Chapter 2 (Kehangatan di Tengah Bahaya)

23 3 1
                                    

---

Pagi itu, sinar matahari yang hangat menembus celah-celah tirai tebal di kamar Ni-ki. Di dalam rumah besar yang megah namun terasa sepi itu, suasana pagi biasanya diisi oleh kesibukan saudara-saudara Heeseung yang mempersiapkan diri untuk menjalani aktivitas mereka. Namun pagi ini, ada sesuatu yang berbeda—sesuatu yang membuat mereka semua terbangun dengan perasaan waspada sekaligus penuh harap.

Ni-ki, bocah kecil yang baru saja bergabung dengan keluarga mafia paling terkenal di kota ini, masih tertidur pulas di kamar barunya. Wajah polosnya terlihat tenang, jauh dari bayangan malam kelam yang ia alami sebelumnya. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, Ni-ki merasa aman, meskipun ia belum sepenuhnya memahami apa yang telah terjadi.

Di lantai bawah, saudara-saudara Heeseung telah berkumpul di ruang makan. Mereka duduk mengelilingi meja panjang yang penuh dengan makanan, tapi tak satu pun dari mereka yang segera mulai makan. Ada sesuatu yang menggantung di udara, perasaan bahwa kehidupan mereka baru saja berubah secara drastis, dan mereka belum sepenuhnya memahami bagaimana harus menanggapinya.

Heeseung, seperti biasanya, adalah yang pertama memecah keheningan. "Bagaimana keadaan Ni-ki tadi malam?" tanyanya, pandangannya tertuju pada Sunghoon, yang terakhir kali melihat Ni-ki sebelum semua orang pergi tidur.

Sunghoon mengangguk pelan. "Dia tidur dengan nyenyak. Tidak ada mimpi buruk, setidaknya tidak ada yang membuatnya terbangun. Kupikir dia sangat kelelahan setelah semua yang terjadi."

Heeseung mendesah lega. "Bagus. Kita harus membuatnya merasa nyaman di sini. Dia harus tahu bahwa kita bukan hanya tempat berlindung sementara, tapi rumah."

Sunoo, yang duduk di samping Jungwon, menambahkan dengan penuh semangat, "Aku ingin mengajaknya bermain hari ini! Mungkin kita bisa pergi ke taman atau melakukan sesuatu yang menyenangkan. Dia pasti butuh sedikit kegembiraan setelah semua yang terjadi."

Jungwon tersenyum, setuju dengan ide Sunoo. "Aku juga setuju. Kita harus membuatnya merasa seperti bagian dari keluarga ini. Tapi, kita juga harus berhati-hati. Jangan sampai terlalu terbuka dengan orang luar."

Jay, yang lebih tenang dan selalu berpikir ke depan, ikut berbicara. "Kita juga harus mulai memikirkan bagaimana menjaga keamanan Ni-ki. Dunia kita bukan tempat yang mudah, dan musuh kita bisa saja menggunakan Ni-ki sebagai alat untuk menyerang kita."

Heeseung mendengarkan dengan seksama, mengangguk setuju dengan setiap poin yang dikemukakan oleh saudara-saudaranya. "Aku tahu. Itulah mengapa kita harus sangat berhati-hati. Tapi untuk sekarang, yang paling penting adalah membuat Ni-ki merasa aman dan diterima di sini. Kita bisa memikirkan rencana jangka panjang nanti."

Jake, yang selalu menjadi sumber energi positif di antara mereka, tertawa kecil. "Hei, kenapa kita semua jadi serius begini? Ini pagi yang indah, dan kita punya anggota keluarga baru! Mari kita buat hari ini menyenangkan untuk Ni-ki."

Heeseung tersenyum tipis, meskipun hatinya masih dipenuhi dengan kekhawatiran. "Baiklah, Jake. Tapi ingat, kita harus tetap waspada."

Tak lama kemudian, suara langkah kaki kecil terdengar dari arah tangga. Semua kepala menoleh ke arah suara itu, dan mereka melihat Ni-ki, yang baru saja bangun, berdiri di ujung tangga dengan mata mengantuk. Anak itu tampak kebingungan, seolah tidak yakin di mana dia berada.

Jake, yang paling cepat bereaksi, segera bangkit dan berjalan menghampiri Ni-ki. "Selamat pagi, Ni-ki! Tidur nyenyak?" tanyanya dengan senyum lebar yang tulus.

Ni-ki mengangguk pelan, meskipun ia masih merasa sedikit canggung. "Pagi," jawabnya pelan, suaranya nyaris tenggelam di antara keheningan rumah besar itu.

"Datanglah, duduk di sini," ajak Jake sambil menggandeng tangan Ni-ki, membawanya ke meja makan yang penuh dengan makanan lezat. "Apa kau lapar? Kami punya banyak makanan enak."

The Mafia's Little Treasure (Enhypen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang