Bab 10 Tahun Baru yang Menakjubkan

36 12 1
                                    

Hari ini adalah malam tahun baru. Senyum merekah di wajahnya. Malam tahun baru, malam untuk melupakan semua kekecewaan dan menyambut harapan baru.Raefal  mengajak Nadine lewat chat untuk melihat kembang api di taman

" Assalamualaikum Nad lu nanti malem sibuk gak? " tanya Raefal.

7 menit kemudian Nadine  melihat notifikasi chat dari Raefal lalu Nadine membalas chat Raefal.

" Waalaikumsalam gak juga sii fal. Kenapa emang nya fal?" jawab Nadine

" Gak.. Gue cuman mau ngajak lu ngeliat kembang api di taman nanti malam mau gak? " tanya Raefal

" Wahh iya gue mau ikut! " jawab Nadine

" Okee deh nanti malem gue jemput lu yaa kerumah sekalian izin sama mama lu."

" Okee sip " jawab Nadine.

Nadine pun beranjak dari tempat tidur, Ia bersemangat menyambut hari yang cerah ini. Ia merapikan tempat tidur kemudian mandi, berpakaian, dan keluar kamarnya untuk sarapan. Di meja makan, ibunya sudah menyiapkan sarapan untuknya.

"Selamat pagi, sayang," sapa ibunya, matanya berbinar.

"Hari ini malam tahun baru, apa rencanamu?" tanya ibu.

Nadine tersenyum. "Aku akan ke taman bersama Raefal, Bu. Dia mengajakku melihat kembang api."

Ibunya mengangguk.
"Baguslah. Hati-hati di jalan, ya."

" Iya bu" jawab Nadine

Nadine menghabiskan sarapan dengan cepat, Nadine menghela napas, aroma kopi dan roti panggang masih tercium samar di udara. Sarapannya, seperti biasanya, sederhana: sepiring sereal dan segelas susu. Namun, pagi ini terasa berbeda. Ada ketegangan yang tak terucapkan, sebuah beban yang terasa berat di dadanya.

Setelah menyingkirkan piring kotor, Nadine berjalan ke jendela. Matahari pagi bersinar terang, menerangi taman kecil di belakang rumahnya. Namun, sinar mentari itu tak mampu menembus kabut keraguan yang menyelimuti hatinya.

Hari ini, Nadine harus mengambil keputusan penting. Keputusan yang akan menentukan arah hidupnya. Dia telah merenungkan pilihannya selama berminggu-minggu, namun tak kunjung menemukan jawaban yang memuaskan.

Nadine menggigit bibir bawahnya, matanya tertuju pada secarik kertas yang tergeletak di meja. Itu adalah surat penerimaan dari SMA ternama di kota besar. Sebuah kesempatan emas untuk menjadi seorang siswa di Sekolah tersebut.

Namun, mimpinya itu berbenturan dengan kenyataan. Orang tuanya, yang telah bekerja keras untuk membesarkannya, menginginkan Nadine untuk bersekolah di SMA dekat rumahnya.
Nadine mencoba berbicara dengan orang tuanya.

" Bu Nadine mohon bu Nadine mau banget masuk ke SMA ternama di kota itu bu" ucap Nadine memohon kepada ibunya

" Nadine ibu bukannya tidak mengizinkan nadine sekolah di kota, tapi biaya ongkos dan uang jajan untuk mu ke sana aja udah berapa biaya nya sehari bisa 20 ribu ibu gak punya uang nak" jawab ibu Nadine

Nadine menghela napas lagi, rasa sesak di dadanya semakin kuat. Dia mencintai orang tuanya, dan tak ingin mengecewakan mereka. Tapi, dia juga tak ingin mengubur mimpinya sendiri.

"Apa yang harus kulakukan?" gumamnya lirih.

Nadine  sambil menatap langit biru, berharap mendapatkan petunjuk. Namun, langit hanya diam, tak memberikan jawaban.

Dia tahu, keputusan ini harus diambilnya sendiri. Tak ada yang bisa membantunya, selain dirinya sendiri.

Nadine menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya. Dia akan mengambil keputusan yang terbaik, keputusan yang akan membuatnya bahagia.

THE Best My Boy FRINDSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang