Nothing Else Matters

38 6 0
                                    

Kedua mata itu menatap pria berseragam khas dokter yang tengah membaca sebuah laporan hasil pemeriksaan di tangannya dengan tatapan harap-harap cemas. Dia menggosok-gosokkan tangannya gugup saat sang dokter mengangkat kepala, memandangnya dan sang manajer secara bergantian.

Dokter bernamakan Jung Jaehyun itu menghela napas, dia meletakkan kertas berisi hasil pemeriksaan pasiennya di atas meja. Pria itu kemudian melepas kacamata yang membingkai wajahnya.

Tidak banyak ekspresi yang ditampilkan, membuat lelaki bersurai merah maroon itu kelabakan dalam menebak isi dari laporan kesehatannya tersebut.

"Bagaimana dengan hasilnya, Dokter Jung?." Kim Doyoung, sang manager bertanya tidak sabaran.

Si dokter berdehem pelan dan memundurkan tubuhnya untuk bersandar perlahan. Sedikit demi sedikit ekspresinya berubah menjadi terbebani, lidahnya terlalu kelu untuk bersuara dan menyampaikan isi dari laporan yang baru saja dia terima. "Saudara Qian Kun, kami meminta maaf tetapi sepertinya anda tidak akan bisa mendengar lagi untuk selamanya."

Senyuman getir terulas di wajah tampan Kun, seolah dia telah menebak apa hasilnya. Genggaman tangannya mengendur seiringan helaan napas kecewa. Tatapan mata sang musisi tampak kelam dipenuhi kesedihan.

Kun berdiri, dia membungkuk pelan. "Terimakasih Dokter Jung karena telah berusaha selama dua tahun terakhir ini, anda tidak perlu melakukan hal yang sia-sia lagi untuk saya. Saya pamit pergi terlebih dahulu." Setelahnya Kun berbalik, bergegas pergi meninggalkan ruangan tanpa mempedulikan Doyoung yang mungkin sudah berteriak-teriak.

Kun sempatkan menggunakan masker dan topinya sebelum keluar, dia tak ingin orang-orang mengetahui keberadaannya. Dengan langkah lunglai, kaki jenjangnya berjalan menyusuri koridor rumah sakit.

"Jaehyun, kau benar-benar tidak bisa membantunya lagi?" Doyoung menatap Jaehyun penuh tuntutan. "Katakan kalau kau berbohong."

Jaehyun menggeleng. "Tidak bisa karena syarafnya telah rusak, Kak." Dokter yang berusia setahun lebih muda dari manager Kun berucap lemah. Ini juga berat untuknua karena Kun sendiri adalah sahabat baiknya. Jaehyun merasa bersalah karena tidak bisa membantu banyak.

"Kurasa aku akan segera kehilangan pekerjaanku..." Doyoung bergumam lemah kemudian menatap Jaehyun lagi. "Kumohon, sekali lagi Jaehyun, kau tahu Kun dan musik adalah kesatuan. Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi padanya."

"Kak..." geram Jaehyun, pria itu mengacak surainya frustasi. "Aku tidak bisa, kecuali jika terjadi sebuah keajaiban."

Doyoung berdecak sebal, rasa kecewa dan sedih telah bercampur menjadi satu. Hatinya akan dirundung perasaan bersalah jika terus-menerus berada di satu ruang dengan Jaehyun dan berakhir menyalahkan lelaki tersebut. Jaehyun tidak pantas disalahkan, dia telah melakukan semampunya untuk membantu Kun sampai ceruk kehitaman terlihat di bawah matanya.

Doyoung berdiri dari duduknya, dia membungkuk dan mengucapkan terimakasih. "Terimakasih karena telah berusaha untuknya, beristirahatlah Jae, atau adikmu akan marah."

Jaehyun tersenyum tipis, dia berdiri dan turut membungkukkan tubuh sebagai tanda respek. "Terimakasih telah menjaga Kun."

Yang lebih tua tersenyum tipis kemudian segera keluar dari ruangan. Doyoung melangkah dengan langkah lebar-lebar, cepat-cepat pergi untuk menyusul Kun. Dia tak bisa membiarkan artisnya pergi seorang diri.

Ting!

QIAN KUN🐻
Aku sudah di parkiran
Diluar sangat panas
Tolong cepatlah

Sabar, aku tidak bisa berteleportasi:)

Read.

***

Kun menghembuskan napasnya lelah, dia menyandarkan tubuh pada body mobil dan sesekali kakinya menendang kerikil kecil yang berserakan. Bibirnya bergumam, bernyanyi pelan meski tidak bisa mendengar suaranya tersendiri.

UNDER THE HORIZON [KUNYANG]✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang