***
"Mau sampai kapan kau menganggur seperti orang tidak berguna, Liu Yangyang?"
Malam dingin di pertengahan Januari, tepat hampir setahun setelah kelulusan Yangyang mengampu pendidikan di sebuah perguruan tinggi berbasis internasional yang ada di kota tetangga.
Makan malam hari itu seharusnya dipenuhi kehangatan, bukan malah sebaliknya, saat Ayah mengungkit-ungkit tentang Yangyang yang tidak kunjung mencari pekerjaan, selain mengurung diri di dalam kamar seperti keledai dungu.
Yangyang melirik masakan Bunda di atas meja. Makanan yang dibuat Bundanya sepenuh hati bahkan belum tersentuh, tetapi Ayahnya sudah tak sabar mengibarkan bendera peperangan. Padahal, Yangyang baru saja mendaratkan bokongnya di atas kursi berbahan kayu dengan bantalan empuk di atasnya.
"Ayah memiliki seorang teman, dia bekerja di perusahan bioteknologi, siapa tah—'
"Aku tidak berminat, Yah," potong Yangyang cepat, tetapi cukup membakar habis sumbu kesabaran sang kepala keluarga.
"Lalu apa gunanya ijazahmu itu, Yangyang?!" Suara Ayah naik satu oktaf saat menyebut namanya. "Kau pikir kami menyekolahkanmu tinggi-tinggi untuk melihatmu berubah menjadi dungu setiap harinya, begitu?!"
Cukup. Yangyang tidak kuat. Diletakkannya sendok berbahan stainless steel dengan sedikit membanting di atas meja. "Itu kan kemauan Ayah, bukan aku!"
"Berani sekali kau membalas perkataan Ayahmu, LIU YANGYANG!"
"Cukup, Wenxiao!" Bunda yang tidak tahan mencoba melerai, tetapi wanita itu terlalu lemah untuk melindungi anak-anaknya.
"Diam Xianyu! Aku berbicara pada Yangyang, bukan kau!"
Liu Xianyu tutup mulut seketika, matanya sudah berkaca-kaca menatap si bungsu di sebelah sang kakak. Sedangkan Yangyang dalam hati, sudah dapat menebak kemana jalan cerita ini akan berakhir. Bundanya mungkin akan datang ke kamarnya, memperlakukannya dengan lembut sebelum mengajaknya berbicara serius empat mata. Dalam kalimat-kalimat manis penuh rayuan, Bunda akan menyuruhnya mengalah. Mengalah, dan mengalah sampai Yangyang muak.
Tidak, akhirnya harus berbeda, pikir Yangyang satu tahun yang lalu.
Yangyang berdiri, dengan tatapan dipenuhi kabut amarah akan mimpinya yang runtuh. Dia memberanikan diri menatap sang Ayah. "Tidak ada yang menyuruhmu memasukkan keledai dungu ini ke dalam universitas bergengsi, Ayah."
"Tidak ada yang menyuruhmu meletakkan anak dungu ini ke jurusan teknologi sains."
"Dan tidak ada keledai dungu yang bisa lulus dalam waktu 3,5 tahun hanya karena impian bobrok orang tuanya!"
Plak!
"KAU MELEWATI BATASANMU, LIU YANGYANG!"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
UNDER THE HORIZON [KUNYANG]✔️
Fanfiction[SHORT STORY - MEDIUM PACE] Bagi Liu Yangyang, Qian Kun adalah idola dan inspirasi terbesarnya dalam dunia musik. Sedangkan bagi Qian Kun, dunianya sudah berakhir saat dia kehilangan indera pendengarannya. *** "No matter how close to the sun, let t...