03

63 16 0
                                    


Seperti apa yang mereka rencanakan untuk esok hari, sekarang mereka sudah ada di taman dan tidak ada apapun. 3 jam sudah berlalu dan tidak ada seorang pun yang datang, Willen mulai patah semangat dan mungkin memang tidak berjodoh dengan perempuan itu.

Re menepuk pundak Willen."next time pasti ketemu, jangan patah semangat dong."

Willen hanya bisa mengangguk lesu sedangkan Ghea dan Ann merasa kasihan dengan temannya itu, baru pertama kali merasakan cinta malah berakhir seperti ini, mungkin memang lebih baik temannya itu tidak pernah jatuh cinta karena melihat Willen dengan keadaan seperti ini membuat mereka bersedih juga.

Mereka semua pun pulang kecuali Ghea yang katanya masih mau menghirup udara segar, di rumahnya cukup sesak, itu alasan kenapa Ghea terkadang juga menginap di rumah Re atau teman lainnya.

Ghea menghela nafas dan mengeluarkan sebatang rokok, saat mau menghidupkan rokok itu tiba-tiba seorang perempuan mengambil rokoknya, Arina.

"Rin."

"Gak ada lo ngerokok kayak gitu, nanti koid, siapa yang sedih? Gue!"

"Bilang aja lo takut kehilangan gue."

"Gak jelas banget."

Ghea terkekeh pelan melihat ekspresi Arina yang sangat lucu itu, sahabatnya memang sering sekali mengajaknya untuk bertemu walaupun hanya sebentar. Berbincang hal yang tidak penting hingga masuk ke perbincangan yang lumayan serius, padahal kalau di pikir lagi rumah mereka jaraknya tidak begitu jauh, hanya beda komplek perjalanan saja.

"Nao jadi masuk sekolahan itu?"

"Jadi, dia udah di kirimin seragamnya."

"Keren banget dia."

"Lo juga bisa masuk sekolahan itu, kenapa gak masuk sana aja? Malah masuk sekolahan khusus orang bawah."

"Gue bukan anak yang ambis, Global Crown di peruntukkan bagi orang yang ambis dan berduit. Gue berduit iya tapi kalo enggak ambis, buat apa? capek-capek dapet nilai bagus kalau pas bokapnya balik tetep jadi samsak, gak ada bedanya."

"Bokap lo masih suka mukulin lo?"

"Kadang, dia lagi jarang balik."

Arina tanpa sadar menarik Ghea dalam pelukannya, ia tau apa yang Ghea rasakan saat ini, bahkan jauh sebelum itu pun Arina lah yang menjadi saksi bisu kalau Ghea pernah di pukuli ayahnya dengan menggunakan stik golf.

Kejadian lama yang bisa saja terjadi lagi, Arina sudah siap menampung Ghea apa bila kejadian di masa lalu itu terulang lagi, pokoknya Arina gak akan biarin Ghea berakhir seperti dulu.

"Ghea?"

"Hm?"

"Gue sayang banget sama lo, jangan tinggalin gue sendirian."

"Gak akan, gue bakalan selalu ada buat lo sampai kapanpun."

"Dan gue juga gitu, jangan merasa sendirian karena lo punya gue."

Ghea mengangguk dan mengeratkan pelukannya, ia beruntung memiliki Arina dalam hidupnya, jika tidak mungkin sudah sejak lama ia menyerah.

...

Willen menghela nafas, rasanya ia malas berangkat sekolah, mungkin karena ini adalah hari pertamanya bersekolah di sekolahan barunya jadi ia tidak begitu semangat, di tambah lagi akan seseorang yang ia cari itu tidak pernah ketemu juga.

"Kusut amat tuh muka kek baju belom di seterika."

"Re?"

"Apa?"

Popcorn!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang