BAB 13√

201 39 5
                                    

Pukul dua dini hari, akhirnya Farzan pulang dengan wajah yang terlihat sangat lelah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Pukul dua dini hari, akhirnya Farzan pulang dengan wajah yang terlihat sangat lelah. Memang ada jadwal operasi malam tadi.

Tidak ada Maid yang menyambut karena Farzan sudah mengatakan pada Pak Jee bahwa ia tidak membutuhkan apa pun ketika pulang, jadi tidak perlu membangunkan para Maid.

"Di mana dia?"

Farzan bertanya pada Pak Jee saat tidak mendapati Vin di dalam kamar.

"Tuan Vin tertidur di home theater karena menunggu Anda pulang, Tuan."

"Oh, ya sudah, biarkan saja, tak perlu membangunkannya. Aku akan langsung istirahat, besok ada operasi jam tujuh pagi."

"Baik, Tuan."

Pak Jee undur diri, kemudian melangkah menuju home theater untuk memastikan keadaan Vin dan kembali menutup pintu setelah melihat Tuan-nya tertidur pulas. Ada Salma dan Isyah yang menemani.

'Walaupun bersikap dingin, tapi saya tau Tuan Farzan sangat mencintai Anda.' Pak Jee kembali ke kamarnya.

***

Rencana hanya tinggal rencana, faktanya mata Farzan enggan terpejam saat tadi sangat yakin bahwa ia akan langsung istirahat tanpa memedulikan Vin.

Meski berulang kali merubah posisi rebah, tak membuat tubuhnya merasa nyaman. Akhirnya Farzan bangkit, membawa kaki menuju ruangan di mana suami nakalnya tertidur.

Menghela nafas kala melihat Vin meringkuk di atas sofa dengan tubuh berbalut selimut.

Dengan hati-hati, pria itu menggendong suaminya kembali ke kamar. Si yang paling mengaku dominan tak terusik, malah menyamankan diri di pelukan.

Tatap memuja itu tak pernah berubah, masih sama lembut seperti dulu. "Tidurmu seperti bayi, tapi mengaku si paling dominan," gumam Zan dalam langkahnya.

"Apa yang bisa kulakukan agar kita tetap bersama? haruskah aku mengalah lagi?"

Mereka sudah sampai. Farzan meletakkan Vin di atas ranjang dengan hati-hati, menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian mata, lalu mengecup keningnya cukup lama.

"Aku terlalu mencintaimu hingga tak mampu membenci pengkhianatan yang kau lakukan."

Ikut naik ke atas ranjang, Farzan membiarkan tangannya menjadi bantal.

***

Hingga pagi menyapa, Vin masih betah menyamankan diri di sana.

"Tee-rak, bangunlah, aku harus bekerja."

Pelukan justru semakin erat.

"Kamu boleh tidur sepuasnya, tapi lepaskan dulu pelukanmu, aku harus pergi."

Vin semakin mendengkur.

"Baiklah."

Farzan meraih lonceng di atas nakas yang tak pernah berpindah sejak hari pertama Vin tinggal. Kemudiannya membunyikannya dengan kencang.

Rubah Don Juan [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang