4. I can never promise you tomorrow

259 21 9
                                    


🎧 Anaheim by NIKI

——————————————————————————

Here you are, a hero, you wanna be my new home
But baby, let up, i won't ever recognize these roads
cause i am lost, but not in you


Nathan masih terus menutup mulutnya saat Anne masih duduk menyamping melihat ke arah jendela. Gadis itu memang sangat kentara jika sedang marah atau kesal padanya. Jika ada di dalam mobil berdua seperti ini, ia pasti akan duduk miring memunggunginya.

Nathan sampai was-was jika sepuluh tahun kedepan Anne terdiagnosa skoliosis. Agak sedikit tidak penting tapi dia sungguh khwatir jika Anne sudah mendiamkannya selama ini. Tandanya, gadis itu benar-benar marah, bukan sedang ngambek-ngambek gemas.

"Anne, apa aku menyinggungmu sebegitunya?" Nathan menyentuh lengan Anne saat mereka berhenti di lampu merah. "Aku minta maaf jika iya."

Anne akhirnya membalikkan tubuhnya. Matanya bertatapan dengan mata Nathan untuk sesaat. Namun Anne memilih menggeleng pelan dan menarik pandangannya dari Nathan. Ia sudah duduk normal, tapi matanya lurus ke depan, tak mau menatap ke arah Nathan.

Hatinya memang sedikit hancur saat Nathan bicara seperti itu tadi. Ya jelas jawabannya adalah Nathan itu penting bagi dirinya. Kalau tidak, kenapa coba dia mau dijadikan pelarian selama bertahun-tahun. Anne bahkan terheran, Nathan ini sebenarnya bodoh atau dungu?

"Bicaralah jika tidak. Aku sedikit panik jika kamu mendiamkanku." Nathan sedikit merengek.

"Kenapa panik? Memang aku penting bagimu?"

Nathan menghela napas kasar. Begitulah perempuan. Sekalinya laki-laki membuat sebuah kesalahan, mereka pasti akan mengungkitnya mungkin sampai mati. Perkara pertanyaan sepele yang Nathan pikir hanya sebuah lelucon, ternyata itu adalah sebuah kesalahan yang teramat besar bagi Anne.

Nathan sadar jika masalah ini tidak akan selesai hanya dalam satu dua hari. Anne akan terus mengungkit itu sampai beberapa hari ke depan. Pertanyaan 'memang aku penting?' akan jadi topik utama mereka setidaknya sepekan dari sekarang. Nathan cukup muak bahkan hanya dengan membayangkan.

Laki-laki itu masih melihat Anne diam. Ia sebenarnya tidak tahu kenapa hubungannya dengan Anne serumit ini. Kalau dipikir lagi mereka hanya sekedar teman. Namun rasanya, gejolak diantara mereka tak kalah menegangkan dengan gejolak yang Nathan rasakan di hubungannya sebelumnya.

Apa Nathan memang sudah jatuh pada Anne?

Pertanyaan itu terus berputar di kepala Nathan sejak beberapa bulan lalu. Sejak hubungan mereka semakin dekat dan intens. Nathan tak pernah menyangkal soal itu, hanya saja ia sedang tidak yakin dengan segala yang ia rasakan pada Anne sekarang.

Nathan sangat sadar jika hubungannya dengan gadis itu tidak berjalan seperti biasanya. Mereka lebih sering mengobrol akhir-akhir ini, bahkan sebelum ia kembali ke Rotterdam. Nathan juga merasa jika ia sudah tak segan untuk sekedar memeluk Anne atau merangkul pinggang gadis itu. Begitu sebaliknya dengan Anne.

"Anne, aku minta maaf. Aku hanya bercanda tadi." kata Nathan membujuk.

"Sudah ku bilang itu tidak penting. Aku tidak penting untukmu, dan kita ini tidak penting!" Anne berteriak marah. Akhirnya ia bisa mengeluarkan segala amarahnya sudah ia tahan.

"Kamu penting, Anne. Aku juga penting untukmu, aku tahu. Kita ini penting."

Anne berdecak, "Buaya gila!"

"Yes, i'm." ucap Nathan sedih.

Oke, Nathan akui itu. Nathan tahu ia memang terkesan sedang memainkan perasaan Anne. Padahal sebenarnya ia tak pernah bermaksud demikian. Nathan tidak sedang dengan sengaja membuat Anne kebingungan dengan hubungan ini. Nathan hanya sedang bingung dengan dirinya sendiri.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BACKBURNER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang