadi? Apa boleh kita bicara santai?"

"boleh saja, aku Go Joon.. panggil saja Joon" jawab Lee Pyo kembali memulai sandiwaranya.

"baiklah.. Joon? Aku Hana.. sahabatnya Joy.. kau baru datang ke sini? aku belum pernah melihatmu"

"ini sudah kunjungan keduaku.. tapi memang sepertinya kita tidak pernah bertemu"

"ohh.. begitu.. kalau boleh tau apa pekerjaanmu?"

Lee Pyo sedikit terdiam.. mau berbohong apalagi dia.. dia memainkan jarinya berpikir"pekerjaan.. pekerjaan.. pekerjaanku ehm itu aku seorang cendekiawan"

"WAHH kau serius?? Wawasanmu pasti luas dong" choi hana hampir tak percaya.. dia belum pernah menjumpai cendekiawan muda dengan paras serupawan ini. merasa seperti bertemu orang yang tepat untuk dijodohkan dengan sahabatnya.. hana melirik Joy dan berkata "dia pintar Joy"

Joy kembali memandang lee pyo "kau benar-benar cendekiawan? Aku jarang menjumpai cendekiawan semuda dirimu.. keren sekali"

Meski merasa bersalah karena sudah berbohong. Tetapi rasanya hati Lee Pyo terbang ke langit karena gadis itu memujinya.. kalau berbohong dan ketahuan.. nanti tinggal minta maaf kan? itu prinsipnya.

"ehm.. iya.. terimakasih.. aku tak sekeren itu" balasnya agak malu-malu

"tetap saja.. " Joy menimpali.

Brukkk

Suara buku terjatuh membuat mereka bertiga refleks menoleh ke arah suara. Seorang pria berusia 30 an menjatuhkan buku lalu menundukkan tubuhnya meminta maaf.

Lee Pyo terkejut, pria itu tak lain adalah orang terdekatnya. Pengawal Hyun mengikutinya sampai sini? untuk apa lagi? Apa perintah raja? Karena ketauan, pada akhirnya mau tidak mau dia harus segera kembali ke istana. Ia berdiri "maafkan aku.. sepertinya aku tidak bisa lama-lama disini"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 29 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Gift from HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang