9

578 54 6
                                    

Aku mendongak menatapnya sebentar "Shawn?"

"Hm, ya? Ada apa?" Tatapannya masih kedepan, tidak melihatku sama sekali. Namun, setelah beberapa menit keheningan menyelimuti kami, Shawn menengok kearahku lalu menatapku. Dengan posisi yang sama, duduk direrumputan, kaki yang ditekuk dan tangannya tepat didepan lututnya.

Aku menatapnya lekat-lekat, genangan air mataku sudah tak dapat dibendung lagi, jadi aku lari dan memeluknya "Sekali lagi, terimakasih, Shawn" bisikku. Namun ia masih tetap mendengar bisikanku. Shawn diam saat aku memeluknya, dia tidak membalas pelukanku, namun beberapa detik kemudian dia membalas pelukanku dan mengusap-usap punggungku agar tangisanku mulai reda, pelukan yang diberikannya sungguh nyaman dan hangat. Aku melepas pelukannya dan kembali duduk disampingnya, kami diam kembali selama beberapa saat. Aku tidak tahu setelah ini mau kemana, untuk pulang saja malas. Aku pikir menginap diruman Evane tidak ada salahnya, setelah ini aku akan kerumah bibi Lucy dan menginap disana, lagi pula besok hari minggu dan sekolah libur.

Aku bangkit dari dudukku dan menepuk-nepuk bokongku agar kotoran yang menempel dicelanaku tidak ada lagi. Aku menatap shawn dan berkata "Aku harus pulang, sampai jumpa, terimakasih, Shawn"

Shawn menatapku lalu tersenyum, dia beranjak dari duduknya. "Aku juga ingin pulang, kalau begitu kita pulang bersama saja" Tawarnya

"Uhm, tidak tidak, maksudku kau tidak perlu repot repot mengantarku pulang, Shawn" Aku berusaha untuk menolaknya.

Shawn menggelengkan kepalanya "Tidak, kau harus pulang bersamaku, aku tidak ingin kau kenapa-kenapa"

Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti apa maksudnya. "Oh c'mon Shawn, kau seperti ibuku, aku ini sudah besar ok? Haha kau ini lucu sekali" kataku mencoba untuk menolaknya lagi, tapi kalau dipikir-pikir rumah Evane jauh juga jika berjalan kaki, jadi aku memutuskan untuk pulang bersamanya

"Berubah pikiran kah, Nona?"

Aku terseyum dan menampilkan sederet gigi gigiku lalu menggaruk tengkuk leher yang sama sekali tidak gatal "Setelah kupikir pikir tidak ada salahnya jika aku pulang bersamamu, lagi pula tempat tujuanku lumayan jauh jika ditempuh dengan berjalan kaki" Ucapku jujur. "Tapi, kau tidak akan menculikku kan?" Kataku memastikan, siapa tahu dia penculik dibalik muka polosnya itu. Kita tidak tahu bukan mana yang baik dan mana yang jahat. Aku hanya mencoba untuk memastikan saja, lagipula aku hanya bergurau, dia anak yang baik, bukannya aku sok tahu, tapi kenyataan dari cara dia mencoba menghiburku dan menenangkanku.

Dia tertawa, tawanya lepas sekali "Oh ayolah, apakah aku memiliki tampang penculik? Lagi pula jika aku menculikmu, lalu aku menjualmu, siapa yang akan membelinya? Bahkan tukang kayu saja tidak mau, bisa-bisa kau dijadikan pinocchio haha" Candanya. Aku mencubit perutnya, dia mencoba meremahkanku ya? Lihat saja nanti Mendes. Aku melipat kedua tanganku didada dan memberinya tatapan sinisku "Ayolah, aku hanya bercanda. Baru segitu saja sudah marah, nanti cantikmu luntur"

Keheningan meyelimuti kami ketika Shawn mulai mengendarai mobilnya, tak ada sattupun dari kami memulai percakapan, namun setelah beberapa menit lamanya, Shawn bertanya padaku kemana tujuanku. "Antarkan aku ke jalan st.luis 134, kau tahu alamat itu bukan?"

Shawn tidak melirikku sama sekali, masih fokus dibalik kemudinya. "ya, aku tahu alamat itu, untuk apa kau kesana? Apakah itu alamat rumahmu?"

"Antarkan aku saja kesana Mr.Mendes, tidak usah banyak bertanya, kau ini seperti paparazi yang selalu ingin tahu kehidupan orang ya haha"

"ok, terserah padamu saja princess" kataya yang tetap fokus dibalik kemudinya, namun tak lama dari itu kami sampai ditempat tujuan kami.

Shawn terlihat bingung, sepertiya dia tahu ini bukan rumahku "Em, apakah ini rumahmu?"

Aku menggelengkan kepala pertanda ini bukan rumahku "Ini rumah Evane, sahabatku" sambungku

Shawn mengangguka kepala pertanda mengerti "jika kau tidak menyelesaikan semua masalahmu sama saja kau pengecut, kau itu lari dari masalah, Em. Aku hanya memperingatimu saja, jadilah anak yang berani dan percaya diri, aku tahu kau bisa, tidak ada yang tidak bisa. Aku tahu kau butuh waktu, selesaikan masalahmu itu dengan segera, aku mendukungmu, selalu. Jika kau butuh teman cerita, aku bersedia" dia mengelus pundakku lalu segera pergi mengendarai mobilnya, aku menunggunya sampai mobilnya tidak terlihat kembali, kemudian aku masuk kehalaman rumah Evane.

Ketika aku sedang mengetuk pintunya, tak lama, Lucy—ibunya Evane langsung membukakan pintunya, dan langsung memelukku, awalnya aku diam saja tidak merespon, aku sedikit bingung, kemudian aku butuh pundak seorang ibu, jadi aku balas pelukannya, hangat dan nyaman itu yang kurasakan saat ini. Tante Lucy langsung menuntun ku masuk kerumahnya, dan ia berkata "jika kau mempunyai masalah, kau bisa cerita padaku" ucapnya. Aku berpikir, memang saat ini aku sedang butuh seorang yang bisa mendengarkan ceritaku, apa lagi yang mendengarkan seorang ibu. Jadi, aku ceritakan secara detail dari mulai awal kejadian dan akhirnya. Aku kembali menangis saat menceritakannya, karena aku kembali merasakan apa yang baru aku alami barusan, itu nyata.

Tante Lucy mengelus kepala dan pundakku, lalu aku dipeluk olehnya. Aku terseyum ketika bagaimana ia memelukku, beruntung masih ada orang yang baik padaku. "Em, buktikan pada orang-orang itu, bahwa yang mereka katakan salah, jangan mau direndahkan oleh mereka, aku yakin kau bisa, tidak ada yang tidak bisa, jangan balas mereka dengan kejahatan juga, kau harus buktikan bahwa kau bisa melakukan yang kau tidak bisa lakukan" Kata-katanya sama seperti apa yang baru Shawn katakan sebelum ia meninggalkanku, aku tersenyum pada Tante Lucy, benar juga apa kata Tante Lucy dan Shawn, aku harus berubah.

Aku tidak mau lagi diredahkan oleh mereka, aku harus berubah mulai sekarang, tidak ada lagi Emily yang malas, tidak ada lagi nilai jelek, aku akan membalas kalian semua yang sudah menghina ku, tapi tidak dengan kejahatan, akan aku bikin kalian kaget dan menyembahku seperti kalian meyembah idola kalian, aku tahu aku bisa, semuanya mudah jika kita kerjakan dengan suka hati dan senang apa yang kita kerjakan –batinku.

"terimakasih, sekali lagi terimakasih, kau seperti ibu kandungku Mom lucy, aku tidak tahu lagi jika kau tidak ada, dimaa lagi aku bercerita" aku memeluknya lagi dan kemudian melepasnya, aku sudah merasa baik dari sebelumnya. "bolehkah malam ini sampai besok aku menginap disini?" Bibi Lucy menganggukan kepalanya lalu tersenyum. "tapi ingat, jangan pergi dari masalah, karena itu tidak akan menyelesaikannya, dan itu akan mempertambah besar masalahmu" aku tersenyum dan mengaggukan kepala.

***

BIG THANKS TO @icellecii WHO MADE THIS NEW COVER

mau ngasih tau, jangan jadi reader pls, setiap chap kasih vote atau comment gitu, gimana pendapatnya cerita gua:') kalo jelek bilang jelek kalo kurang menarik bilang ya, jangan jadi silent readers lah tau gimana susahnya mikir alur, milih bahasanya yang mana, jadi mohon pengertiannya ya hehe


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 03, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Paper Plane ✘ Cameron DallasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang