8

466 47 3
                                    

Keesokan harinya Cameron hingga saat ini tidak memberiku kabar, mengirimiku pesan saja tidak. Dan hingga saat ini pun aku tidak melihatnya dikelas, hari ini aku memiliki jadwal yang sama dengannya. Kukira dia sudah berada dikelas, tapi dugaanku salah. Jadi aku mengeluarkan dan membaca novel yang kubaca sambil mendengarkan lagu lewat earphoneku. Namun, ketika aku sedang asik membacanya, tiba-tiba ada seseorang yang menyodorkanku sebuah kotak, tepat didatas novel yang sedang kubaca. Aku menatap siapa yang memberiku sebuah kotak ini, dan ku mendapati Cameron yang berada tepat didepanku. Kupikir hari ini aku bermimpi, jadi aku mengucek mataku sekali dan membenarkan kembali posisi kacamataku. Tapi, sosok yang didepanku ini benar benar nyata! Sungguh diluar dugaanku bahwa saat ini aku bersamanya.

Dia tersenyum saat ia memberiku sebuah kotak itu, aku tidak tahu harus berbuat apa, aku berdiam diri seperti patung. "hmmm...ini kado dariku, terimalah ini em" dia meraih tanganku dan melatakan kado itu tepat diatas tanganku

"kukira kau lupa hari ulang tahunku" aku menunduk dan bicara sekecil mungkin agar ia tidak mendengarku, tapi ia masih mendengar ucapanku barusan

"Tidak mungkin aku lupa hari ulang tahunmu, kalau begitu, bukalah hadiahmu"

Jadi aku menuruti perintahnya, kotaknya tidak terlalu besar, hanya kotak kecil biasa tidak berarti, namun ketika aku membukanya..... isinya sangat begitu berart bagiku, aku bahagia ketika aku mendapati sebuah kalung berwarna silver yang berbandul gembok, aku tidak tahhu apa artinya ini, tapi ini membuatku cukup bahagia. Tidak, maksudku sangat bahagia. Aku hampir saja mengeluarkan air mata, lalu Cameron mengambil kalung yang kugenggam saat ini dan memasangkan dileherku.

Disela-sela ia memasangkan kalung itu, ia berkata "apakah kau suka dengan hadiah ini?"

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku "ya, ya aku suka...sangat suka" setelah ia selesai memasangkan kalung, kami tidak berkutik sama sekali, jadi kuputuskan aku memeluknya, sangat erat. Oh tuhan, aku merasa nyaman saat seperti ini, ingin rasanya memberhentikan waktu disaat seperti ini, ini sungguh nyaman. "terimakasih" bisikku.

***

Ketika bel istirahat berbunyi, aku memutuskan untuk tetap dikelas, akan tetapi, Cameron bersikeras mengajakku kekantin, jadi aku mau tak mau harus mengikutinya, karena ini atas dasar paksaan dan aku juga tidak mungkin menolaknya. Dipeperjalanan kami melewati koridor-koridor sekolah dan bertemu dengan sehabat-sahabatku, aku memberinya senyuman. Dan disaat itu Cameron menggenggamku sangat erat, seperti tidak mau kehilangan, banyak pasang mata melihat kearah kami, tapi aku tidak memperdulikannya.

Saat kami tiba dikantin, aku duduk dan Cameron sedang mengambilkkan makanan, tadinya aku ingin ikut, tapi ia menolak, lagipula jika aku ikut, kami akan duduk dimana jika aku tidak menempatkan kursinya?

Setelah kami menghabiskan makanan dan minuman kami, Aku dan Cameron kembali kekelas masing-masing dan mengikuti pelajaran ke 3, saat ini moodku dalam keadaan baik, jadi aku bersemangat sekali saat disekolah, tapi aku masih kurang percaya diri. Kalian tahu? Aku paling bermasalah dengan kepercaya dirian, kepercaya dirianku tidak baik, aku saja meliihat penampilanku ketika aku sedang berkaca sangat mengerikan, rambut tertata rapih, akan tetapi kaca mata ini sangat mengganjal apa lagi ditambah dengan kawat gigi ini, aku masih tidak percaya dengan apa yang aku dapatkan, seperti teman baru—cameron dan shawn, aku tidak percaya, bahkah aku bertemu mereka dengan cuma-cuma, oh ayolah, maksudku, aku bertemu mereka saat kecerobohan dan ulahku, bukankah itu cuma-cuma? Bahkan semenjak aku mengenal mereka, kepercaya dirianku mulai berkurang, maksudku aku jadi lebih percaya diri, bahkan orang yang sering membullyku dulu dia tidak percaya dengan apa yang aku dapatkan, tapi ia semakin membenciku, karena aku mendekati—tepatnya kami, aku dan Cameron menjadi dekat, jadi masalahnya si ratu bullying itu menyukai Cameron. Dan ini akan menjadi bencana dalam hidupku juga, matilah aku, passti dia akan kembali membullyku habis-habisan.

Bel masuk pun terdengar, jadi aku dan Cam memutuskan kembali ke kelas masingg-masing dan mengikuti pelajaran selanjutnya, kami tidak lagi berjalan bersama karena letak kelas kami berdua berbanding terbalik—kelas kami tidak berdekatan. Namun saat aku berjalan seseorang menjambang rambutku, aku meringgis kesakitan dan melihat dari balik bulu mataku siapa yang menjambakk ini, dan ku dapati Stela dan Clarkson, oh rupanya mereka berdua, sudah hafal betul jika mereka pelakunya, aku menepisnya berusaha untuk tidak takut, tapi nyatanya berbeda.

"Sudah ku bilang jangan coba-coba dekati Cameron lagi, kau ini pura-pura tuli apa memang benar-benar tuli hah?!" erangnya melampiaskan kekesalannya padaku

Aku diam tidak menjawab selama beberapa menit, namun dia berkata lago. "oh, rupanya memaang kau benar benar tuli ya" kata Stela sambil menyilangkan tangannya didepaan dada. Jika aku berani, sudah ku cabik-cabik muka si Stela—yang namanya seperti pengharum ruangan dan temannya Clarkson seperti nama klakson mobil haha.

Aku menjawab. "Sudah ku bilang, aku tidak mendekati Cam, dia yang mendekatiku. Aku sudah mencoba untuk menjauh tapi.....tapi tidak bisa"

Clarkson memincingkan matanya padaku, memasang muka geramnya padaku bawha dia tidak terima jika temannya diperlakukan seperti itu "Oh, jadi kau berani macam-macam ya padaku, Emily" Kata Stela menekankan namaku lebih keras lalu menamparku. Clarkson tertawa saat dia melihatku teraniaya. "Jangan seolah-olah kau adalah benar-benar gadis penggoda. Apa memang benar apa kataku tempo lalu bahwa kau ini jalang, eh?" sambung Clarkson.

Aku menahan air yang akan keluar dari mataku ini, sudah cukup, aku sudah tidak tahan dengan semua ini. Aku berlari sekuat tenagaku, aku putuskan untuk tidak kembali kekelas, aku ingin membolos saja untuuh kali ini, jadi aku mengetikkan sesuatu di ponselku. Aku mengirimi Evane pesan yang kebetulan aku satu kelas dengannya.

To : Evane

Ev, bilang pada Mrs. Lilo jika hari ini aku izin. Mendadak aku sakit perut.

Sampaikan salamku padanya. Aku mencintaimu. –Em

Aku memutuskan mencari tempat tenang, aku pergi ke taman yang dekat dengan rumahku, disitu jarang sekali pengunjungnya, jadi aku bisa menjernihkan pikiranku disana. Tapi aku merasa seperti ada yang mengikutiku, tapi... apa memanghanya perasaanku saja ya. Ah mungkin ini hanya perasaaan saja. Aku berjalan menuju tempat tujuanku dengan berlari sekencang mungkin, seletah aku tiba disana, kakiku sudah tidak kuat untuk menopang tubuhku yang lemas ini, aku jatoh terduduk dan menangis sekuat tenagaku untuk melampiaskan kekesalanku. "Sejelek itu kah aku? Sampai dia berkata bahwa aku ini perempuan penggoda, jalang dan sebagainya" ucapku parau.

Aku menangis menjadi-jadi, tidak tahu lagi bagaimana wajahku saat ini, aku tidak perduli bagaimana bengkaknya mataku saat ini, yang terpending semua kekesalanku terlampiaskan—untuk saat ini. Tida-tiba ada seseorang memberiku sapu tangan, aku berhenti untuk menangis, penghapus kasar air mata yang ada diwajahku saat ini, lalu aku mendongak siapa yang menolongku dan kudapati Shawn lah yang menolongku. "Kau mengikutiku?" Tanyaku.

Wajahnya tenang "Tidak, aku tidak sengaja mengikutimu" Jawabnya tenang. Aku mengambil sapu tangan yang ia berikan padaku, dan menghapus air mataku. "Terimakasi, akan ku kembalikan besok" Aku mencoba tersenyum seikhlas mungkin. "Tidak, tidak perlu" senyumnya mengembang. Kami terdiam selama beberapa menit dan diselimuti oleh keheningan. Ini sungguh nyaman.

"Jika kau butuh pundak untuk bersandar, kau bisa meminjamkannya untukmu. Aku bersedia" ucapnya tapi tatapannya masih kedepan tidak menatapku sama sekali, tapi aku bisa melihat kedutan dibibirnya menahan senyuman. Aku meliriknya sebentar mencoba untuk berpikir, lalu aku putuskan menyandarkan kepalaku pada pundaknya. Aku terus menatap kedepan—kearah danau. Aku melihat kedua angsa yang berada didanau itu, mereka terlihat akur dan serasi. "Shawn, lihat itu, angsa itu terlihat sangat akur, mereka sepertinya bahagia ya Shawn, mereka nampak serasi" Ujar ku sarkastik menunjuk dimana letak angsa itu berada

Shawn tersenyum lalu berkata "Tidak setiap hari, menit, detik mereka terlihat akur, pasti mereka juga mempunyai masalah, namun sepertinya mereka melupakan masalah itu, mereka tidak mau ambil pusing, dia tidak mau terlihat sedih didepan orang-orang, jadi mereka mencoba untuk selalu bahagia, walaupun mereka mempunyai masalah sebesar apapun" Mencoba untuk menghiburku rupanya, tapi benar apa katanya, jadi aku tersenyum saat mendengarnya.

Aku mendongak menatapnya sebentar "Shawn?"

***
DON'T FORGET TO LEAVE VOTE AND COMMENTS.

Paper Plane ✘ Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang