2🍬

2.9K 280 105
                                    

Enjoy ~

.

.

.

"BANGUN KALIAN SEMUA!!" Teriak seorang pria botak dengan tato ditangannya.

Anak-anak yang sedang tidur di balik sel, langsung terbangun dan duduk dengan menunduk takut.

Pria botak itu memperhatikan setiap anak yang ada disana.  Tatapan nya terhenti pada anak yang paling kecil di sana.

Berjalan mendekat kearah anak kecil tersebut dengan langkah cepat dan wajah memerah karena emosi.

Menarik rambut anak kecil yang masih asik tertidur itu dengan kasar. Tarikannya benar-benar kuat, mengangkatnya sehingga anak itu langsung terangkat dengan kaki bergelantung.

Menjatuhkan anak tersebut saat melihat matanya yang sudah terbuka dengan raut ketakutan.

Brukh

Suara benturan tubuh mungil itu begitu nyaring. Anak-anak yang ada disana semakin menunduk ketakutan. Badan mereka bahkan sampai bergetar.

"Hiks.. sakit~" isaknya. Menunduk dan mengelus kepalanya yang terasa berputar karena terbentur lantai dan bekas jambakan yang begitu kuat.

"JANGAN MANJA!! CEPAT SIAP-SIAP UNTUK MENGAMEN!!"

"Dan kau! Bersiaplah untuk hukumanmu!" Menunjuk kearah anak mungil yang masih terisak.

Mereka semua keluar meninggalkan anak mungil tersebut dengan pria botak yang masih berdiri di depan anak mungil itu.

'hiks.. Gummy takut~'

Pria itu mendudukkan dirinya, menatap lekat kearah anak mungil didepannya yang masih tetap menunduk dengan suara isakan lirihnya.

Pria itu menjambak rambut anak di depannya dengan kuat, sehingga anak itu terperanjat kaget dengan kepala yang langsung mendongak.

"Kau berani sekali ya~" kekehnya. Menampar nampar pipi yang pada dasarnya memang merah, sekarang menjadi semakin merah.

Pria itu memperhatikan wajah anak didepannya. Wajah anak ini begitu indah. Sebuah keberuntungan untuknya, yang menemukan anak ini dulu di tengah hutan sendirian.

"Wajah indah mu ini.. ini bisa menjadi keberuntungan untukku! Wajah ini bisa membuat orang terpesona dan memberimu banyak uang nanti~" menghapus lelehan demi lelehan air yang keluar dari mata anak mungil didepannya dengan kasar.

"Tenang saja~ aku tidak akan merusak wajah indahmu ini" mengelus pipi merah itu dengan tangan besar nan kasarnya.

"Buka bajumu!" Perintahnya. Berdiri dan berjalan keluar sel untuk mengambil cambuk untuk menghukum anak-anak yang tidak membawa uang ketika pulang.

Anak itu, Gummy. Dia merasa begitu takut sekarang. Dimana dia sekarang? Kenapa bisa ada di tempat menyeramkan ini? Siapa orang tadi? Orang itu lebih menakutkan di bandingkan dengan sang bibi.

"Kenapa kau belum membuka baju!?" Tanya pria tersebut. Tatapan nya menjadi semakin tajam, menarik paksa baju Gummy, sehingga baju yang dikenakan Gummy robek dengan lehernya yang tercetak warna merah karena tercekik. Kulitnya begitu putih dan sensitif, sehingga tekanan sedikit pun akan tercetak jelas pada kulitnya.

Ctar
Ctar
Ctar

Cambukan hanya berlangsung hingga sepuluh kali. Bagaimana pun, dia sedang mencambuk anak kecil, jika dia mencambuknya hingga puluhan ataupun belasan kali, anak-anak ini bisa mati.

Gummy hanya mampu menggigit bibirnya menahan rasa sakit yang amat di tubuhnya. Tangisannya tidak bisa keluar karena merasa begitu takut dengan orang didepannya ini.

"Bersiaplah untuk pergi mengamen!"

Gummy mengangguk kecil sebagai jawaban. Kenapa mereka begitu jahat kepadanya. Kenapa mereka begitu kejam.

Gummy berdiri dengan pelan menahan rasa perih di tubuhnya. "Baju?" Tanya Gummy pelan seperti berbisik.

Pria tersebut langsung melemparkan baju usang kepada Gummy "pakai!"

Gummy memakai nya dengan begitu pelan. Baju ini bergesekan dengan luka cambuk ditubuhnya. Rasanya begitu sakit dan perih. Menggigit bibirnya, tanpa sadar air matanya terjatuh karena tidak tahan dengan rasa sakit ditubuhnya.

"Sakit.. hiks.." isaknya. Mengusap matanya yang masih saja mengeluarkan butiran butiran air.

"CEPAT!" Teriak pria tersebut. Menarik rambut Gummy agar berjalan keluar menuju jalanan.

Gummy rasanya ingin berteriak meminta bantuan dan menangis keras. Rasanya begitu sakit, kepalanya seakan akan ingin pecah karena rasa pusing akibat tarikan yang begitu kuat dari rambutnya, apalagi dirinya berjalan mundur dan cepat untuk mengimbangi jalan pria jahat ini.

.

.

.

Berjalan tak tentu arah untuk meminta uang seperti dulu, yang selalu dirinya lakukan saat bersama sang bibi.

Dia bingung, dimana dia sekarang? Tempat ini, dia tidak tau, dia tidak mengenal tempat ini. Semuanya berbeda, tempat ngamennya dulu berbeda dengan yang sekarang.

"Bibi~ Gummy boleh minta uang?" Tanyanya pada seorang wanita paruh baya yang sedang duduk di bangku halte.

Wanita itu menunduk untuk melihat kearah Gummy yang sedang mengadahkan tangannya.

"Kau sangat indah~ dimana orang tuamu?" Mengelus rambut Gummy yang lepek. Memperhatikan wajah indah anak di depannya, seperti boneka, batinnya menerka.

Gummy menggeleng "tidak ada~" jawabnya jujur.

"Boleh minta?" Tanya Gummy sekali lagi.

Wanita itu mengangguk cepat. Membuka tasnya dan mengambil satu lembar uang 20.000 untuk dia berikan pada Gummy. Dia juga mengambil satu bungkus roti berukuran sedang, dan memberikannya pada Gummy yang tersenyum padanya.

"Makan yang banyak ya~" menepuk kepala Gummy dengan pelan.

"Telimakasih~" berlalu dari sana dengan jalan sedikit pincang.

.

.

.

Gummy tidak tau, entah mengapa dirinya merasa jika begitu banyak orang yang memperhatikannya sedari tadi.

Apakah karena jalannya yang pincang? Atau wajahnya yang kotor? Menunduk untuk melihat penampilannya. Ya, sekarang dia benar-benar terlihat begitu menyedihkan. Baju usang yang sudah robek, tidak memakai alas kaki, dan yang pasti, wajahnya yang kotor.

Semuanya salah. Yang dipikirkan oleh Gummy salah. Yang ada, sekarang semua orang sedang memperhatikannya karena dia yang begitu indah. Walaupun keadaan nya terlihat begitu menyedihkan, tapi itu tidak mengurangi kadar keindahan dari Gummy.

Gummy bagaikan boneka bayi yang hidup. Tubuhnya yang begitu mungil di usianya yang lima tahun. Surai hitam legam nya yang panjang. Wajah bulat dengan pipi bulat bagaikan bakpao, apalagi dengan rona merah menghiasi pipi itu. Bibir mungil yang berwarna merah dan mengkilap. Bulu matanya yang lentik menghiasi mata bulat nan berseri itu. Netra biru bagaikan salju membuat orang merasa terhipnotis oleh keindahan mata itu. Sungguh indah untuk dipandang.

Gummy menunduk takut. Semua orang terlihat begitu menyeramkan dimatanya. Saat dia tidak sengaja bertatap mata dengan salah satu dari mereka, mereka akan tersenyum aneh.

"Gummy takut~" lirih nya. Berjalan semakin cepat dengan keadaan badannya yang masih terasa begitu sakit. Dia ingin beristirahat untuk sementara.

"Ayah~ bunda~ Gummy Lindu.."

.

.

.

Lanjoottt or no?~

bubble gum Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang