"Sorry Bian, kayanya untuk tahun ini Abang gak bisa pulang dulu. Ada banyak pekerjaan yang bener-bener gak bisa ditinggalin, mengingat keadaan ayah juga yang kacau, dia sampai lupa pegang perusahaan disana, untungnya masih ada sekertaris pribadi ayah yang gantiin," Kata Galen di ujung telepon sana.
Sudah beberapa bulan ini lelaki itu ditugaskan oleh ayahnya untuk menjaga perusahaan di luar kota. Sebab, sang ayah sendiri percaya jika Galen dapat membuat perusahaan keduanya lebih besar lagi. Lantas kenapa tidak si sulung Alvaro saja yang ditunjuk untuk menjaga perusahaan ayahnya? Bayu tidak yakin jika Alvaro bisa mengurus perusahaannya, sejak dulu pun sudah ingin disuruh tetapi berbanding terbalik dengan hobinya yang lebih suka dengan dunia balap.
Helaan napas terdengar dari mulut Albian, ia juga tidak bisa memaksa untuk Galen cepat-cepat pulang. Lagipula masih banyak Abang lainnya untuk ia ajak ke makam sang ibunda.
"Tapi Aziel juga nanyain lu terus, bang, gak lupa kan kalau hari ini dia ultah?" Tanya Albian sedikit kecewa.
"Tau, titip salam, ya. Sama nanti ada beberapa bingkisan yang Abang kirim buat dia. Tolong jagain adek kita dengan baik, selama Abang gak ada di rumah Abang gak bisa pantau dia dengan jelas."
Galen menjeda sebentar, ia melumat bibir bawahnya sekilas. "Sama satu lagi, Abang transfer uang buat beli bunga di makam bunda, titip do'a dari Abang buat almarhumah."
"Iya bang, nanti Bian beliin bunganya disana. Soal Aziel gak usah khawatir, sekarang Bian ikhlas jaga dia dengan baik,"
Alhamdulillah, akhirnya kali ini kamu sadar juga, Bian. —Batin Galen merasa lega.
"Yaudah, kalau gitu Abang tutup teleponnya, ya. Baik-baik di sana. Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam." Jawab Bian sebelum telepon dimatikan.
***
"Ada yang tau gak bang Varo ke mana?" Tanya Bian saat siap hendak menuju TPU tempat peristirahatan terakhir mendiang Rosa.
Semua hanya menggeleng, sejak pagi tak ada tanda-tanda Varo di rumah ini, bahkan batang hidungnya pun tak terlihat sedikitpun.
"Gak tau! Gak usah mikirin yang gak pasti, sekarang kita langsung pergi aja ke makam bunda," Perintah Arsen terdengar tegas.
Mereka semua mengangguk. Arsen memasuki mobil diikuti ketiga Adiknya, kali ini ia yang akan menyetir.
Tak ada obrolan apapun diantara keempat kakak-beradik itu, Mereka hanya sibuk dengan kegiatan masing-masing. Aziel sedikit membuka jendela mobil, merasakan sedikit demi sedikit udara yang masuk dari luar, kepalanya ia biarkan tersender disamping celah jendela sambil sesekali memperhatikan sisi jalanan.
Sementara Bian, ia sempat menoleh ke arah Aziel, setelah itu kembali memalingkan wajah dan beralih memainkan handphone sekedar mencari kesibukan.
Niat hati ingin bersenang-senang dengan membuka sosial media, yang ia dapati malah berita yang sungguh diluar dugaannya. Albian shock, namun masih menjaga ketenangannya dan kembali memasukkan handphone tersebut ke dalam saku celananya.
Jangan sampai berita ini sampai ke ayah—Batin Albian was-was.
***
Setelah menempuh hampir setengah jam perjalanan, akhirnya mereka berempat sampai di tempat tujuan. Cukup sepi, hanya ada beberapa orang saja termasuk penjaga TPU yang sedang bersih-bersih di sana.
Ini pertama kalinya pula bagi Aziel bisa datang ke tempat ini tanpa takut sendiri lagi. Biasanya lelaki itu akan datang terakhir setelah yang lain selesai berziarah.
langkah mereka cukup jauh membawa ke sebuah makam yang masih terawat dengan baik, rerumputan hijau tumbuh subur dengan bunga yang begitu indah.
Rosalinda Ayu Diningrat
Binti
Karl Deneral AbrahamLahir:09 Oktober 1979
Wafat:13 Maret 2008Tak lupa mereka ucapkan salam, membersihkan sedikit kotoran yang ada di makam tersebut. Selepas itu, Keenan mulai memimpin do'a dengan khusyuk. Tak ada yang menangis, mereka sudah ikhlas melepas sang bunda kepangkuan Tuhannya, meski dalam waktu yang tak singkat, proses ini sudah cukup membuat mereka akan sulit jika terus menerus meratapi hal yang seharusnya sudah berlalu.
Tenang di sana, ya? Rosalinda Ayu Diningrat, namamu akan menjadi sejarah disepanjang kehidupan, cintamu tak akan pernah pudar sedikitpun, cinta yang akan melegenda sampai dimana putra-putramu mampu menjadi laki-laki yang bertanggung jawab kelak ketika mereka sudah memiliki pasangan hidup masing-masing.
—TBC—
Menurut kalian segini masih kurang banyak ga?
Aku kalau ngetik gak pernah sampai seribu lebih, menurut aku di 800 an aja udah cukup.
Kayanya di next chapter kita bakal masuk konflik awal, siap-siap yaa
Vote mana vote😥
lagi kurang darah ini tapi lagi ada ide meluncur lah nulis wkwkwk
Thank u guys, siap pantengin cerita ini sampai akhir kan?
sehat-sehat selalu ya kalian, aku bakal balik lagiii
see next chapter❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Putra Mahesa (revisi)
RandomUsai kepergian sang ibunda, semuanya hancur lebur seolah kehidupan yang sudah mereka tata tertelan begitu saja oleh bumi. Malaikat mereka telah pulang, jauh di alam yang tak terlihat oleh mata manusia. Bahkan Bayu sendiri, kendalinya telah hilang h...