Bagian Empat Belas

295 24 4
                                    

Chapter ini khusus untuk Lian, Biarkan Al istarahat dulu yaa kasian dia abis nangis  terus hihi selamat menyelami ceritaku teman-teman! <3


"pa..ma.." sebelum melanjutkan kalimatnya, Lian menarik nafas dalam sambil memejamkan matanya..perlahan ia beranikan diri untuk menatap Arya dan Bianca yang malam ini terlihat raut wajah kecewa pada dirinya.

"maaf hiks..Lian gak bisa jadi anak yang papa mama harapkan, kalian pasti kecewa setelah tau semua ini hiks"

"jadi benar buku-buku itu punya kamu?" tanya Arya

"i-iya pa hiks" lian Kembali menunduk sambil terus menangis.

"JADI INI YANG BIKIN KAMU JARANG KE GEREJA BEBERAPA TAHUN TERAKHIR INI? KAMU DIAM-DIAM UDAH BOHONGIN MAMA? HAH? JAWAB LIAN!!!" Bianca Kembali histeris mendengar pengakuan anaknya. Kejadian ini tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Lian adalah anak yang sangat penurut dan hampir tidak pernah membuat orang tuanya kecewa. Kejadian ini bagaikan mimpi buruk bagi Arya dan Bianca.

"maa hey jangan teriak-teriak ma..kamu mendingan ke kamar dulu yah tenangin diri kamu dulu, biar papa yang bicara berdua sama Lian dengan kepala dingin"

Arya mulai menuntun istrinya menuju kamarnya. Namun, baru saja 2 langkah, tubuh Bianca sudah ambruk. Untung saja arya yang ada disebelahnya sigap menolongnya.

Melihat mamanya terkulai lemas, secara spontan Lian langsung menghampiri Bianca untuk ikut membantu tapi saat Lian akan mulai menghampiri, Arya mencegahnya dengan tatapan tajamnya, Arya memberi isyarat pada Lian untuk duduk Kembali.

Pasrah. Akhirnya Lian Kembali ke tempat duduknya, air matanya semakin deras tak tega melihat kondisi mamanya seperti itu. Mamanya adalah manusia yang paling ia sayang, sedari kecil Lian selalu berusaha membuat mamanya Bahagia, ia akan mengusahakan apapun demi mamanya. Dulu Lian pernah berjaniji pada dirinya sendiri bahwa ia tidak akan sampai membuat mamanya mengeluarkan air mata setetespun kecuali air mata Bahagia. Tapi kini, semuanya berbanding terbalik. Justru Lian lah orang pertama yang membuat mamanya seterpuruk ini. Haruskah Lian mengurungkan niatnya?

Tak lama, akhirnya Arya Kembali, namun ia langsung berjalan kearah pintu untuk keluar. Lian hanya diam, ia masih belum berani bertanya pada papanya setelah tadi ia di beri tatapan tajam.

"kenapa diam? Ikut papa" seru Arya sambil terus berjalan kearah mobilnya.

Sesampainya di dalam mobil, hanya ketegangan yang Lian rasakan

"ki-kita mau kemana pa?"

"gausah banyak tanya"

Baiklah. Lian akan menikmati segala konsekuensi ini.

---

Sampailah mereka di satu taman kota. Keadaan taman terlihat sepi karena sudah larut malam, hanya ada beberapa orang yang berlalu Lalang. Arya pun turun dari mobil dan langsung duduk di bangku taman yang berhadapan langsung dengan gereja tua. Begitupun Lian, Sekarang ia sedang duduk di samping papanya di bangku yang sama. Pandangan mereka lurus kedepan kearah gereja.

Hening. Masing-masing dari mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing. Hingga pada akhirnya suara Arya yang pertama memecahkan keheningan itu.

"kamu lihat gereja itu Li?"

"i-iya pa"

"di gereja itu Li, dulu ada seorang anak kecil yang selalu antusias untuk mengikuti segala kegiatan yang ada di dalam situ. Saking betahnya dia ada di gereja itu dia sampai mengucapkan janji pada orang tuanya, katanya..nanti kalo aku sudah besar aku akan mengabdi disini, aku akan seperti opa menjadi pendeta yang menyenangkan. Sejak saat itu orang tuanya merasa jadi orang tua paling beruntung se-dunia karena merasa sudah berhasil mendidik anaknya untuk mencintai agamanya. Anak itu selalu jadi kebanggaan orang tuanya Li..dia sayaaang sekali dengan keluarganya, seingat orang tuanya anak itu gak pernah bikin kecewa..hmm pernah siih kayanya Cuma sekali waktu anak itu berantem sama kaka kelasnya sampe bonyok demi melindungi abangnya yang suka dipalak sama temannya hahaha kalo suatu saat nanti kamu punya anak yang kaya gitu kira-kira gimana Li?" tanya Arya sambil menghadapkan tubuhnya ke arah Lian.

Sampai Menutup MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang