CHAPTER 08

91 11 0
                                    

Berita mengenai Alvaro agaknya sudah sampai hingga ke telinga sang ayah. Jelas sekali tercetak raut amarah yang besar di wajah pria itu, bahkan urat-urat lehernya pun ikut keluar dengan gigi yang menggertak menahan emosi.

Pria paruh baya ditemukan tewas mengenaskan berlumur darah, pelaku diduga melakukan kriminalitas dengan motif balas dendam. Dari hasil Otopsi, korban mendapat luka benturan yang sangat keras di area kepala, dan beberapa pukulan yang menyebabkan korban kehilangan nyawa di tempat. Polisi buka suara dan masih menindak lanjuti pelaku berinisial SAM, salah satu anak dari pemilik perusahaan terkenal di Jakarta.

"Anak sialan!" Umpat Bayu kelewat kesal.

Kepalanya ikut pening membaca sebuah artikel yang hangat diperbincangkan di sosial media. Pasalnya, perusahaan Bayu bisa ikut terancam dan bangkrut secara mendadak, ditambah akhir-akhir ini ia lebih fokus dengan kesehatan Bintang hingga lupa dengan pekerjaannya di perusahaan. Jika begini darimana lagi Bayu membiayai pengobatan putranya jika bukan dari hasil kerjanya di sana.

Tunggu, balas dendam? Bayu membaca ulang artikel tersebut dengan teliti. Balas dendam apa yang Alvaro maksud hingga nekat membunuh seseorang? Ia harap kasus ini segera terselesaikan dan anak sialan itu mendapat hukuman yang setimpal.

Drrtt... Drrrtt...

Ponsel Bayu berdering tanda panggilan masuk. Segera ia angkat dan tersambung dengan salah satu asisten perusahaannya.

"Pak, tolong segera datang. Banyak reporter yang ingin menerobos masuk ke dalam gedung perusahaan."

***

Kacau sekali. Itu kata pertama yang mampu mendeskripsikan betapa ramai dan desaknya para reporter yang ingin masuk ke perusahaan. Bayu yang baru saja turun dari mobil langsung disudutkan oleh banyak pertanyaan mengenai kasus Alvaro yang sedang ramai diperbincangkan.

"Bagaimana tanggapan bapak mengenai kasus pembunuhan yang dilakukan Alvaro?"

"Apakah bapak akan membiarkan Alvaro mendapat hukuman sesuai dengan kejahatan yang dilakukan?"

"Lalu pembelaan apa yang bapak beri untuk bisa membebaskan Alvaro?"

Bayu bungkam.

Semua pertanyaan konyol itu tidak pantas untuk dijawab. Ia hanya terdiam meski semua kamera mengarah padanya. Mata tajamnya bergerak kesana-kemari, seperti mencari sesuatu diantara ramainya orang-orang ini.

Tanpa peduli sedikitpun, Bayu melewati keramaian tersebut secara paksa. Ia hampiri asisten pribadinya yang berdiri tak jauh di dalam sana. Para satpam yang menjaga begitu kewalahan mengadang para reporter yang memaksa ingin masuk.

"Sudah berapa lama mereka berada disini?" Tanya Bayu datar.

"A-ah itu, sejak setengah jam yang lalu pak. Saya sudah mencoba berbagai cara untuk mengusir mereka dari sini, namun nihil, para reporter itu bersikeras ingin menerobos menunggu kedatangan bapak," Jawabnya dengan jantung yang berdetak tak karuan.

Bayu hanya menghela napas pendek, dalam kondisi seperti ini ia tidak boleh terlihat gegabah, maka sebisa mungkin ia menetralisir emosinya.

"Tidak ada pilihan lain, segera kerahkan para penjaga yang sudah saya sewa, suruh mereka untuk mengusir para reporter bagaimanapun caranya," Titah Bayu mutlak.

7 Putra Mahesa (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang