~Malam Itu Saat Kebakaran Terjadi~
Tikara tidak bisa tidur dan dia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar, dia menemukan sebuah galeri seni di lantai satu yang penuh dengan hal-hal kuno peninggalan Eropa lama. Jadi dia mau lihat-lihat, tapi mendadak ada asap yang memasuki ruangan tempat Tikara berada
Pintu ruangan itu macet saat Tikara berusaha membukanya dan dia terkunci didalam, meskipun dia sudah teriak-teriak minta tolong. Tidak ada satupun orang yang mendengarnya, saat itu Tikara benar-benar sudah pasrah. Namun seorang siswi mendobrak pintunya dari luar dan membopongnya keluar. Dia sudah hampir pingsan saat itu, dan mereka dikelilingi asap.
"Ting... galkan saja... aku. Kamu pasti bisa... keluar sendiri," rintih Tikara terputus-putus.
"JANGAN BODOH!!! Kalau aku meninggalkanmu sekarang, kamu bisa mati!!" marah siswi itu. Tikara hanya diam dan berusaha mempertahankan kesadarannya.
"Ck, sial... meski aku yang melakukannya, berpikir kalau aku akan terjebak di jebakanku sendiri. Menyebalkan!" gumam gadis itu. "Eh? Apa yang dia katakan?"
Gadis itu mulai kehabisan napas dan kesulitan mempertahankan kesadarannya. Dia terus menggerutu sesuatu yang tidak bisa Tikara dengar dengan jelas, lalu mengambil sebuah pisau dari balik roknya. Dia mengayunkan pisau itu dan...
CRAASSSSS
Darah mulai mengalir keluar dari tangan kirinya. Gadis itu melukai dirinya sendiri tanpa ragu demi membuat dirinya tetap terjaga. Tikara yang hampir pingsan dibuat terkejut melihatnya, dia tidak menyangka seseorang akan melakukan tindakan seekstrim itu.
"Tidak! Dia harus segera diobati, lukanya terlalu dalam... kalau dibiarkan bisa bahaya," jerit Tikara dalam hati. Tapi sayang, suaranya sama sekali tidak keluar dan kesadarannya-pun menghilang. Setelah itu Tikara tidak ingat apa yang tejadi, atau lebih tepatnya dia tidak tau. Begitu dia bangun dari pingsannya, dia mendapati adik perempuannya menangis didepannya.
"Begitulah yang aku alami, aku penasaran apa gadis itu baik-baik saja. Dia terluka separah itu, aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas jadi aku tidak tau siapa dia. Apa kalian tau siapa gadis itu?" tanya Tikara mengakhiri ceritanya.
Respon yang dikeluarkan Vio dan Lizza tidak terduga, bukan lega ataupun penasaran. Mereka justru sangat terkejut dan shock mendengarnya. Itu karena sepertinya mereka tau siapa dia dan apa yang mungkin terjadi.
Raut wajah Lizza mulai memucat, "Nee, Vio. Sepertinya aku salah fokus dengan kata-kata yang didengar Bu Tika," bisik Lizza cemas.
"Apa dia baru saja bilang kalau dia adalah yang membakar Villa?" lanjutnya takut.
"Ah... Kupikir kamu gak salah, dia memang bilang begitu," balas Vio sama paniknya.
"Jadi... orang yang menyelamatkan Bu Tika dan pemilik bercak darah itu adalah... orang itukan?" tanya Lizza. "Iya, dia pasti orang itu,"
"Daritadi kalian ngapain bisik-bisik sendiri? Bukannya jawab pertanyaanku," ucap Tikara mulai kesal karena diabaikan. Vio dan Lizza hanya sedikit meliriknya lalu mulai menjawab.
"Kakak, sejujurnya... kami tidak tau dimana teman sekelas yang lain. Sebelumnya mereka ada di depan Villa, tapi sekarang entah ada dimana," jawab Vio setengah jujur. Tikara terkejut mendengarnya. Semua kejadian buruk yang terjadi saat ini, baik itu kebakaran maupun murid hilang membuat pusing kepalanya.
"Bagaimana bisa hilang? Tidak... tenang Tika, mereka muridmu... mereka bukan orang bodoh. Yosh!! Baiklah, kalian tenang saja. Mereka mungkin mencari tempat yang aman atau sesuatu seperti itu. Aku akan mencari mereka, kalian tetap disini dan jangan kemana-mana," seru Bu Tika. Dia mengatakan itu tanpa tau dimana mereka saat ini, benar-benar sebuah keputusan yang ceroboh namun mengingat bahwa dia adalah seorang guru, tentu muridnya adalah prioritasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Livvy
Mystery / ThrillerSek, Noe males nulis deskripsi. Pokoknya kisah gadis SMA yang penuh misteri dan fantasi Ah, btw itu cover nya Noe gambar sendiri waktu itu