7| Undangan Tak Terduga

1 0 0
                                    

***

Happy Reading


Keesokan harinya, Adrian dan timnya kembali menunjukkan keunggulan mereka di lapangan. Dua pertandingan tambahan berhasil mereka menangkan, membawa mereka ke babak semifinal turnamen provinsi. Adrian, dengan ketajamannya dalam mencetak gol, terus menjadi sorotan dan andalan tim. Kemenangan demi kemenangan semakin mendekatkan mereka ke puncak kejuaraan, namun di tengah kesibukan ini, pikiran Adrian tak sepenuhnya terlepas dari Larisa.

Di sisi lain, di SMK 1 Jakarta, hari-hari Larisa berjalan seperti biasa. Pagi itu, dia tiba di sekolah dan langsung menuju kantin bersama teman-temannya, Glory dan Michel. Mereka berbicara ringan tentang hal-hal yang mereka sukai, dan sesekali, obrolan beralih ke pertandingan sepak bola yang diikuti oleh Adrian. Meski Larisa berusaha tak memikirkan Adrian, setiap kali nama Adrian disebut, ada perasaan yang menggelitik dalam dirinya-sebuah rasa yang tak bisa dia abaikan begitu saja.

Namun, suasana santai itu berubah ketika sosok yang tak asing mendekat ke arah mereka. Antony, pria yang baru kemarin memberinya kue mahal, muncul di hadapan mereka. Kali ini, Antony tidak membawa kue atau hadiah lain, namun tawarannya lebih dari sekadar benda fisik. "Larisa," panggilnya dengan senyuman yang tulus, "aku ingin mengajakmu keluar sore ini. Bagaimana kalau kita menonton film, makan, dan menikmati waktu bersama? Aku yakin itu akan menyenangkan."

Larisa tertegun. Dia baru saja mengenal Antony, dan ajakan ini terasa terlalu cepat. "Aku... aku tidak yakin, Antony. Kita baru saja bertemu, dan aku merasa ini terlalu mendadak," jawabnya dengan ragu.

Namun, sebelum Larisa bisa melanjutkan penolakannya, Glory dan Michel, yang selama ini mendukungnya dengan Adrian, kali ini berbalik mendukung Antony. "Ayo, Larisa," bujuk Glory. "Sesekali kamu perlu keluar dan mencari udara segar. Lagipula, Adrian bukan siapa-siapamu. Kamu tidak perlu merasa bersalah."

Michel menambahkan, "Iya, lagi pula Antony terlihat seperti orang baik. Apa salahnya mencoba? Kamu tak perlu berpikir terlalu jauh, ini hanya bersenang-senang."

Meskipun hatinya ragu, dorongan dari teman-temannya membuat Larisa berpikir ulang. Namun, dia tetap merasa tidak nyaman dengan gagasan pergi berdua saja dengan Antony. "Baiklah," akhirnya Larisa berkata, "tapi aku tidak ingin pergi sendiri. Bagaimana jika teman-temanku ikut juga?"

Antony, yang awalnya sedikit kecewa, dengan cepat menutupi perasaannya demi mengambil hati Larisa. Dia tersenyum dan menjawab dengan ramah, "Tentu saja, tidak masalah. Ayo kita pergi bersama-sama."

Mendengar jawaban itu, Glory dan Michel tersenyum lebar dan segera memeluk Larisa. "Kita akan bersenang-senang!" seru Glory, penuh semangat. Mereka berjanji untuk bertemu di satu tempat, namun Antony punya rencana lain. "Bagaimana kalau aku jemput kalian semua di rumah masing-masing?" tawar Antony. "Aku akan jemput kalian dengan mobil, jadi kita bisa pergi bersama dari sana."

Larisa awalnya menolak, merasa terlalu berlebihan jika Antony sampai harus menjemput mereka semua. Namun, Glory dan Michel kembali mendorongnya. "Tidak apa-apa, Larisa. Biarkan dia menjemput kita, itu akan lebih praktis. Lagipula, dia sudah menawarkan," kata Michel sambil tersenyum menggoda.

Akhirnya, Larisa setuju, meski sedikit enggan. Dia memberikan alamat rumahnya kepada Antony, yang kemudian dengan cepat mencatatnya. Larisa tinggal di sebuah kawasan perumahan yang nyaman di Jalan Cendana, Jakarta Selatan. Meski terkesan biasa, rumah Larisa adalah salah satu yang cukup mewah, mengingat ayahnya adalah seorang pengusaha sukses. Antony pun menatap alamat itu dengan antusias, bersemangat untuk mengesankan Larisa.

Malam harinya, Antony tiba di rumah Larisa dengan mobil besar dan mewah milik ayahnya, sebuah Mitsubishi Pajero hitam mengkilap. Larisa yang sudah siap di depan rumahnya tidak terlalu terkejut melihat mobil itu, mengingat latar belakang keluarganya yang serupa. Namun, ketika mobil itu tiba di rumah teman-temannya, Glory dan Michel, reaksi mereka sangat berbeda.

"Wow, mobilnya keren banget!" bisik Glory kepada Michel saat mereka melihat Pajero yang parkir di depan rumah. Keduanya tidak bisa menyembunyikan kekaguman mereka. Saat mereka masuk ke dalam mobil, Glory tak bisa menahan diri untuk tidak menggodai Larisa. "Larisa, kamu benar-benar beruntung. Antony ini tampaknya bukan orang sembarangan. Kenapa tidak kamu coba lebih dekat dengannya?"

Larisa hanya tersenyum tipis, berusaha mengabaikan komentar temannya. Di dalam hatinya, dia tahu bahwa dia tidak tertarik dengan Antony. Meski demikian, malam itu dia memutuskan untuk mengikuti arus, melihat ke mana hal ini akan membawanya. "Sudahlah, jangan dibahas lagi," jawab Larisa singkat, mencoba menghentikan pembicaraan yang mulai membuatnya merasa tidak nyaman.

Mereka kemudian meluncur ke tempat tujuan, dan malam itu Larisa, Glory, Michel, dan Antony menghabiskan waktu bersama. Sementara itu, di tempat yang jauh dari sana, Adrian berjuang keras di lapangan, dengan pikiran yang entah mengapa masih mengingat Larisa di sela-sela setiap pertandingan yang dia mainkan.

I GOT YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang