mpr

5 0 0
                                    

Kami pun memutuskan untuk mencari putra mahkota untuk meminta izin untuk keluar insatana supaya bisa belanja ke pasar untuk perlengkapan sekolah.

"Apakah kau tau dimana ruang kerja putra mahkota " tanya Andini pada shella.

"Ya saya tau putri mari kita pergi kesana" akhir nya aku dan sella pun pergi ketempat putra mahkota berada.

Kami menelusuri seluruh tempat hingga akhirnya kami sampai di depan pintu kerja putra mahkota yang di jaga oleh dua prajurit di depan pintu.

"Sedang apa kalian kesini " tanya salah satu prajurit pada kami.

"Kami ingin bertemu putra mahkota apakah beliau ada didalam" tanya dengan raut wajah datar.

"Ada silakan masuk" prajurit itu pun membukakan pintu dan akhirnya kami pun masuk.

Ceklek

Pintu ruangan terbuka menampakan sebuah ruangan yang tidak terlalu luas tapi nyaman di tempati karena setiap sudut ruangan terdapat taman hijau cendela kaca yang langsung menghubungkan ke taman belakang istana. Ruangan dengan warna pastel dengan opname khas eropa menambah kesan klasik namun enak di pandang di sana terdapat sofa berwarna coklat dengan meja bundar berlapis kaca dan bunga mawar di atas meja. Di sana terdapat dua meja kerja. Lemari untuk menaruh berkas dan beberapa rak buku berisi tentang buku sejarah kerajaan dan beberapa buku cerita lainnya.

Andini dan sella pun langsung memberi salam khas bangsawan kerajaan.

"Salam hormat mentari kerajaan semoga dewi cahaya memberkati" sela Andini membungkukkan badan sambil menyangnyilangkan kaki.

"Ya salam di Terima" ucap putra mahkota dengan wajah datar.

"Langsung saja kami ingin meminta izin untuk keluar dari istana karena kami tadi hendak keluar istana tapi kami tidak memiliki izin jadi di larang untuk keluar" uap Andini to the point tidak mau basa basi karena terlalu membuang waktu.

"Siapa yang tidak memperbolehkan kamu keluar" tanya putra mahkota sebelum memberikan izin untuk Andini.

"Itu perempuan paruh baya aku tidak tau siapa dia" ucap Andini yang tidak tau menahu siapa perempuan itu sebenarnya.

Putra mahkota hanya mengagukan kepala sebagai tanda jawaban atas perkataan Andini.

"Baiklah jika kamu ingin keluar silakan tapi kamu harus naik kereta kuda dan di kawal dua pengawal untuk keamanan apakah kamu bersedia? " tanya putra mahkota pada Andini.

"Ya aku bersedia terimakasih putra mahkota" ucap Andini smbil  tersenyum tipis.

"Ya sama sama"

"Baiklah kami pamit undur diri " ucap mereka sambil membungkuk hormat lalu mereka pun meninggalkan ruangan.

Setelah sampai di depan istana kami pun menaiki kereta kuda dan di kawal oleh kedua kesatria yang telah di siapkan oleh putra mahkota.

Kereta kuda berjalan meninggalkan gerbang istana di perjalanan kami sibuk melihat pemandangan yang, lumayan jarang kami lihat karena kami jarang keluar istana jadi, wajar saja jika kami lebih memperhatikan pemandangan daripada berbicara sesuatu yang tidak penting.

Setelah berjalan cukup lama akhirnya kami pun telah sampai di pasar yang lumayan ramai. Disana banyak berbagai macam penjual dengan, aneka ragam dagangan mulai dari pernak pernik, makanan dan lain sebagai nya.

Andini dan shella pun turun dari kereta kuda dan langsung berjalan menuju pasar.

"Wah ternyata lumayan ramai ya" ucap Andini dengan wajah berbinar.

"Benar putri tapi kan namanya juga pasar wajar dong kalau ramai" ucap sella.

"Iya juga ya" ucap Andini membenarkan ucapan sella.

Akhirnya mereka berjalan beriringan menuju ke sebuah toko pakaian untuk membeli seragam.

Apa saja yang akan Andini beli di sana selain seragam? Lalu tempat mana yang akan Andini kunjungi?.

𝕄𝕖𝕟𝕛𝕒𝕕𝕚 ℙ𝕦𝕥𝕣𝕚 ℝ𝕒𝕛𝕒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang