Bagian Lima Belas

120 9 0
                                    

Source by pinterest

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Source by pinterest

"nak, nanti kalo kamu punya rumah, kalo bisa yang tamannya luas yah..biar nanti mama tanemin bunga-bungaan yang warnanya bagus-bagus..terus rumah kamu 1 lantai aja biar rumahnya lebih hangat karna semua kumpul di 1 lantai yang sama tapi selama kamu belum nikah kamu harus tinggal dirumah mama dulu biar mama ga kesepian, rumah mu biar diurus sama pa Dadang aja.."

20 menit sudah Lian membuang waktunya untuk memandangi rumahnya dengan tatapan sendu. Ia berdiri di depan rumahnya sambil menyandarkan tubuhnya ke body mobil. Sedari tadi suara mamanya saat memberikan masukan untuk pembangunan rumahnya terus berputar diotaknya, tak disangka rumah ini akan ia tempati dalam keadaan seperti ini, jauh dari prediksinya.

"hmmh sekarang rumahnya udah jadi ma, tapi aku pindah kesini tanpa ada kehadiran mama..padahal rumah ini udah sesuai sama keinginan mama banget" monolog Lian sambil tersenyum getir memandangi rumahnya yang belum sempat ia perlihatkan ke orang tuanya karna belum menemukan waktu yang pas.

Ya, Lian benar-benar membuktikan ucapannya, ia benar-benar pindah kerumahnya di hari itu juga dengan membawa Sebagian baju dan barang-barang penting lainnya yang bisa ia bawa di hari itu. Tak ada sesi salam perpisahan hangat untuk melepas kepindahan Lian dari rumah orang tuanya. Kalian pasti tau apa penyebabnya.

Sedangkan dilain tempat, Arya dan David masih menemani Bianca yang tadi sempat jatuh pingsan. Sebenarnya Arya tak tega melihat keadaan istrinya jadi seperti ini, tapi apa boleh buat semuanya sudah terjadi. Melihat kejadian memilukan tadi pagi membuatnya tidak bisa melakukan apapun, dengan terpaksa ia melepas kepergian putranya walaupun hati masih belum rela. Arya hanya menitipkan pesan pada Lian bahwa ..

"tenang, jangan khawatirkan mama mu..semua akan baik-baik saja, papa akan bantu kamu meluluhkan hati mama, ohya jangan lupa hari ini kamu harus berhasil mempertemukan papa dengan temanmu itu..nanti kita janjian aja di luar, atau dirumahmu juga bisa. Baik-baik disana ya nak maaf papa gak bisa nahan kamu disini, papa yakin kamu pasti ngerti"

Lian hanya menanggapinya dengan anggukan, ia tidak sanggup mengeluarkan kata-katanya lagi. Kemudian ia dekap tubuh papa kebanggaannya dengat erat seolah ingin menyalurkan rasa terimakasihnya pada Arya.

---

*ting*

Sebuah notifikasi pesan masuk ke ponselnya berhasil menyadarkan Lian dari lamunannya. Seketika senyum manisnya terbit saat tau siapa yang mengiriminya pesan. Belum sempat Lian membalas pesan itu, ponselnya sudah lebih dulu berdering menandakan ada panggilan telpon dari seseorang yang tadi mengiriminya pesan. Segera Lian mengangkat panggilan telpon itu.

"Hhh akhirnya..Lian kamu kemana aja sih? Chat saya dari tadi pagi ga ada yang di bales sama kamu, ini udah jam 11 siang loh, kenapa belum dateng ke kantor? Kamu sakit ya? Pasti gara-gara makan mie pedas punya saya kan kemarin malem? Kamu sih saya bilang juga ap—"

Sampai Menutup MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang