1| Keindahan Malam

8 0 0
                                    


Di bawah langit malam yang penuh bintang, SMK 1 Jakarta merayakan acara pramuka tahunan mereka. Suasana di lapangan sekolah dipenuhi oleh tawa dan kegembiraan, dengan para siswa yang sibuk berlari dari satu stan ke stan lainnya. Panggung utama dihiasi dengan lampu-lampu berwarna-warni, dan suara musik mengalun lembut, menambah suasana yang meriah. Di tengah keramaian itu, Adrian Hart, seorang siswa kelas 2 yang tergolong biasa, mengamati sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu. Matanya tertuju pada seorang wanita di antara kerumunan—Larisa Moore.

Larisa Moore, dengan rambut panjangnya yang berkilau di bawah cahaya lampu pramuka dan senyumnya yang menawan, tampak memancarkan aura yang berbeda malam itu. Meskipun dia mengenakan seragam pramuka yang sama dengan yang lainnya, ada sesuatu tentang dirinya yang membuat Adrian tidak bisa mengalihkan pandangannya. Keberanian Adrian muncul, dan dia merasa harus mencoba berkenalan.

Adrian mendekati Larisa dengan hati-hati, berusaha mencari kesempatan yang tepat untuk berbicara. Namun, dia segera menyadari bahwa Larisa tampak menghindari perhatian pria-pria di sekelilingnya. Dia melihat Larisa menjauh dari kerumunan pria yang mencoba berkenalan dengannya, membuat Adrian merasa semakin tertantang.

Setelah beberapa saat, Adrian memberanikan diri untuk menyapanya. "Hai, aku Adrian," katanya dengan senyum ramah. "Boleh aku bergabung denganmu sebentar?"

Larisa memandang Adrian dengan tatapan skeptis, seolah-olah mencoba menilai niatnya. "Hmm, sebenarnya aku lebih suka sendiri," jawabnya singkat, berusaha tidak terlihat tertarik.

Adrian merasa sedikit kecewa, tetapi tekadnya tidak tergoyahkan. "Oh, aku mengerti. Tapi aku hanya ingin berkata bahwa kamu sangat cantik malam ini."

Larisa terkejut mendengar pujian itu. Dia jarang mendapatkan perhatian semacam itu dari pria, dan meskipun dia merasa sedikit tersipu, dia berusaha menjaga sikapnya. "Eh, terima kasih. Tapi aku tidak terlalu suka digombali seperti itu."

Mendengar jawabannya, Adrian merasa sedikit tertolak, tetapi dia tidak menyerah. Selama acara pramuka, dia terus melirik Larisa dari jauh, memperhatikan setiap gerak-geriknya. Larisa merasa semakin canggung, merasakan tatapan Adrian yang seakan tidak pernah lepas darinya. Setiap kali Larisa menoleh, dia melihat Adrian berdiri di kejauhan, tampak tidak bergerak.

Kenapa dia terus menatapku? Larisa bertanya-tanya dalam hati. Apa yang dia inginkan?

Setelah beberapa waktu, Larisa merasa lelah dan memutuskan untuk mencari tempat yang tenang untuk beristirahat. Dia berjalan menjauh dari kerumunan dan duduk di tangga sekolah, punggungnya bersandar pada dinding. Dia mencoba untuk mengalihkan pikirannya dari gangguan Adrian dan menenangkan diri. Namun, Adrian yang memperhatikan Larisa pergi tidak bisa menahan diri untuk tidak mengikuti.

Setelah beberapa menit, Adrian akhirnya menemukan Larisa duduk sendirian di tangga. Tanpa berpikir panjang, dia pergi membeli beberapa minuman dingin dan cemilan dari stan terdekat. Ketika Adrian kembali, dia membawa barang-barang itu dengan hati-hati, sambil berusaha tidak membuat Larisa merasa terganggu.

"Kamu tampak lelah," kata Adrian, mendekati Larisa dengan senyuman yang tulus. "Aku membelikanmu minuman dingin dan cemilan. Semoga ini bisa membantu."

Larisa terkejut dan mencoba menolak dengan sopan. "Oh, tidak usah. Aku benar-benar tidak butuh ini."

Adrian tersenyum, tetap memaksa dengan lembut. "Tidak, aku bersikeras. Ambil saja, aku sudah susah payah membelinya. Lagipula, kamu terlihat sangat kelelahan."

Larisa merasa terjepit antara rasa jengkel dan rasa terima kasih. Akhirnya, dia menerima minuman dan cemilan dari Adrian dengan rasa enggan, namun sedikit senang. Adrian kemudian memberi Larisa waktu untuk beristirahat dan pergi menjauh, memberikan ruang bagi Larisa untuk merenung.

Larisa duduk sendirian, mengamati Adrian yang menjauh, dan merasa campur aduk. Dia tidak bisa mengabaikan rasa senangnya, meskipun dia merasa malu mengakuinya. Minuman dingin dan cemilan yang diberikan Adrian terasa menyegarkan, dan meskipun Larisa ingin terus berpura-pura tidak peduli, dia tidak bisa menahan rasa hangat di dalam hatinya.

Kenapa dia begitu perhatian? Larisa bertanya-tanya lagi. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Dia sebenarnya merasa senang, tetapi malu untuk mengakuinya. Larisa menatap minuman dan cemilan yang ada di tangannya, merenungkan perasaannya yang baru saja muncul. Dia tidak pernah berpikir bahwa pertemuan ini akan meninggalkan kesan yang begitu mendalam baginya.

Di kejauhan, Adrian melihat Larisa duduk sendirian dengan minuman dan cemilan di tangannya, tampak lebih tenang daripada sebelumnya. Adrian merasa puas telah berhasil memberikan sedikit kebaikan pada Larisa, meskipun dia tahu bahwa perjalanannya baru saja dimulai. Dia berharap bahwa malam ini adalah awal dari sesuatu yang lebih baik.

I GOT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang