CHAPTER 37

323 23 2
                                    


Terima kasih telah hadir dan membantuku membersihkan serpihan kaca yang dulunya pernah hancur. Aku mencintaimu!

-Azzalea Syafa Lorenza

°°°

Bilal berjalan kesana kemari layaknya orang yang sedang kebingungan. Jujur ia sangat bahagia dengan kisahnya yang sekarang. Tapi, dia juga merasa bersalah karena telah menyakiti orang yang dulunya pernah hadir di hidupnya.

"Hei!" Tegur Deren sambil memegang pundak Bilal untuk menghentikan langkahnya.

Bilal langsung menoleh dan nampak terkejut. "Astaghfirullah, Deren."

"Lo ngapain, jalan mondar mandir dari tadi?"

Bilal langsung mengajak Deren untuk duduk di kursi yang ada disamping mereka. "Kemaren Hanna kesini, Der."

"Hanna? Ngapain dia kesini? Bukannya dia udah pindah ke luar kota?"

"Hanna nagih janji saya ke dia dulu."

"Terus gimana? Lo nggak mungkin kan nepatin janji lo sama dia. Kan sekarang lo udah nikah sama Lea."

"Tapi, Hanna nggak terima, Der."

"Mau gimanapun Hanna harus bisa terima, Lal. Kecuali kalau lo mau jadiin dia istri kedua."

"Astaghfirullah hal azim. Jangan sampai ya Allah. Saya nggak mungkin tega nyakitin Lea."

"Alhamdulillah kalau gitu."

"Tapi, saya juga ngerasa bersalah sama Hanna."

"Semuanya sudah terjadi, Lal. Tidak ada yang bisa merubah ketetapan Allah. Allah sudah mentakdirkan lo berjodoh sama Lea bukan Hanna."

"Saya masih bingung apa yang harus saya lakuin sekarang."

"Yang harus lo lakukan cukup fokus dengan apa yang sudah jadi takdir lo sekarang. Masalah Hanna, lo cuma perlu ngasih penjelasan baik baik supaya dia ngerti."

Tidak lama kemudian ditengah obroran mereka, Hanna tiba tiba datang menghampiri mereka berdua seolah masih bersikap layaknya tidak terjadi apa apa.

"Assalamualaikum!" Sapa Hanna.

"Wa'alaikumussalam warahmatullah." Jawab mereka serentak.

"Aku mau bicara berdua sama kamu, Lal?"

"Maaf, Han. Sebaiknya kita bicara disini aja. Nggak baik bicara berdua dengan yang bukan mahram. Takut fitnah."

Hanna terdiam sambil menarik nafas pelan untuk memulai obrolannya. "Aku udah cerita sama Bunda dan Bunda sangat kecewa sama kamu."

"Maaf, Han. Aku nggak bermaksud."

Hanna menghela nafas panjangnya sambil menggigit bibir bawahnya karena berusaha menahan tangis. "Apa kamu cinta sama istri kamu?"

"Iya. Aku sangat mencintainya."

"Tapi, aku dengar dari orang orang kalau kalian berdua menikah karena di jodohin dan pernikahan kalian baru berjalan 3 bulan. Mustahil kalau kamu bisa mencintai istri kamu secepat itu?"

"Aku udah jatuh cinta sama Lea dari lama bahkan sebelum Lea tahu siapa aku."

"Gimana dengan aku? Apa kamu nggak pernah punya perasaan sedikitpun sama aku?"

"Dari dulu aku udah bilang berkali kali sama kamu, Han. Kalau aku hanya menganggap kamu sebatas teman biasa nggak lebih."

"Tapi, kenapa kamu mau nerima perjanjian itu kalau kamu nggak cinta sama aku?"

Lentara Untuk Zaujaty [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang