Nyaman

16 3 4
                                    

-Happy Reading

Satu bulan, dua bulan, dan ini ketiga bulannya Hera dekat dengan Rendra, kini kedekatan Hera dan Rendra bukan lagi sekedar teman yang selalu mendengar dan memberi nasihat. Lebih jauh dari itu, meski Dimata orang terlihat seperti teman biasa, namun ternyata lebih dalam dari itu. Entahlah, mungkin ini hanya Hera yang merasakan. Setelah kenal dan merasa dekat dengan Rendra, rasanya setiap hal yang Hera lalui tidak luput dengan dirinya yang selalu bercerita, entah itu tentang keluarga, dirinya, hal hal yang dia lakukan bahkan saat dirinya bertengkar dengan Rifa, Hera selalu menceritakannya.

Jika bukan karena Rendra yang selalu menyatukan Hera dengan Rifa, mungkin sekarang Hera sudah tidak punya lagi teman. Rifa bukanlah orang penyabar, cara bicaranya akan kasar ketika dirinya lelah dan marah. Begitulah Rifa, dia tidak palsu, dia tumbuh dengan penuh keberanian dan ketangguhan.

"Aku senang bertemu manusia seperti kakak," ungkap Hera.

Sore ini Hera dan Rendra tengah mengobrol dengan berjalan santai, usai bel sekolah berbunyi yang menandakan untuk waktunya pulang. Kali ini mereka kerap sekali bertemu dan bercerita banyak hal.

Rendra tersenyum "aku juga," balasnya. Karena semakin mereka dekat, tidak ada lagi bahasa formal seperti kata saya yang sering Rendra katakan sebelum mereka sedekat ini. "Jangan terlalu formal kak, jadi seperti ada batasan." Begitulah ucap Hera saat terakhir Rendra berbicara formal.

"Besok kamu ada kegiatan gak?," tanya Rendra.

Hera menggeleng pelan "tidak ada," bohongnya.

Apa yang dilakukan remaja seperti Hera saat weekend selain bersih-bersih rumah yang tidak ada habisnya. Namun Hera menjawab tidak ada, dalam hatinya, mungkin Rendra akan mengajaknya jalan jalan seperti sepasang kekasih.

Lagi laki-laki itu tersenyum, entah kali ke berapa kalinya dia tersenyum manis seperti itu. "Ayo kita piknik sambil belajar," ajak Rendra.

Mungkin raut wajah Hera terlihat biasa saja, namun hatinya seperti ingin terbang, "ayo" balasnya.

***

Pagi ini Hera telah disibukkan dengan bersih-bersih rumah, mulai dari menyapu, mengepel, mencuci piring dan baju. Entah kenapa bersih-bersih pekan ini menjadi bersih-bersih paling semangat dalam sejarah hidup Hera, dia tidak sabar untuk melihat rumahnya beres dan segera pergi dengan Rendra.

Hingga Bunda nya pun heran melihat tingkah Hera yang membersihkan rumah sembari memasang earphone bluetooth dan sesekali menari serta menyanyi.

Satu jam lebih bergelut dengan membersihkan rumah, Hera tersenyum simpul akhirnya pekerjaan yang selalu membuatnya jengkel kini telah selesai. Langkah selanjutnya, Hera mengecek beberapa makanan yang ada di dapur untuk dia bawa, dia juga memasak dan tak lupa juga dia membawa keranjang piknik untuk memasukan hasil masakan dan makanan lainnya.

"Bunda, Hera izin keluar untuk kerja kelompok." Ucap Hera pada bunda nya yang tengah bercocok tanam dibelakang rumah.

"Dengan Rifa?" Tanya Bunda.

Hera tidak merespon pertanyaan itu, dia malah tersenyum dengan pipi nya yang merah seperti udang rebus. "Iya hati-hati, pulangnya jangan terlalu sore ya." Lanjut bundanya.

Teman yang bunda nya tahu hanya Rifa, karena anak itu sering datang ke rumah, mengajak Hera mengelilingi tempat-tempat indah yang ada di Maluku dengan sepeda motor miliknya.

Jangan bertanya mengapa bunda nya membiarkan Hera yang membersihkan rumah sendiri? Ini karena pure keinginan Hera untuk selalu membantu bundanya ketika akhir pekan seperti ini, Hera tahu jika menjadi seorang ibu yang selalu bergelut dengan pekerjaan rumah tidaklah mudah, untuk itu dia ingin membantunya ketika dia libur.

Seni Paling Indah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang