Tubuh Lyn masih sedikit gemetar. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika tidak berhasil melewati portal. Mungkinkah mereka akan lenyap begitu saja? Membayangkan mati tanpa jasad, membuatnya begidik ngeri.
Kini, mereka bertiga ada di sebuah hutan. Pohon-pohon di sini sangat besar, seperti berusia ratusan atau ribuan tahun. Pohon itu menjulang hingga tidak bisa dilihat ujungnya. Mereka bertiga seperti seekor serangga di sini.
"Jadi, bagaimana selanjutnya, Kapten?"
"Kita harus mencari Prof. Lukas dan teman-teman."
"Anak kecil pun juga bisa menjawab seperti itu."
Lyn, mengembuskan napas—mencoba menenangkan diri agar tidak terprovokasi oleh berandal satu itu. Ia sebenarnya merasa sangat berterima kasih kepada Ben tadi saat mencoba menyelamatkannya. Seandainya saja laki-laki itu tidak membuka mulutnya. Maka Lyn mungkin saja bisa berkompromi dengannya.
"Kita sama-sama tidak tahu, lantas kau mau apa?"
"Cih, beginilah jika perempuan yang jadi ketua. Mereka tidak bisa berpikir dan mengambil keputusan."
"Kalau tidak terima, kenapa mulutmu diam saja saat aku ditunjuk sebagai ketua? Jika kau merasa lebih hebat dariku, coba katakan apa yang seharusnya kita lakukan?"
"Apa kau mencoba melempar tanggung jawab kepadaku, Nona?"
Lyn mencengkeram tangannya dengan kuat. Ia menahan diri untuk tidak mencabik-cabik Ben. Sejak pertama kali, laki-laki itu suka mencari perkara dan beradu mulut dengannya. Sebenarnya, apa masalah lelaki itu kepadanya?
"Sebenarnya apa masalahmu denganku?"
"Apanya?"
"Jangan pura-pura bodoh, Tuan Booston. Kenapa kau suka mencari gara-gara denganku?"
"Sepertinya Anda terlalu percaya diri, Nona Fletcher. Bukannya kau yang selalu mencari gara-gara denganku?"
Lyn naik darah mendengar perkataannya selalu dikembalikan oleh Ben. Laki-laki itu sepertinya tidak berniat menyelesaikan masalah mereka. Lyn yakin kalau laki-laki bermata emas itu memang berniat mencari gara-gara dengannya.
"Semoga saja ada monster yang mencabik-cabik mulutmu, Tuan Booston. Aku akan sangat berterima kasih kepadanya!"
"Kenapa kau tidak melakukannya sendiri, Nona Fletcher?" goda Ben. "Apa kau merasa tidak bisa mengalahkanku?"
Adu mulut antara Lyn dan Ben masih berlanjut hingga membuat Asaylan merasa jengkel. Kenapa ia harus terjebak dengan dua orang remaja konyol ini. Sama-sama tidak mau mengalah dan egois. Belum sempat Asaylan menegur mereka untuk berhenti berdebat dan fokus ke dalam misi, muncul angin sangat kencang. Terpaan angin itu hampir mengempaskan tubuh mereka bertiga.
Tidak lama kemudian, muncul hewan hitam bersayap dan bersisik tebal. Matanya berwarna kuning seperti reptil. Hewan itu berjalan melata seperti kadal sambil mengendus dan mengembuskan napas api. Mereka sungguh sial bertemu dengan raja monster di sini.
YOU ARE READING
Teresterial Dominion: The Land of The Capricornus
Fantasy[ZODIAC ACADEMY SERIES] "Maaf, Prof. Saya sangat terhormat bisa dipercaya bergabung dalam misi ini. Tetapi, saya tidak bisa satu tim dengan dia." "Hey, kau kira aku juga mau satu tim dengan gadis kaku sepertimu?" Karena sebuah ramalan tentang kelang...