Pulang dari suatu misi memang melelahkan dan membikin tulang serasa meleleh dari sendi. Namun dibalik semua itu, pundi-pundi harta tentu kian bertambah jumlahnya. Menegaskan bahwa usaha tidak pernah mengkhianati hasil. Sekecil apapun.
Bahkan, suara gemerincing uang koin dari dalam dompet Gama-chan milik Naruto tidak terdengar sama sekali. Pasalnya, tidak ada ruang yang tersisa lantaran dompet itu terlihat gemuk berisi, sesak berjejalan.
Langkahnya menjejak seringan angin. Senyum lebar yang terpatri di wajahnya adalah bentuk kepuasan diri. Seakan-akan Naruto bisa mendapatkan apapun yang dia inginkan hari ini.
Di pertigaan jalan derapnya terhenti. Memasang wajah berpikir. Ibu jari dan jari telunjuknya mengelus dagu layaknya seorang pemuda jenius yang harus memutuskan sesuatu.
"Harus ke mana dulu ya? Beli stok ramen cup edisi istimewa atau ke Ichiraku saja? Hm, hm," gumamnya di antara dua pilihan yang cukup sulit.
Menimbang-menimbang Gama-chan yang super gemuk. Ruang di otaknya kembali dipaksa berpikir lebih cepat.
"Baiklah! Aku akan mengajak Sakura-chan untuk makan bersama. Tapi, tunggu dulu. Bukankah dia bilang akan makan malam sama keluarganya hari ini?" Ada sekelebat kesedihan yang terlintas dalam lensa biru cerah Naruto. Sadar bahwa hari ini harus berbahagia. Bibirnya kembali mengurva guna menepis sejumput sedih yang tidak diperlukan.
"Sebenarnya aku ogah. Tapi, kupikir sesekali aku harus baik hati sama si Teme itu. Daripada sendirian, lebih baik dia kuajak ke Ichiraku."
"Yosh! Sudah diputuskan!" Tangan Naruto mengepal tinggi di udara. Sesaat sebelum melanjutkan langkah menuju tempat Sasuke biasa berada. Seutas sapaan malas-malasan dari sesama rekannya tertangkap pelantang telinga.
"Naruto."
"Oy, Shika!"
"Mendokusē. Penuh semangat seperti biasa." Di hadapannya, berdiri dengan tampang malas seperti biasa, si jenius Shikamaru yang membenamkan kedua tangannya ke dalam saku celana.
"Wah, wah, kau pun sama saja. Tidak ada yang berubah," komentar Naruto diiringi tatapan datar. "Kau tidak ada misi?"
Agak ogah-ogahan Shikamaru membalas. "Aku baru pulang kemarin sore. Omong-omong, aku harus melanjutkan perjalanan. Ada sekumpulan awan misterius yang harus kuamati hari ini." Setelahnya, Shikamaru pun melesat tanpa berkata apa-apa lagi.
Naruto hendak berpaling. Namun, kepala nanas Shikamaru lebih dulu menoleh dengan sedikit enggan.
"Naruto. Kalau kau mencari si Uchiha, aku sempat melihatnya keluar desa bersama Kakashi-Sensei."
"Eh?" Bukan apa-apa. Naruto agak terkejut tatkala Shikamaru mengetahui niatnya tanpa ia menceritakan pada siapapun.
"Kau? Bagaimana kau tahu kalau aku akan ke tempatnya?"Kedua bahu Shikamaru terangkat sebentar. "Insting," lantas sosoknya pun mengecil lalu benar-benar hilang dari pandangan Naruto sepenuhnya.
Terbersit selaksa kelegaan bercampur kekecewaan usai mendengar hal yang barusan dikatakan oleh Shikamaru.
"Yah, tak apa. Bukankah selama ini akupun selalu sendirian?" Bait yang dipaksakan terdengar ceria berlompatan dari mulut Naruto. Mengusir raut muram yang sedetik ia tampilkan pada dunia.
Agaknya, makan semangkuk ramen sendirian di Kedai Ichiraku tidak terlalu terdengar buruk.
...
Hyuuga Hinata akan menandai hari ini sebagai hari sial—-sekaligus hari keberuntungannya. Bahkan, akan dia ingat sebagai hari yang bersejarah dalam 13 tahun kehidupannya di bumi Konoha.
![](https://img.wattpad.com/cover/319072981-288-k974690.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
NaruHina Universe : Their Love Story
Fiksi Penggemartidak peduli siapapun kamu bagaimanapun kehidupanmu aku akan selalu mencintaimu di setiap hari di setiap waktu bahkan d Universe manapun, aku akan menemukan dan mencintaimu seutuhnya (kumpulan) One shot, Ficlet, Drabble NaruHina yang akan di Update...