Prolog

2.7K 131 4
                                    

⎯⎯⎯

Gelapnya langit malam, angin yang berhembus menerpa wajahnya. Bulan dan bintang yang tak terlihat, entah menghilang ketakutan. Suara pistol bersahutan.

Seorang pemuda kecil yang tak mendengarkan apapun, sunyi. Waktu terus berputar, banyak orang berlalu lalang di depan matanya.
'tolong siapapun bantu aku.' getirnya ketakutan. Teringat simbah darah yang terekam jelas di memori otaknya, 'ayah, ibu, maafkan aku. Seharusnya aku ikut mati saja, aku takut.' ujarnya dalam hati mengingat orang tuanya yang tergeletak dengan timah panas di dalam organ tubuh mereka, peluru.

Dor dor
"Tangkap dia cepat!!" Tukas salah satu pasukan ke arah pemuda yang bergetar ketakutan itu.

Grepp
"Tolong lepasin, tolong siapapun yang disana bantu aku." Teriak pemuda itu di dalam hatinya.
Bukan, ia bukan sepenuhnya tuli total. Karena saat remaja ia menjadi bahan bullyan teman sebayanya karena ia anak miskin yang berani melanjutkan pendidikannya di sekolah elite tersebut. Ya, pemuda itu terkena trauma kepala, yang mana hal ini mengakibatkan cedera kepala serius dan berakhir tuli total jika tak segera diselamatkan. Tapi pemuda itu tak sampai parah karena ia segera di larikan ke rumah sakit terdekat oleh salah satu guru mereka.

"DIAM!" Ucap pasukan yang lain seraya menarik rambut pemuda itu.

Di lain sisi, bos besar memandangi kumpulan orang miskin di hadapannya.
"Hahaha ini sumber uangku." Tawanya menggema, yang mana membuat orang yang mendengarkan menunduk dengan tangisan yang berderai.

⎯⎯⎯


Note : Jadi disini ceritanya Taeyong itu  kan tuli, jadi aku buat pas dia berbicara pakai miring ya, dan ga aku kasih seperti ini contohnya 'cukup jae.' pinta Taeyong. Jadi ini ga aku kasi tambahan batin Taeyong, di dalam hati Taeyong. Ngerti gaa sayang? Jadi aku pakai yaudah seakan Taeyong bicara biasa, tapi aku buat miring khusus untuk dialog Taeyong oke?



Gimana? Next or stop?

𝗥𝗮𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗧𝗮𝗸𝗱𝗶𝗿Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang