BAB 4

1.1K 56 0
                                    

BRUGG....

"Aduhhh.." Lintang terjungkal ke irigasi sawah. Dia melihat makanan yang ia bawa ternyata tidak jatuh.

"NIMAS!" Pandu yang tadinya mendengar suara pun melihat dari mana suara tersebut berasal. Dan dia melihat gadis kecilnya terjungkal di sana. Pandu melangkahkan kakinya untuk menghampiri Lintang dan meninggalkan Rindi.

"Siapa sih ganggu aja, huh." Rindi mengomel.

"Nimas, kamu ndak apa-apa?" Pandu bertanya pada Lintang dengan membantu Lintang untuk berdiri.

Sekarang celana lintang basah semua. Untungnya berwarna hitam, jadi bagian dalam tidak transparan.

"Siapa sih ganggu aja?" Rindi menyusul Pandu dan menatap Lintang.

Lintang yang ditatap pun merasa tertangkap basah telah mengintip kedua orang dewasa. Dia menatap Pandu dan Rindi bergantian.

"Aduh, maaf banget. Saya tadi mau ke sawah bapak saya, tapi salah jalan. Terus saya ndak ngelihat kalau ada irigasi disini. Jadi saya keblowok." Lintang meminta maaf dengan berlagak dramatis.

"Saya mau permisi dulu aja. Silahkan mbak sama masnya lanjut lagi." Lintang pamit.

"Nimas. Jangan pergi. Celana kamu basah." Pandu berteriak memanggil Lintang namun gadis itu melajukan langkahnya dengan cepat meninggalkan kedua insan tadi.

Rindi yang melihat itu pun mendekati Pandu dan mengelus lengan pria itu. Pandu menepis tangan Rindi.

"Minggir. Aku perintahkan padamu jangan pernah menyentuh ku sehelai pun. Aku diam selama ini bukan berarti aku menikmati perlakuanmu. Aku kira dengan diamnya diriku kamu paham tapi ternyata tidak." Pandu menunjuk Rindi dengan jari telunjuknya. Kemudian menyugar rambut tipisnya dengan menarik nafas dan melanjutkan perkataannya.

"Tolong jangan ganggu kehidupan ku. Carilah pasangan lain. Jangan diriku. Aku sudah memiliki seseorang yang akan menjadi calon istriku."

"Tapi Mas Pandu, aku suka sama kamu." Rindi berucap dengan histeris.

"Bedakan arti suka dengan nafsu, Rindi!"

Rindi mencelos. Dia terpatung dengan fakta yang diucapkan oleh Pandu. Rindi kembali ke gubuk dan merapikan makanannya lalu memasukkannya kedalam bakul dan pergi meninggalkan Pandu.

Pandu menghembuskan nafas kasar, merasa lega dengan kejadian barusan. Dia pergi meninggalkan sawahnya dan berjalan ke suatu tempat.

🌸🌸🌸

"Hah... Huftt..." Lintang menghentikan langkahnya dan menetralkan nafasnya yang ngos-ngosan.

"Nduk, kamu iki ngopo to kok kaya dikejar setan." Ibu Lintang yang bernama Bu Narmi melihat anaknya baru datang dengan keadaan seperti kesetanan pun bertanya.

Lintang menghirup udara. "Aku tadi habis ngeliat adegan dewasa di sawah buk." Lintang menjawab dengan duduk dibawah pohon.

"Omongane iku opo sih. Sing genah gitu loh." Bu Narmi mengomel dengan menghampiri putrinya sembari melihat celana anaknya yang basah. "Celanamu iku ngopo bisa basah gitu?"

"Ya ini kena azab abis liat orang adegan dewasa di sawah. Ahaha.." Lintang menjawab dengan asal.

"Bapak, ayo sarapan. Lintang udah bawain makanan nih." Ucap gadis itu dengan berteriak.

Pak Basuki menghentikan kegiatannya dan berjalan menghampiri kedua wanita yang dia cintai. "Anak perawan ku ternyata ke sawah juga." Ucap Pak Basuki.

NIMASKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang