PART 3

175 22 0
                                    

"Kamu kenapa sih Wifey? Aku memang lagi sibuk sibuknya di kantor kamu tau itu kan? Aku udah cerita beberapa hari yang lalu sama kamu..." Ucap Rosie. Pagi-pagi mereka sudah ribut karena Rosie kembali meminta izin untuk pulang malam lagi.

"Aku capek kamu tinggalin terus! Dalam seminggu ini udah 3 kali kamu pulang malam. Aku cuma gamau kamu kecapekan, kayak kamu ga punya karyawan aja. Please by, kamu ngertiin aku. Aku cuma butuh waktu kamu. Aku pingin kita punya waktu untuk berduaan kayak jaman kita pacaran dulu." Dalam hati Jennie ingin sekali menyebut adanya wanita lain tapi ia menahannya sekuat batas kesabarannya sebagai istri.

"Tapi kita emang bukan remaja pacaran lagi Jen... Kita udah menikah. Aku punya kewajiban menafkahi kamu. Aku punya tanggung jawab di perusahaan. Aku sibuk kan cuma sebulan terakhir aja. Perencanaan proyek ini uda hampir selesai. Kalau pekerjaan aku udah longgar, aku akan kasih semua waktu aku buat kamu." Ucap Rosie, ia berusahan untuk tidak menaikan suaranya, ia tak ingin melukai hati istrinya.

"Kamu beneran kerja kan diluar sana?" tanya diva akhirnya, ia sudah tidak tahan menyimpannya sendiri. Jennie ingin melihat seberapa jujur Rosie padanya. Apakah Rosie tega berbohong lebih jauh lagi padanya? Dalam tahap ini hanyalah kejujuran Rosie yang diinginkan Jennie. Meski akan sangat menyakitkan bila mendengar bahwa Rosie tak lagi mencintainya dan ada wanita lain di hatinya.

Rosie terdiam beberapa saat. "Terus menurut kamu aku ngapain? aku kerja buat kamu, buat masa depan keluarga kita. Apa sih yang kamu pikirin? Kamu curiga aku macem macem diluar? Kamu gak percaya sama sama cinta aku?"

"Jujur aku juga maunya percaya. Tapi sikap kamu yang bikin aku gak percaya sama kamu. Kamu berubah. Kamu selalu bilang kita harus saling terbuka, saling mengisi dan melengkapi satu sama lain. Tapi apa? kamu yang gak mau terbuka sama aku. Aku selalu perhatiin kamu, luangin waktu aku buat kamu, buat merhatiin kesehatan kamu. Tapi apa yang kamu lakuin ke aku? Kamu sibuk sama urusan kamu sendiri, yang akupun gak tau apa yang kamu lakuin diluar sana" air mata Jennie sudah tidak bisa terbendung lagi, kesabarannya sudah habis, ia sudah benar benar kecewa sama suaminya. Jennie berdiri dari meja makan dan akan beranjak pergi dengan cepat Rosie menahan tangan Jennie. Dalam hati ia bertanya apakah Jennie sudah tahu tentang Joy? "

"Oke oke aku minta maaf kalau akhir akhir ini terlalu sibuk, sampe gak punya waktu buat kamu. Aku gatau kamu sebegitu khawatirnya sama aku. Tapi aku ga ngerti apa yang kamu maksud Jen. Aku berubah dari mananya? Please Jen jangan kekanakan kayak gini, kita bisa bicarain ini baik baik"

"Kamu bilang kecewaku ini kekanakan? Okey maaf kalau aku kekanakan" Ucap Jennie sambil melepas tangan Rosie dan berlalu ke kamar. "Jen! Jennie, ada apa sih sama kamu?" Ucap Rosie. Jennie berhenti dan berbalik menatap Rosie. "Bahkan sekarang kamu panggil aku dengan nama, nggak pake kata sayang atau wifey lagi."

Malam itu Rosie tidak jadi pulang malam ia memutuskan untuk pulang cepat setelah mendapat laporan dari asisten rumah tangga mereka, kalau Jennie sejak pagi tidak keluar dari kamarnya, Rosie tentu khawatir dengan kondisi Jennie, ia segera melangkahkan kakinya menuju kamar tidur mereka, beruntung Jennie tidak menguncinya, saat masuk Rosie dapat melihat Jennie yang sudah tertidur memunggunginya, ia mendekat kearah Jennie dan menatap wajah istrinya, hatinya merasa sangat bersalah melihat wajah sembab dan mata bengkak Jennie, yang menandakan jika Jennie telah menangis seharian. Ia bingung ia tidak tau harus melakukan apa untuk memperbaiki keadaan. Dengan membongkar semuanya? Tentu tidak. Waktunya tidak tepat sama sekali untuk memberi tahu Jennie sekarang.

Paginya saat terbangun, Rosie tidak menemukan Jennie disampingnya, ia sudah mencari Jennie disetiap sudut rumah, namun hasilnya nihil Jennie tidak ada di rumah. Tas yang biasa Jennie pakai ke kantornya juga sudah tidak ada. Ia melihat jam menunjukan pukul 7 pagi, ia akhirnya memutuskan untuk bersiap ke kantor. Ia berencana akan menyusul Jennie dulu ke kantornya sebelum pergi kantornya. Siapa tahu Jennie sudah ada di kantornya. Ketika Rosie sedang terburu buru menuruni tangga sambil memakai dasinya, mama Jennie datang.

"Pagi Rosie...Istri kamu mana?" tanya mama Jennie. "Biasanya jam segini dia udah repot di dapur nyiapin sarapan buat kamu." Lanjutnya.

Rosie terdiam,  selama ini setiap pagi, tak peduli seberapa sibuk ia kantor Jennie selalu menyiapkan sarapan untuknya terlebih dahulu.

"Jennie udah berangkat Ma." jawab Rosie singkat. la tak ingin permasalahannya diketahui mertuanya. Mama Jennie hanya tersenyum.

"Rosie boleh mama bertanya? Kamu sama Jennie sebenarnya ada masalah apa sih?" Tanya mama Jennie. Rosie hanya diam, ia tidak tau harus menjawab apa.

"Jangan coba coba bohong sama mama. Mama tahu kalian lagi berantem tapi mama sengaja pura pura nggak tahu, karena mama gak mau ikut campur sama urusan rumah tangga kalian. Mama cuman mau berpesan sama kamu, selesain baik baik masalah kalian ya, jangan buat Jennie semakin galau dengan membuat jarak diantara kalian. Saat seperti ini adalah cobaan, agar kalian bisa semakin saling menyayangi"

"Maaf ma aku nggak ngerti maksud mama. Saat seperti ini maksudnya apa ma? Jennie kenapa?"

"Jennie selalu sedih karena belum bisa mengandung anak kamu. Disaat teman-temannya udah pada punya anak, dia belum hamil juga sampai sekarang. Dia takut kamu ninggalin dia karena dia gak bisa ngasih kamu keturunan"

Rosie terdiam, dia menyesal karena tidak tau keadaan Jennie selama ini. Tanpa berpikir panjang ia langsung berpamitan dengan mama Jennie dan segera pergi mencari Jennie.

Sementara itu didalam mobilnya Jennie sengaja mematikan handphone nya, ia tidak ingin diganggu sekarang. Biarlah Rosie menyadari kalau ia benar benar marah. Jennie tidak sedang kabur. la hanya ingin menghindari Rosie dengan berangkat ke kantornya pagi pagi sebelum Rosie bangun. Melihat Rosie saja akan membuatnya sakit hati.

Rosie kembali berusaha menghubungi Jennie namun tetap saja Handphone Jennie tidak aktif.  Jika Jennie berada dikantornya, pasti Irene mengetahuinya, pikir Rosie. la pun menelepon Irene.

"Halo Rosie... Jennie? Enggak gue gak lagi sama dia. Lagian ngapain juga gue di kantor jam segini? Satu suap lagi sayang....Pinter anak eomma" Jawab Irene, terdengar suara anak kecil yang sedikit rewel di background.

"Rene! Gue serius! Jennie ngilang dari pagi dan handpone nya gak aktif. Lagi ngapain sih lo?" Rosie bertanya tidak sabaran sambil menyetir mobilnya yang melaju kencang menuju kantor Jennie.

"Yeri minum susunya sayang... Gue lagi ngurusin anak gue mau berangkat sekolah, kenapa sih? Lo berantem sama Jennie semalem?"

"Yaa gitu deh Rene, ada kesalahpahaman sedikit"

"Yaa kalau salah paham yaa dilurusin bukan di jauhin. Inget Se, Jennie itu uda jadi istri lo. Jennie itu sensitif, cemburuan, posesif tapi dia tuh sayang banget sama lo, eh lo malah selingkuh, udah ya  Se gue mau ngurusin anak gue dulu" Irene menutup teleponnya.

Selingkuh? saat itu juga Rosie langsung menelepon Joy.

"Halo Joy... Jennie udah tau tentang kita, sekarang dia marah. Aku sebenarnya ragu soalnya pas marah dia ga nyebut sama sekali tentang kamu, dia cuma bilang aku terlalu sibuk... Tapi barusan gue telfon Irene dia bilang....What? Bongkar semuanya? Emang kamu udah siap? Bukan gitu Joy waktunya masih belum tepat...Joy nanti aku kabarin lagi aku udah didepan kantor Jennie, Bye."

All For You - S1 ☑️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang