CHAPTER 01

195 16 0
                                    

⚠️BAB INI TERDAPAT KATA-KATA KASAR SERTA UMPATAN YANG TAK PANTAS DITIRU, MOHON UNTUK BIJAK DALAM MEMBACA⚠️


Cung yang nungguin cerita ini?

Maap yaa baru updated, aku ga bikin jadwal up jadi mohon bersabar, and aku nulis kalau memang lagi ada ide ajaa😭🙏

ABSEN DONG KALIAN MASUK SEKOLAH TANGGAL BERAPA?







































-HAPPY READING-

Dua motor sport yang saling berderum di arena balap malam ini semakin heboh diteriaki para penonton, dinginnya udara tak sedikitpun membuat mereka berniat untuk bubar. Dua pembalap legendaris yang kali ini bertarung akan menjadi sejarah yang paling di nanti-nanti sepanjang masa.

Alvaro, pria dibalik helm full face itu menarik senyum simpul, bersiap melaju dengan kecepatan penuh dan mengalahkan lawannya malam ini.

Tepat saat bendera diangkat, dua pembalap itu langsung melesat secepat kilat, melintasi jalanan dengan jarak sejauh tujuh ratus meter.

Alvaro berada di posisi paling belakang, pria itu semakin menambah kecepatan motornya di atas rata-rata, melewati lawannya dengan perasaan penuh bangga.

Tak ada kata takut, gelapnya malam tanpa bintang bukanlah hal baru baginya, Alvaro sudah terbiasa bahkan jika harus melewati pohon rindang sekalipun. Meski di umurnya yang sudah menginjak dua puluh sembilan tahun, keberaniannya untuk mengikuti balap tak pernah sedikitpun pudar.

Semenjak kepergian sang ibunda, entah mengapa kehidupannya seakan hilang dan berubah jauh dari yang ia kira. Alvaro selalu hilang arah, bahkan di kondisinya yang terkadang lemah, club dan minuman menjadi hal pertama yang ia pikirkan.

Setelah menempuh waktu cukup lama, akhir yang ditunggu-tunggu pun tiba, Alvaro berhasil mengalahkan Jefri-lawannya malam ini-dengan sangat mudah. Mereka bertos ria ala laki-laki pada umumnya, saling merangkul tanpa ada permusuhan di antara keduanya.

"Selamat bro!" ucap Jefri tersenyum bangga pada temannya.

Alvaro tertawa kecil, ia menepuk pelan pundak Jefri sebanyak dua kali. "Thanks, kapan-kapan kalau kita balap lagi Lo harus kalahin gua, ya?"

"Sip dah, siap-siap kalah Lo, Al." Sahut Jefri menimpali.

Tak lama, suara dering ponsel yang bergetar di saku membuat Alvaro memisahkan diri. Seketika raut wajahnya berubah masam saat melihat nama yang tertera di layar ponsel tersebut.

"Ayah?"

Meski enggan, Alvaro tetap mengangkat panggilan dari sang ayah dengan perasaan kesal, mengganggu waktu kesenangannya saja.

"Dimana kamu sialan?!" gertak Bayu dengan gemuruh emosi dari seberang telepon.

"Kamu balapan lagi, kan? Saya sudah berkali-kali melarang kamu Alvaro! Cepat pulang, saya tidak suka dibantah!"

***

Plak!

Bayu menampar Alvaro tanpa rasa kasihan, dadanya naik turun menahan emosi. Tepat saat sang ayah menyuruhnya untuk pulang, pria itu langsung saja diseret tanpa ampun ke dalam ruangan bernuansa abu yang sudah usang, tempat yang biasa digunakan untuk menyiksa siapa saja yang berani membantah ayahnya. Sungguh kejam bukan?

"Sampai kapan? Sampai kapan kamu mau membantah ayah, Varo!" Pria paruh baya itu bertanya dengan intonasi nada rendah, namun terdengar menusuk saat matanya menatap nyalang ke arah Alvaro seolah menunjukkan amarah yang besar.

Melihat anaknya hanya terdiam, Bayu semakin dibuat geram. ia mengambil sebuah tongkat kayu lalu memukulnya ke punggung Alvaro berkali-kali tanpa rasa kasihan.

Mendapat perlakuan seperti itu tentu membuat ulu hati Alvaro sakit, ia menahan semuanya sendiri, tak berani berteriak sebab takut akan membuat sang Ayah semakin menjadi-jadi.

Lagi, luka yang sudah lama sembuh, kini harus tergores kembali oleh orang yang sama. Ayah, Alvaro juga benci, benci pada dirinya sendiri yang sudah bersikap di luar kendali. Lantas, apa yang harus Alvaro lakukan untuk bisa sembuh kembali?

***

Tanpa Ayah

Bang Keenan
@Bang Varo gue denger semalem
Lo dipukulin ayah, masih hidup kan?

Bang Bian
serius? terus keadaannya gimana sekarang?
bagian mana yang dipukulin?

Bang Arsen
anj*ng

Bang Varo
gapapa, cuma di punggung doang. abis tuh
udah dia pergi gitu aja

Bang Keenan
masa iya gapapa? kok ngerem di kamar terus
kaya ayam lagi ngendog

Bang Varo
Replay Bang Keenan
bangs*t jangan ada yang ke kamar gue!
intinya gue pengen sendiri

Aziel
tapi bang Varo ga minum alkohol, kan?
Aziel khawatir

Bang Varo
bukan urusan Lo anak haram!

Bang Galen
Replay Bang Varo
dia cuma nanya aja, sensitif banget Lo!

Bang Varo
berisik

Aziel menatap nanar ke arah layar ponselnya, seharusnya ia tak bertanya. Sejak dulu memang selalu begitu respon yang diberikan abangnya.

'Anak haram'

Dua kalimat itu saja sudah mampu membuat hati kecilnya tersentil. Aziel meraung dalam hati, pikirannya berkecamuk. Apa salahnya? Mengapa Aziel harus lahir dari darah seorang ayah yang berbeda? Mengapa ia harus lahir dan membuat bunda tiada?

Entah kejadian kelam apa yang dialami sang bunda, Aziel berpikir mungkin itu sangat menyakitkan. Dan seandainya Rosa masih hidup, mungkin garis takdirnya tak akan seperti ini.

Semua orang membencinya, menatap tak suka bahkan bersikap seolah Aziel adalah manusia paling kotor di bumi. Aziel tak pernah menyalahkan Tuhan, namun sulit rasanya menerima kenyataan pahit bahwa ia adalah sumber utama yang membuat anggota keluarganya menjadi seperti ini.

Kecuali Galen, sosok yang Aziel anggap sebagai pahlawan di kondisinya yang sedang tidak baik. Laki-laki itu bagaikan malaikat yang selalu membantu Aziel dikala fisiknya sedang kelelahan.

Entah terbuat dari apa hati Galen, Aziel dibuat kagum dan ingin membalasnya dengan kebaikan juga.

ia meremas ponselnya tanpa sadar, ditengah kebisingan kelas, anak itu hanya termenung seraya menatap langit biru lewat jendela.

"Bunda ...."

-TBC-

gimana part ini?

ada yang mau disampaikan buat Aziel?

jangan lupa pencet bintangnyaa bestie, satu vote dari kamu sangat berarti buat aku✨✨

yok rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kalian, so thanks for reading💗💗

7 Putra Mahesa (revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang