𝕊𝕠𝕞𝕒𝕝𝕚𝕒 & 𝕤𝕨𝕚𝕤𝕤.

1.1K 154 51
                                    

.
.
.
.

Matahari mulai bergerak naik, hadirkan panas yang semakin terik, juga padat aktivitas saling tarik menarik, berpusat di ibukota seluruh desak itu terlalu sesak seolah tak biarkan langit bernafas sejenak.

Jika ada orang aneh yang gunakan hoddie tebal juga masker hitam ditengah piruk yang sudah jelas busuknya, maka itulah Phuwin, yang melangkah bermeter meter disamping polusi bercecer.

Jauh jaraknya dari pemakaman umum menuju kontrakan Fot, tak mampu memesan angkutan, lantaran lembar uangnya ia sisihkan untuk makan setidaknya satu bulan, karna tunjangan uang saku beasiswa tak lagi dalam genggaman.

Beruntung ada si anak emas yang dengan murah hatinya berbagi 20 bungkus, meski sebenarnya curiga itu tak kunjung sirna, waspada karna bagaimanapun, Nara adalah bagian dari tikus berdasi yang gemar memanipulasi,

Takut takut jika pendekatan ini tak lebih dari sekedar alur jebakan, yang kelak akan buatnya mati ditangan para petinggi,

Meski tak bisa dipungkiri, ada setitik harapan yang tak mau itu terjadi, ada secercah eskpetasi jika tulus itu benar dari hati. Karna diakui maupun tidak, si emas itu pernah tinggalkan bekas ditengah keras poros takdirnya

Tok tok tok

Telah sampai dirinya dipemukiman kumuh tempat masyarakat lebih banyak berpeluh, diketuk salah satu pintu yang telah keropos ujung ujungnya.

Segera saja Fot menarik masuk si pengetuk kala pintu dibuka, lantas kembali menutup menghindari hadirnya terekspose lebih lama.

"Darimana aja Phu??!!"

Khawatir kentara, karna sejak pagi buronan polisi ini tak bisa dihubungi, sengaja Phuwin blokir semua anggota himpunan, termasuk 3 yang paling dekat dalam kumpulan, tak ingin ada yang terbawa dalam ancaman yang mengemban.

Perlahan Phuwin melepas maskernya, tampilkan senyum di lusuh wajahnya.

"Makan bubur sumsum yu"

"Hah?!"

Jelas ajakan itu buat Fot mengerutkan alis, lantas menyadari ada satu kresek hitam yang sejak tadi digenggam.

Phuwin membawa kresek itu keatas meja, sengaja dibuka agar Fot melihat isinya.

"Anjing!"

Lebih terkejut lagi kala melihat ada 20 bungkus didalamnya

"Ini darimana Phu?!! Banyak banget!!"

"Dikasih Nara"

"Hah?!!"

Maka pukul 10 hari itu dihabiskan dengan satu panci sumsum tepung beras dengan kuah santan yang telah dihangatkan, lembut teksturnya dilengkapi bola ubi yang terasa manis disetiap gigitan.

Lupa jika diluar sana, ada media yang berlomba lomba membuka identitasnya, juga ratusan warga yang dengan biadab ketikannya buat ia semakin hina, tak lupa keamanan negara yang mengirim puluhan mata mata,

Lihatlah kini yang dimaki itu sedang menikmati sarapan dari sang penerus dinasti.

"Gimana kalo ada racunnya? "

"Fot, kita udah makan setengah panci lo baru ngomong gitu"

Seringai pelan terdengar sebagai jawaban, namun keduanya lagi lagi menyendok tanpa ragu.

.
.

________

.
.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
RASAKRASI [ pondphuwin | bxb ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang