Chapter 6 (Bayangan Masa lalu)

14 3 0
                                    

Malam di villa semakin dingin, seakan alam ikut merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Di dalam kamar, Ni-ki tidak bisa tidur lagi. Mimpi tentang orang tuanya terus menghantuinya, dan meskipun Tuan Han telah meyakinkannya bahwa semuanya akan baik-baik saja, ada perasaan gelisah yang tidak bisa hilang.

Dengan hati-hati, Ni-ki bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan ke arah jendela. Dia menatap bulan yang bersinar terang di langit malam. "Ayah, Ibu... apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?" bisiknya pelan.

Di tempat lain di villa, Tuan Han duduk di depan perapian, menghangatkan tubuhnya sambil merenung. Dia tahu bahwa situasi ini jauh lebih rumit daripada yang terlihat di permukaan. Ni-ki bukan hanya seorang anak kecil biasa—dia adalah kunci bagi sesuatu yang besar, sesuatu yang bisa mengubah banyak hal. Namun, Tuan Han juga tahu bahwa musuh mereka bukan orang sembarangan. Mereka adalah orang-orang yang sangat kuat dan berbahaya.

Tiba-tiba, suara langkah kaki kecil terdengar di lantai kayu villa. Tuan Han menoleh dan melihat Ni-ki berdiri di depan pintu, menatapnya dengan mata besar yang penuh kebingungan.

"Tuan Han," panggil Ni-ki dengan suara pelan. "Aku tidak bisa tidur."

Tuan Han tersenyum lembut dan mempersilakan Ni-ki duduk di sebelahnya. "Apa yang membuatmu tidak bisa tidur, Nak?"

Ni-ki menggeleng pelan, bingung bagaimana menjelaskan perasaannya. "Aku... aku merasa ada sesuatu yang penting yang harus aku lakukan, tapi aku tidak tahu apa itu."

Tuan Han mengangguk, memahami kebingungan anak itu. "Kadang-kadang, perasaan seperti itu adalah cara tubuh kita memberitahu kita bahwa ada sesuatu yang harus kita cari tahu. Mungkin kau sedang mengingat sesuatu yang penting dari masa lalu."

Ni-ki terdiam sejenak, mencoba mencerna kata-kata itu. "Aku sering bermimpi tentang ayah dan ibu. Mereka bilang aku harus menemukan sesuatu... tapi aku tidak tahu apa."

Tuan Han memandang anak itu dengan perhatian. "Mimpi-mimpimu mungkin adalah petunjuk, Ni-ki. Terkadang, ingatan dari masa lalu muncul dalam mimpi kita. Mungkin ayah dan ibumu mencoba memberitahumu sesuatu."

Ni-ki menatap perapian, wajahnya termenung. "Tapi aku tidak tahu di mana harus mencarinya."

Tuan Han tersenyum lembut. "Tidak apa-apa, Ni-ki. Kita akan mencarinya bersama-sama. Ingatlah, kamu tidak sendirian. Kami semua ada di sini untuk melindungimu dan membantumu menemukan apa yang kamu cari."

---

Di kota, Heeseung dan saudara-saudaranya masih berada di tengah penyelidikan. Setelah pertemuan dengan Pak Jang, mereka mendapatkan petunjuk penting: kode yang mereka cari mungkin disembunyikan dalam sesuatu yang selalu dekat dengan Ni-ki. Sekarang, tugas mereka adalah mencari tahu apa itu.

Jay terus menghubungi kontak-kontaknya, mencoba menggali lebih dalam tentang proyek rahasia yang melibatkan keluarga Ni-ki. Sementara itu, Heeseung dan yang lain fokus pada keamanan mereka, memastikan bahwa tidak ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh musuh.

"Aku sudah memeriksa semua barang yang dimiliki Ni-ki ketika dia datang ke kita," kata Sunghoon, mencoba mengingat kembali detail kecil yang mungkin terlewatkan. "Tidak ada yang mencurigakan."

Jake mengerutkan dahi, merasa ada sesuatu yang mereka lewatkan. "Mungkin bukan benda fisik. Mungkin sesuatu yang lebih personal, sesuatu yang hanya diketahui oleh Ni-ki atau keluarganya."

Jungwon, yang selalu tajam dalam menganalisis situasi, tiba-tiba berbicara. "Bagaimana kalau sesuatu yang ada di ingatan Ni-ki? Mungkin kode itu terkait dengan sesuatu yang dia ingat dari masa lalunya."

Heeseung mengangguk setuju. "Mungkin itu alasan kenapa mereka begitu gigih mengejar Ni-ki. Mereka berharap bisa mendapatkan informasi itu langsung dari ingatannya."

Sunoo, yang mendengarkan dengan seksama, tiba-tiba punya ide. "Apa kita bisa menggunakan hipnoterapi? Mungkin dengan itu kita bisa membantu Ni-ki mengingat sesuatu yang penting."

Jay, yang tahu banyak tentang metode psikologis seperti itu, mengangguk. "Itu bisa jadi pilihan. Tapi kita harus sangat berhati-hati. Ingatan Ni-ki masih rapuh, terutama setelah semua trauma yang dia alami."

Heeseung setuju. "Kita bisa mencoba itu, tapi hanya jika Ni-ki merasa nyaman. Kita tidak ingin menambah beban pada pikirannya yang sudah banyak tertekan."

---

Keesokan harinya, di villa, Tuan Han sedang duduk bersama Ni-ki di teras, menikmati sinar matahari pagi. Mereka berbicara dengan santai, membahas berbagai hal untuk mengalihkan perhatian Ni-ki dari kekhawatirannya.

Namun, tiba-tiba Ni-ki berkata, "Tuan Han, aku ingin mencari tahu tentang mimpiku."

Tuan Han menatap anak itu dengan lembut. "Apa yang ingin kau lakukan, Ni-ki?"

"Aku ingin tahu lebih banyak tentang ayah dan ibu. Mungkin ada sesuatu yang aku ingat tapi belum aku sadari."

Tuan Han berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Baiklah, Ni-ki. Aku akan membantumu. Mari kita coba mengingat bersama-sama."

Mereka mulai berbicara tentang kenangan Ni-ki, mengungkap sedikit demi sedikit tentang masa lalunya. Tuan Han dengan sabar mendengarkan setiap cerita yang disampaikan oleh Ni-ki, mencoba mencari petunjuk dari setiap detail kecil.

Kemudian, di tengah percakapan, Ni-ki tiba-tiba berhenti. "Aku ingat sesuatu... sesuatu yang ayahku katakan padaku."

Tuan Han menatapnya dengan penuh perhatian. "Apa itu, Ni-ki?"

Ni-ki mengerutkan kening, mencoba mengingat lebih jelas. "Ayah bilang... 'Kunci ada di tempat di mana kau merasa paling aman.' Tapi aku tidak tahu apa maksudnya."

Tuan Han tersenyum tipis. "Itu bisa berarti banyak hal, Ni-ki. Tempat di mana kau merasa paling aman mungkin adalah tempat yang memiliki arti khusus bagimu."

Ni-ki terdiam sejenak, lalu berkata pelan, "Dulu, aku merasa aman ketika aku bersama ayah dan ibu... dan ada kotak musik kecil yang selalu mereka putar sebelum aku tidur. Itu membuatku merasa aman."

Tuan Han memandang Ni-ki dengan mata yang berkilat. "Kotak musik? Apakah kau masih ingat di mana kotak musik itu sekarang?"

Ni-ki menggeleng. "Aku tidak tahu. Mungkin di rumah lama kami."

Tuan Han merasakan intuisi kuat bahwa kotak musik itu mungkin lebih dari sekadar benda kenangan. Mungkin, di dalam kotak musik itulah 'Kunci' yang dimaksud oleh ayah Ni-ki disembunyikan.

"Kita harus memberitahu Heeseung dan yang lain tentang ini," kata Tuan Han dengan tegas. "Mereka bisa mencarinya."

Ni-ki mengangguk, merasa sedikit lega karena akhirnya menemukan petunjuk kecil tentang apa yang harus dia cari. Namun, di dalam hatinya, dia masih merasa ada sesuatu yang lebih besar yang belum terungkap. Sesuatu yang lebih dalam dari sekadar ingatan tentang kotak musik.

---

Sementara itu, di kota, Heeseung menerima pesan dari Tuan Han tentang penemuan penting ini. Tanpa menunda waktu, mereka segera memutuskan untuk mencari rumah lama Ni-ki, tempat di mana kotak musik itu mungkin berada.

Mereka tahu ini adalah langkah berisiko, karena musuh mereka mungkin juga sedang mencari petunjuk yang sama. Tapi mereka tidak punya pilihan lain. Mereka harus bergerak cepat, sebelum segalanya menjadi semakin rumit.

"Ini bisa jadi titik balik," kata Heeseung dengan penuh keyakinan. "Jika kita bisa menemukan kotak musik itu, kita mungkin bisa menemukan 'Kunci' sebelum mereka."

Jay setuju. "Dan setelah itu, kita bisa menyusun strategi untuk mengakhiri semua ini."

Dengan rencana baru di tangan, mereka bersiap untuk misi berikutnya. Meskipun bahaya terus mengintai, semangat mereka tidak pernah padam. Mereka tahu bahwa mereka harus terus maju, demi Ni-ki dan demi masa depan yang lebih aman.

Di villa, Ni-ki kembali tidur, kali ini dengan perasaan lebih tenang. Di dalam tidurnya, dia mendengar melodi kotak musik yang dulu selalu membuatnya merasa aman. Dan di dalam mimpi itu, dia melihat bayangan ayah dan ibunya, tersenyum padanya seolah memberi isyarat bahwa dia berada di jalan yang benar.

The Mafia's Little Treasure (Enhypen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang