Family

8 0 0
                                    

-Happy Reading

Malam ini Hera tidak bisa tidur, beberapa kali dia memaksakan untuk memejamkan matanya, namun pikirannya tertuju pada laki-laki yang menemaninya seharian tadi. Senyumannya, tawanya, candaannya, seolah seperti boomerang yang menguasai pikiran Hera. Jika terus mengingat hal itu, Hera selalu merasa salah tingkah dan otomatis pipinya merah padam seperti udang rebus.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar kamarnya menyita perhatian, Hera pun segera beranjak dan membuka pintu untuk melihat siapa yang datang. Lihatlah ayahnya lah yang datang dengan membawa hadiah berupa perlengkapan menulis seperti memo, buku catatan kecil, pena, dan stabilo.

"Ayah mengganggu ya?," tanya ayahnya.

Hera menggeleng "tidak yah, ayo masuk."

Pria paruh baya yang masih mengenakan seragam loreng angkatan darat dengan nama Prasetyo di sebelah kanan. Seorang ayah dari tiga anak yang saat ini masih menjalankan tugasnya sebagai Tentara Negara Indonesia angkatan darat, dan saat ini dia tengah berada didalam kamar anak tengahnya.

Halmahera Anindya, putri kedua dari orang tua bernama Prasetyo dan Nina Niawati, panggilan Hera melekat sejak dirinya lahir dan tinggal di Maluku tepatnya di kepulauan Halmahera. Gadis keturunan Maluku Bandung itu anak kedua dari tiga bersaudara, kakak pertamanya laki-laki yang kini tengah bekerja di suatu perusahaan di Aceh, adik bungsunya masih kelas tiga sekolah dasar, dan ayahnya yang menjadi tentara ditugaskan di Papua.

Sudah dua tahun dirinya berpisah dengan sang kakak, anak pertama yang selalu Hera sebut Bang Tama dengan nama asli Pratama itu Minggu kemarin sempat memberi kabar bahagia, yakni dia akan meminang gadis cantik yang masih orang Maluku. Kepribadian yang Tama miliki mudah berbaur, ramah dan tentunya tidak gengsian.

Teringat jelas saat Tama masih menduduki bangku perkuliahan dia selalu ikut membantu di bengkel sepupunya, dia juga sering mencoba memulai usaha kecil-kecilan seperti berjualan bakwan, padahal Tama tidak pernah merasa kekurangan materi, orang tuanya selalu mendukung dan memfasilitasi anak-anaknya agar mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik seperti sampai saat ini.

Dan adik bungsu yang selalu tenang dan asyik dengan dunianya bernama Malika Aqila, Hera sering memanggilnya Qila. Dia mempunyai kepribadian yang pendiam dengan wajahnya yang sering terlihat cuek membuat Qila sering dipandang anak paling sombong di keluarga Prasetyo.

"Bagaimana sekolahmu kak?," tanya Prasetyo lembut.

"Baik ayah, kakak sekarang punya teman dan tidak merasa takut lagi." Balas Hera sembari tersenyum.

Mendengar jawaban itu, Prasetyo sangat amat bersyukur dia selalu khawatir dengan trauma yang Hera derita setelah beberapa tahun ini. Tak jarang juga laki-laki paruh baya yang masih terlihat kekar itu selalu menyalahkan dirinya sendiri "syukurlah."

Jangan tanyakan sikap Bunda pada Hera yang terlihat seperti biasa saja, di keluarga Prasetyo, seorang ibu harus dekat dengan anak laki-laki dan seorang ayah harus dekat dengan anak perempuan. Inilah yang membuat Tama lebih dekat dengan sang Bunda dan Hera lebih dekat dengan sang ayah, sementara si bungsu Aqila selalu diperhatikan keduanya.

Awalnya Hera tampak merasa tidak adil, namun setelah bunda nya memberi tahu maksud ini, barulah Hera mengerti. Pada peraturan yang keluarga Prasetyo terapkan agar anaknya tidak merasa kurang dengan cinta seorang laki-laki untuk anak perempuan, dan merasa tidak kurang dengan cinta seorang perempuan bagi laki-laki, dengan begitu mereka bisa saling melengkapi satu sama lain.

"Ayah, tinggal lebih lama, ya.." ungkap Hera.

Prasetyo tersenyum, "iya kak, ayah akan usahakan." Balasnya.

***

Pagi ini terasa berbeda, meski meja yang selalu diduduki Pratama masih kosong seperti sebelum-sebelumnya, tidak membuat tawa dan senyum lainnya terlepas. Kali ini Prasetyo sebagai keluarga banyak bercerita, tidak jarang juga dia menggoda Nina didepan kedua anaknya.

"Kak, ayah antar sekolahnya pake motor aja ya?" Tawar Prasetyo.

Dengan senang hati Hera mengangguk, dia rindu sekali diantar jemput oleh sang ayah. Terlebih lagi dengan sepeda motor, Hera pasti akan berceloteh sepanjang perjalanan. Beda lagi jika diantar dengan mobil, pasti Hera akan berebut dengan Qila untuk duduk di kursi depan.

"Ayah, Qila juga ingin diantar ayah." Rengek Aqila.

Si bungsu itu memang selalu manja. Namun untuk hari ini Qila harus mengalah, Prasetyo akan memenuhi panggilan dari sekolah terkait dokumen syarat pendaftaran yang belum terpenuhi. Prasetyo juga berencana untuk bertemu teman lamanya yang dulu bersekolah disana dengannya.

"Untuk saat ini maaf ya Aqila, ayah harus mengantar dulu kakak Hera sekalian ayah banyak pekerjaan disana." Jelas Prasetyo, "nanti Qila ayah jemput deh, sambil beli es krim." Lanjutnya.

Mendengar itu, Aqila tersenyum senang. Dia jadi semangat bersekolah dan mungkin nanti saat belajar dia ingin cepat-cepat pulang.

***

Suara motor dan mobil tampak menderu disepanjang jalan kota Maluku, hari Senin seolah menjadi hari keramat untuk padatnya aktivitas di perkotaan. Untungnya Prasetyo membawa motor, jadi sesekali dia bisa menyalip atau bisa merangkak dari mobil-mobil.

Dua puluh menit berlalu, kini ayah dan anak itu sudah sampai di parkiran SMANSA, Hera tampak berpamitan dengan mencium tangan sang ayah. "Belajar yang rajin kak, semangat!" Imbuh Prasetyo.

Hera tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban "ayah akan lama di kantor?," tanya Hera.

Prasetyo tampak berpikir "sepertinya tidak, ayah hanya menguruskan beberapa dokumen saja." Balasnya.

Hera mengangguk paham, "yaudah yah, Hera duluan ya. Assalamualaikum" pamitnya.

🌻

lupa alur, lupa tokoh, lupa kalo dia udah jadi milik orang lain. Eh maksudnya lupa kalo aku masih punya kelanjutan cerita ini di draf.

Hayyow! Lama tak bersua, apa kabar? Masih dengan rasa yang sama? dia masih jadi seseorang yang hanya bisa diliat dari jauh, ya? Padahal sudah banyak malam yang terlalui, tapi dia masih juga tidak berlalu hha..

Anyway sorry baru up, makasii untuk yang selalu mensupport. I REALLY LOVE YOU🥺🤍

untuk part ini, maaf garing. Tapi aku harap cukup part ini aja yang garing, obrolan kita mah jangan🥺.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 9 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Seni Paling Indah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang