Bab 3 (2)

17 5 2
                                    

"Begitulah ceritanya," kata Lizza.

Vio sangat terkejut mendengar cerita Lizza, dia langsung melirik ke kaki Lizza. Kakinya membengkak dan sedikit berwarna ungu. Wajah khawatir Vio sangat terlihat, namun Lizza hanya tersenyum dan berkata kalau dia baik-baik saja.

"MANA MUNGKIN BAIK-BAIK SAJA, DASAR BODOH!!!!" marah Vio.

Vio merobek sedikit kain di lengan bajunya dan mengambil ranting kayu didekat sana lalu memberi pertolongan pertama pada kaki Lizza. Sementara Vio mengobati kakinya, Lizza memperhatikan kepala Vio yang berdarah.

"Tunggu! Kepalamu kenapa?" tanya Lizza panik begitu melihat darah mengalir dari kepala sahabatnya. "Ah, ini..." Vio memegang kepalanya, dia baru sadar kalau kepalanya berdarah. "Memang sakit sih, tapi aku nggak nyangka kalau berdarah," pikir Vio.

Sekarang giliran Vio menceritakan apa yang dialaminya tadi. Dari pada keadaannya, Lizza lebih terkejut dengan cerita Vio. Saat dia meninggalkan sweaternya tadi, teman sekelasnya tidak ada disana apalagi saling menyerang.

"Vio, bukannya ini semua aneh?" tanya Lizza.

"Aku tahu, untuk sekarang ini ayo kita menunggu Nea bangun. Banyak yang ingin kutanyakan padanya. Saat ini mungkin hanya Nea yang bisa menjawab menjelaskan tentang apa yang sebenarnya terjadi," kata Vio setelah selesai memberi pertolongan pertama pada dirinya.

Tak butuh waktu lama sampai Nea bangun, setelah dia memuntahkan air yang dia telan, Nea mendudukan dirinya dan berterimakasih pada Lizza karena menyelamatkannya saat dia tenggelam. Lizza hanya tersipu malu dan berkata dirinya tidak berbuat banyak. Vio tersenyum dan tertawa melihat tingkah temannya. Namun itu hanya sebentar, Vio langsung memasang wajah serius setelahnya. Vio dan Lizzapun menceritakan apa yang mereka temukan dan alami.

"Nea, katakan padaku semua yang kamu tau tentang pulau ini. Kamu mempunyai informasi yang tak kami tau kan?" pintanya.

"Apa maksudmu? Aku tidak tau apa-apa," jawab Nea cuek.

"Jangan berbohong. Pertama, kamu tiba-tiba pindah sekolah diwaktu kelas kami hampir piknik. Kedua, disekolahmu yang sebelumnya ada kasus pembunuhan yang seharusnya saat itu para siswa tidak akan diizinkan pindah tanpa mengurus banyak hal. Tetapi waktu kamu keluar dan waktu kamu mendaftar terlalu cepat, artinya kamu pasti dibantu orang dalam. Ketiga, kamu bisa tau perspektif lukisan seakan sudah pernah melihatnya. Keempat, kamu tau kalau Vilan itu saudara Pak Yurio walaupun kamu marga mereka tidak sama. Kelima, setelah aku menyelidikimu aku tau hal penting. Setiap ada kasus pembunuhan berantai di sekitar, kamu selalu ada di TKP," ucap Vio panjang lebar membuat Nea dan Lizza hanya bisa tercengang.

"Kamu tau apa artinya semua itu? Simpel, hanya ada satu kemungkinan. Kamu pasti bekerja sama dengan kepolisian, apa aku salah?" kata Vio mengakhiri penjelasannya.

"Tidak... justru kamu sangat benar. Bagaimana kamu bisa tau itu hanya dengan petunjuk kecil seperti itu?" jawab Nea kaget.

"Mudah, hanya polisi atau sejenisnya yang bisa melakukan penyelidikan secara resmi dan orang mereka pasti bisa pindah kemanapun mereka mau jika itu demi penyelidikan," balas Vio.

"EHHH???? Kok aku nggak tau itu? Anggota kepolisian, keren!!" timpal Lizza.

"Tidak, aku hanya bergabung karena keluargaku adalah keluarga polisi. Sejak kecil aku sudah di didik untuk menjadi itu. Tapi anak dibawah umur tidak bisa menjadi polisi, jadi sekarang aku ini Unit Satuan Khusus (USK). Sejujurnya aku masuk ke sekolah ini karena kelas ini akan pergi ke pulau ini dan pulau ini berhubungan dengan kasus yang sampai saat ini belum terselesaikan," kata Nea.

"Tolong jelaskan itu, kita harus mengumpulkan semua info saat ini," seru Vio.

"Baiklah, dengarkan baik-baik. Lima tahun lalu, sekelompok anak-anak datang ke pulau ini. Dan nama mereka adalah Akasia, Hazella, Yurio dan Tikara," terang Nea. "Kakak?"

The LivvyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang