Chapter 1- Pemuja Rahasia?

73 4 9
                                    

⚠️WASPADA TYPO
_________________
•Happy Reading•

Sebuah gedung sekolah yang di juluki dengan
'bintang dari segala bintang'. Di mana sekolah itu berisikan siswa dan siswi yang berprestasi, terkenal dengan namanya, GABIS (Gralind's Islamic Boarding School).

°°°

Siluet matahari yang perlahan mulai muncul, cercah-cercah cahayanya juga sedikit menusuk Indra penglihatan gadis yang sudah siap dengan seragam putih abu-abu melekat rapi di tubuh rampingnya.

Gadis berketurunan Sunda Makassar pemilik bibir ranum itu-Mala, mengedarkan pandangannya menatap ke segala arah mencari keberadaan dua orang. Ia sedikit berlari kecil menuju lapangan yang mulai di penuhi dengan seluruh pelajar di sana.

Ia sedikit memelankan langkahnya, menelusuri setiap kubu-kubu siswa yang sedang berkerumun. Tapi ia tak menemukannya, di mana kedua orang yang sedang ia cari?

Tapi di tengah langkahnya "MALA!"
Ia menoleh ke sumber suara kala ada yang memanggilnya. Saat menoleh kebelakang, tampak dua sosok gadis yang sedang melambai ke arah Mala.

Senyuman lebar terlukis di wajah Mala, lalu menghampiri dua gadis tersebut.

Grep

Kedua gadis itu merangkul Mala secara tiba-tiba, untung saja dirinya mampu menahan. Jika tidak, mungkin sekarang ia sudah terhuyung kebelakang.

"Malaaa, ya ampun, Shifa kangen bangettt"

"Iyaaa sama, Serli juga kangeeen banget sama Mala." Keduanya semakin mempererat rangkulannya dengan Mala.

Ya, mereka adalah Shifa dan Serli. Dua gadis belasteran pemilik suara cempreng, serta status mereka sebagai sahabat Mala sejak menduduki bangku SMP.

"Aduh, iya. Mala juga kangen"

Ketiga gadis itu melabuhkan seluruh rasa rindu mereka, setelah hampir 3 Minggu tidak bertemu karena libur semester. Sudah menjadi tabiat mereka bersikap seperti itu setiap sehabis libur sekolah.

Mala melihat jam tangan yang di kenakannya, lalu berkata
"Udah ah kangen-kangenannya, sekarang kita masuk barisan yuk, 2 menit lagi apel pagi."

Mendengar itu, Serli dan Shifa merenggangkan pelukan mereka dengan Mala. Keduanya mengangguk, berarti menyetujui ajakan Mala.
Dengan genggaman tangan yang saling bertautan, mereka menuju salah satu barisan murid di sana.

•••

Terdapat satu pondok pesantren yang terletak di pertengahan ibukota. 'pondok Pesantren Al-Islamiyah'.

Terpantau seorang pemuda dengan penampilan jubah putih yang di padukan dengan peci hitam. Siapa lagi kalau bukan sang Gus muda-Rakha.

Statusnya bukan lagi seorang pelajar, setelah selesai dengan perjalanan SMA, ia lebih memilih untuk mengajar di Pesantren milik ayahnya, yang mempunyai nama Baskara Adrelino Permana.

Pagi ini ia sedang melakukan rutinitasnya setiap hari, yaitu menerima setoran hafalan para Santri pelajar di ponpes milik ayahnya-Lino.

AKMT || BaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang