Chapter 4 (Perlindungan dan Rencana)

17 2 0
                                    

Matahari baru saja terbit di ufuk timur, dan sinarnya yang hangat menembus celah-celah jendela gudang tua tempat Ni-ki dan keenam kakaknya berlindung. Setelah malam yang panjang dan penuh ketegangan, semua orang di dalam gudang masih terjaga, meskipun beberapa dari mereka terlihat sangat lelah. Heeseung, sebagai kakak tertua, masih duduk di pojok ruangan dengan mata yang waspada, mengawasi setiap sudut ruangan seolah-olah ancaman bisa muncul kapan saja.

Jay, yang duduk di sebelah Heeseung, menatap kakaknya dengan prihatin. "Hyung, kau harus istirahat. Kami yang lain bisa berjaga."

Heeseung menggelengkan kepala dengan tegas. "Aku baik-baik saja. Kita tidak tahu siapa yang mungkin sedang mengintai. Aku tidak bisa tenang sampai semuanya benar-benar aman."

Jay menghela napas, mengerti bahwa Heeseung tidak akan berubah pikiran. Dia berdiri, meregangkan tubuhnya yang lelah, dan berjalan menuju tempat Sunoo dan Jungwon sedang merawat Ni-ki yang masih tertidur. Meski terlihat tenang, wajah kecil bocah itu masih menunjukkan jejak trauma dari kejadian semalam.

Sunoo membelai rambut Ni-ki dengan lembut, memastikan adik kecil mereka tetap merasa nyaman. "Kasihan dia. Aku tidak tahu bagaimana kita bisa melindunginya dari semua ini," katanya dengan suara pelan, hampir berbisik.

Jungwon mengangguk setuju. "Dia baru lima tahun, Sunoo. Seharusnya dia tidak perlu melalui semua ini. Kita harus segera mencari cara untuk menjauhkan Ni-ki dari bahaya ini."

Jay, yang mendengar percakapan itu, menatap kedua adiknya dengan serius. "Kalian benar. Kita tidak bisa terus seperti ini. Kita harus membuat rencana untuk memastikan Ni-ki aman."

Sunghoon, yang baru saja selesai memeriksa perban di lengannya, ikut bergabung dalam percakapan. "Kita perlu memikirkan langkah selanjutnya dengan hati-hati. Orang-orang yang menyerang kita tadi malam pasti akan mencoba lagi. Mereka tidak akan menyerah begitu saja."

Heeseung, yang sejak tadi mendengarkan dari tempatnya duduk, akhirnya berdiri dan berjalan mendekat. "Kita harus memikirkan opsi terbaik. Bersembunyi selamanya bukanlah solusi. Kita butuh rencana yang lebih konkret untuk melawan mereka."

Jake yang berdiri di dekat pintu, memandang keluar dengan tatapan yang dalam. "Kita mungkin harus mempertimbangkan untuk memindahkan Ni-ki ke tempat yang lebih aman. Tapi ke mana? Dan bagaimana cara kita memastikan dia benar-benar aman?"

Heeseung terdiam sejenak, memikirkan berbagai kemungkinan. Dia tahu mereka tidak bisa terus-terusan berpindah tempat seperti ini. Mereka butuh tempat yang aman dan rencana matang untuk melindungi Ni-ki, tapi juga menghadapi ancaman yang datang.

“Aku punya ide,” kata Heeseung akhirnya, suaranya tenang namun penuh kepastian. Semua orang menoleh padanya, menunggu penjelasan lebih lanjut.

“Kita harus bertindak lebih ofensif,” lanjut Heeseung. “Tidak hanya melindungi Ni-ki, tapi juga menyerang balik. Kita harus menunjukkan bahwa kita bukan target yang mudah. Mereka menyerang kita di rumah kita, sekarang giliran kita untuk membalas.”

Jay mengangguk pelan. “Aku setuju. Tapi bagaimana caranya? Mereka jelas lebih banyak dari kita.”

Heeseung tersenyum tipis, ekspresi wajahnya mencerminkan tekad yang bulat. “Kita punya koneksi. Kita kenal orang-orang yang bisa membantu kita. Kita akan menghubungi mereka dan menyusun strategi.”

Jungwon, yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, bertanya dengan nada hati-hati, “Tapi bagaimana dengan Ni-ki? Apa kita akan membawanya saat kita menyerang balik? Itu terlalu berbahaya.”

Heeseung mengangguk. “Kau benar. Itu sebabnya kita perlu tempat yang aman untuknya sementara kita bergerak. Dan aku tahu tempatnya.”

Semua orang memandang Heeseung dengan penuh harap. Kakak tertua mereka ini memang selalu punya rencana, dan mereka semua mempercayainya sepenuhnya. “Ada villa milik keluarga kita di pegunungan, jauh dari kota dan jauh dari jangkauan siapapun yang ingin mencari kita. Kita bisa mengirim Ni-ki ke sana sementara kita membereskan masalah ini.”

Sunghoon tampak sedikit ragu. “Tapi apakah cukup aman? Apa ada orang yang bisa kita percayai untuk menjaganya di sana?”

Heeseung tersenyum. “Ada satu orang yang bisa kita andalkan. Tuan Han, dia mantan penjaga kita, dan dia sudah lama pensiun. Dia tinggal di dekat villa, dan aku yakin dia akan senang hati membantu menjaga Ni-ki untuk sementara waktu.”

Jay mengangguk setuju. “Itu bisa berhasil. Tuan Han memang orang yang bisa dipercaya.”

Setelah beberapa saat diskusi, mereka semua sepakat dengan rencana Heeseung. Misi mereka sekarang adalah mengamankan Ni-ki di villa itu secepat mungkin, sementara mereka kembali ke kota untuk mengurus para musuh yang mengancam mereka. Ini adalah taruhan besar, tapi mereka tahu bahwa tidak ada pilihan lain.

---

Perjalanan ke villa memakan waktu beberapa jam, dan mereka memilih untuk bergerak di malam hari untuk menghindari perhatian. Dengan Ni-ki yang tertidur di pelukan Sunoo, mereka melaju melewati jalan-jalan berliku di pegunungan, meninggalkan kota yang penuh dengan bahaya di belakang mereka.

Villa itu tersembunyi di antara pepohonan pinus yang tinggi, jauh dari pandangan siapa pun. Tempat itu sudah lama tidak dihuni, tetapi masih berdiri kokoh, memberikan kesan perlindungan dan kedamaian. Ketika mereka tiba, Tuan Han sudah menunggu di depan pintu, dengan senyuman hangat dan sikap ramah yang selalu mereka kenal.

“Heeseung, Jay, sudah lama sekali,” kata Tuan Han dengan suara yang tenang namun penuh kewibawaan. “Aku mendengar kalian punya masalah, dan aku senang bisa membantu.”

Heeseung mengangguk dengan rasa syukur. “Terima kasih, Tuan Han. Kami butuh tempat aman untuk Ni-ki. Kami akan menangani masalah ini di kota, tapi kami tidak bisa membawa Ni-ki ke dalam bahaya lagi.”

Tuan Han memandang Ni-ki yang masih tertidur dengan lembut. “Jangan khawatir. Aku akan menjaganya sebaik mungkin. Villa ini aman, dan aku akan memastikan tidak ada yang bisa menyentuhnya di sini.”

Setelah meletakkan Ni-ki di kamar yang nyaman, Heeseung dan saudara-saudaranya berdiskusi singkat dengan Tuan Han tentang situasi mereka. Pria tua itu, yang sudah banyak pengalaman dalam menghadapi berbagai masalah, memberikan beberapa saran berharga sebelum mereka berangkat kembali ke kota.

---

Kembali ke kota, suasana terasa berbeda. Mereka tahu bahwa ini adalah saatnya untuk bertindak. Heeseung dan saudara-saudaranya mulai menghubungi koneksi mereka, mengumpulkan informasi tentang siapa yang sebenarnya mengincar mereka dan kenapa.

Satu per satu, informasi mulai terungkap. Musuh yang mereka hadapi ternyata bukan sekadar kelompok kriminal biasa. Mereka adalah bagian dari organisasi besar yang memiliki kepentingan tersendiri terhadap Ni-ki. Namun, detail mengenai alasan di balik perburuan ini masih belum jelas.

Jay, yang selalu piawai dalam mengumpulkan informasi, akhirnya menemukan petunjuk penting. “Mereka mengincar Ni-ki karena ada sesuatu yang dia miliki, sesuatu yang tidak dia sadari. Ini bukan soal uang atau balas dendam. Ada sesuatu yang lebih besar di balik ini.”

Heeseung mengerutkan kening, mencoba memproses informasi itu. “Apa maksudmu? Apa yang bisa dimiliki oleh anak berusia lima tahun hingga membuat organisasi besar tertarik?”

Jay menggelengkan kepala. “Aku masih belum tahu pasti. Tapi sepertinya ini terkait dengan masa lalu keluarganya. Sesuatu yang disembunyikan atau dilupakan, tapi sekarang muncul kembali.”

Mendengar itu, Sunghoon yang sejak tadi diam berpikir keras berkata, “Kalau begitu, kita harus menemukan jawaban sebelum mereka. Kita tidak bisa membiarkan mereka mencapai Ni-ki.”

Heeseung setuju. “Kita akan mencari tahu lebih dalam. Tapi kita harus bergerak cepat. Mereka mungkin sudah menyadari bahwa kita tidak akan tinggal diam.”

Dengan tekad baru, mereka memulai penyelidikan mendalam tentang masa lalu keluarga Ni-ki, sambil mempersiapkan serangan balik terhadap organisasi yang mengincar mereka. Ini adalah pertempuran yang tidak hanya tentang kekuatan, tetapi juga tentang kecerdasan dan strategi.

Namun di tengah semua itu, satu hal tetap menjadi prioritas mereka: melindungi Ni-ki, anak kecil yang kini menjadi pusat dari segalanya. Heeseung dan saudara-saudaranya tahu bahwa mereka harus berhasil, karena kegagalan bukanlah pilihan.

Di dalam villa di pegunungan, Ni-ki akhirnya tidur nyenyak di bawah perlindungan Tuan Han, tidak menyadari bahwa di luar sana, saudara-saudaranya sedang berjuang untuk memastikan bahwa dia bisa terus hidup dengan aman. Mereka adalah perisai dan pedangnya, bersatu dalam ikatan yang lebih dari sekadar darah

The Mafia's Little Treasure (Enhypen) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang