Bagian 01

98 18 13
                                    


"Ampun nek.sakit..."

"Ampun!ampun nek.ampun..."

"Sakit,tolong berhenti.jangan pukul aku lagi.aku minta maaf,aku minta maaf,nek.aku minta maaf.."

Mawar seperti menulikan pendengarnya.wanita tua itu terus memukul cucunya dengan rotan tanpa ampun.ruang luas dengan cahaya remang-remang menjadi saksi bagaimana kejamnya Mawar menyiksa Luna,cucunya.

Suara teriakan kesakitan bersamaan dengan permohonan memenuhi ruangan remang-remang itu.tanpa ampun dan rasa kasihan sedikitpun,Mawar tanpa henti terus melayangkan rotan itu pada Luna.

Rotan yang masih baru itu terus menyentuh kulit putih Luna yang hanya dilapisi kaos oblong polos berwarna putih.bahkan,kaos yang tadinya bersih,kini mulai kotor oleh cairan merah yang keluar dari sana tanpa henti.saking kuatnya sang nenek memukulinya.

Punggung yang terasa sangat perih dan sakit,ditambah kaki yang berdarah dan melepuh.membuat Luna memejamkan matanya begitu erat dengan isakan kecil yang keluar dari bibir pucatnya.sungguh rasa sakitnya berkali-kali lipat,sangat menyiksa.

"Nek ampun.sakit....sakit,nek."Luna berucap begitu lirih dengan tatapan penuh permohonan.cairan bening berjatuhan membasahi wajah gadis 15 tahun itu.

Dengan tubuh bergetar hebat,gadis 15 tahun itu menyatukan kedua tangannya.dia sesenggukan.

Terdengar suara rintihan kecil dari gadis itu saat sang nenek kembali melayangkan rotan pada lengannya yang entah beberapa kali menerima pukulan.

"Ampun,nek.ampun!jangan pukul aku lagi,aku mohon,sakit..."

"Aku minta maaf...aku minta maaf,nek"Luna berucap cepat dan itu berhasil menghentikan aksi keji sang nenek padanya.

Melihat sang nenek yang menatapnya masih marah.dengan kasar Luna menjatuhkan dirinya didepan sang nenek.kedua tangan gadis malang itu tetap menyatu.

Dengan keadaan masih sesenggukan.Luna mendongak menatap sang nenek."A-aku minta maaf,nek.aku minta maaf.aku janji gak bakal bikin masalah lagi.ini yang terakhirnya.aku janji..."lirih Luna masih dalam kondisi sesenggukan."Aku janji..."

Tidak mempedulikan rasa sakit di sekujur tubuhnya.Luna terus memohon pada sang nenek yang masih diam didepannya.

"Kalau aku ngelakuin kesalahan lagi.nenek boleh ngusir aku dari ru-rumah."Ada rasa sesak didalam diri Luna saat mengatakan itu semua.ingin rasanya Ia mengatakan jika bukan Ia yang menjatuhkan mangkok itu.tapi apa boleh buat,meski pun Ia mengatakan yang sebenarnya,Mawar tak akan mempercayainya semudah itu.justru Mawar akan semakin marah padanya dan membencinya.

"Dasar anak pembawa sial!"pekik Mawar tertahan.lalu Ia membawa langkahnya dari sana.Mawar melenggang pergi begitu saja dari sana meninggalkan Luna yang kesakitan karena ulahnya.

Kini tinggal Luna seorang diri didalam ruangan kurang pencahayaan itu.rasa sakit semakin menyerangnya,perlahan-lahan Luna bangkit dari posisinya.satu tangan Luna memegang dinding yang ada didekatnya.Ia menjadikan dinding sebagai tempat tumpuan.

Dan tidak lama kepergian Mawar.pintu kembali terbuka.dengan cepat Luna melihat siapa yang membuka pintu.saat melihatnya,ada sedikit harapan yang terpancar diwajah Luna.

"kak Geby."Dengan langkah tertatih-tatih Luna membawa langkahnya menghampiri Geby—kakak pertamanya.kakaknya itu masih berdiri didepan pintu.

Saat sampai Luna menatap kakaknya itu beberapa saat.dengan senyuman kecil yang menghiasi wajahnya yang kian memucat.

"Ka_"

"Lemah!"Geby memotong ucapan dari Luna—adik bungsunya.Geby menatap adiknya itu dengan tatapan tak terbaca.

Luna Dan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang