Bagian Satu

384 26 1
                                    

Pukul 4 pagi Al mengerjapkan matanya karena mendengar suara alarm dari ponselnya, Al meraba area sekitarnya untuk mencari dimana letak ponselnya yang ternyata tertindih di bawah pahanya, segera Al matikan alrmnya, setelah nyawanya terkumpul, Al berjalan menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan mengambil wudhu.

Sambil menunggu adzan subuh Al menyempatkan untuk solat tahajjud terlebih dahulu sambil mengeluarkan segala keresahan hatinya pada sang pencipta. Ya, Al memang termasuk gadis yang rajin ibadah, hingga puasa sunnah pun hampir tak pernah dilewatinya.

Al sudah siap dengan pakaian kerjanya, hanya tinggal memoles bibirnya saja, Al sudah siap untuk menghadapi hari ini yang ... ah sudahlah Al sudah malas memikirkan lagi tentang hal yang kemarin ia tangisi semalaman hingga tertidur dalam tangisnya.

*tok...tok...tok... ceklek*

Pintu terbuka menampilkan wajah ibunya sedang tersenyum manis kearah Al yang baru saja selesai merapikan penampilannya.

"Selamat ulang tahun Al, anak ibu yang akan selalu ibu anggap sebagai bayinya ibu" ucap Ratih sambil berjalan menghampiri Al lalu memeluknya dengan penuh kasih sayang. Tak kalah dengan sang ibu, Al pun membalas peluk sang ibu dengan penuh kasih sayang juga.

*tik...tik*

Tak terasa air mata Al menetes, segera Al mengusapnya dengan punggung tangannya.

"ah ibu, umur Al udah 27 tahun loh ini masa masih aja dianggep kaya bayi" protes Al untuk menutupi rasa harunya.

"nanti kalo kamu udah punya anak juga kamu bakal ngerasain apa yang ibu rasain" balas ratih sambil melepas pelukannya secara perlahan lalu beralih untuk menangkup wajah Al sambil menatap intens matanya.

"semoga kamu selalu Bahagia yah nak, jangan dengerin kata orang, dengan kamu jadi anak yang baik, shalehah, nurut sama ibu, itu udah sangat cukup buat ibu... ibu yakin suatu saat kamu pasti akan Bahagia sama seperti mereka" Seolah paham dengan keresahan hati sang anak  akhir-akhir ini, Ratih Kembali mendekap tubuh Al dengan penuh kasih sayang.

"makasi banyak ya bu udah berjuang susah payah ngurusin Al sendirian, ayah pasti bangga sama ibu"

"sama-sama nak, terimakasih juga kamu udah jadi anak yang baik ga neko-neko sering bantuin ibu juga..nanti sore selepas kamu pulang wawancara kita ziarah ke makam ayah yuk"

"ayo bu, nanti sekalian aku bawain bunga matahari buat ayah deh hehe..ohh iya buu doain Al yah hari ini ya, semoga ada rezeki Al disini"

"pasti ibu doain, semoga kamu selalu dikasih yang terbaik dari Allah ya nak yang penting jangan pernah tinggalin solat karna suatu saat nanti itu yang akan nolong kamu"

Sambil melepas peluknya,  Ratih mengecup kening Al dengan penuh rasa sayang

"udah gih selesaikan siap-siapnya, sebelum berangkat nanti sarapan dulu sama ibu yah, udah ibu gorengin telur dadar kesukaan kamu tuh...ibu lanjut siap-siap buat jualan dulu yah"

"siaaap bu makasih banyak yaah, maaf kali ini aku ga bantu ibu buat siap-siap jualan"

"ya gak apa-apa dong, udah saatnya kamu mikirin kebagahagiaan kamu sendiri, gausah khawatirin ibu yah" ucap ratih sambil menepuk kedua bahu Al kemuadian pergi Kembali melanjutkan kegiatannya.

"Yaa Allah sehatkan ibu, sayang banget aku sama dia"  monolog Al sambil tersenyum haru memperhatikan punggung sang ibu yang kian menjauh dari kamarnya dan kini sedang bersiap untuk berjualan nasi kuning di pasar dekat rumahnya.

-----

Kini Al sudah berada di dalam suatu Gedung perusahaan tempat dimana hari ini Al akan melamar pekerjaan karena pada 3 bulan yang lalu Al baru saja habis kontrak kerja dan perusahaan sebelumnya tidak bisa memperpanjang kontraknya, alhasil selama 3 bulan itu ia gunakan untuk membantu ibunya berjualan nasi kuning sambil mencari-cari pekerjaan pengganti.

Sampai Menutup MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang