Bagian Delapan

260 14 0
                                    

"Assalamu –" Al mengerutkan keningnya saat tau siapa yang sedang bertamu kerumahnya.

"dih ngapain dia kesini?"

"Assalamu'alaikum" Ia mengulangi Kembali ucapan salamnya dengan nada yang dingin. Tanpa menengok sedikit pun pada orang yang sedang bertamu kerumahnya, ia langsung menghampiri ibunya yang juga berada di ruang tamu sambil menyimpan 2 kantung berisi makanan di sebelahnya. 

Ratih yang paham dengan apa yang anaknya itu pikirkan langsung merangkul Al dari samping lalu berbisik "ikhlaskan hatimu nak, ayo salam ke om Rudi, nanti ibu jelasin kenapa om Rudi kesini"

Al memejamkan matanya sejenak sambil mengambil nafas Panjang untuk mengontrol emosinya "ikhlas Al ikhlas" dengan membuka matanya perlahan ia beranikan diri untuk menghampiri om-nya yang sedang duduk di sebrangnya untuk salam.

Rudi menatap haru uluran tangan Al, dengan senang hati ia menerima uluran tangan dari keponakannya yang sudah belasan tahun tidak pernah ia jumpai. Ia pun mengangkat tangan kirinya untuk mengusap kepala Al, tapi baru saja tangan itu menyentuh kepala Al, dengan cepat Al menghindar lalu Kembali duduk di sebelah ibunya.

Hening. Hanya terdengar suara burung kenari milik tetangganya yang terus berkicauan. Ratih yang menyadari suasana canggung ini akhirnya membuka suara.

"Naak.." ucap Ratih sambil mengusap-usap punggung tangan Al. kepala Al terus menunduk sambil menebak-nebak apa yang sudah terjadi sehingga om-nya ini tiba-tiba datang kerumahnya.

"Om Rudi datang kesini mau kasih tau kabar tentang Bapak mu" sontak Al langsung menoleh sebentar ke arah ibunya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun ia segera mengambil barang bawaannya lalu ia pergi ke kamarnya.

"Maaf ya Rud, saya mau bujuk Al dulu"

"iya mba, kalo ga mau jangan dipaksa"

Ratih mengangguk lalu segera menghampiri anaknya.

*tok tok tok*

"Al..boleh ibu masuk nak?"

"aku gak mau denger kabar apa-apa lagi tentang bapak bu" jawab Al sedikit berteriak tanpa membuka pintunya.

"Al ibu mohon..boleh ya ibu masuk?" Al tidak tega kalo ibunya sudah memohon seperti itu.

*ceklek*

Akhirnya Al membuka pintunya. Ratih langsung menarik tangan Al untuk duduk di pinggir Kasur. Kini mereka sudah duduk berhadapan.

"Naak" ucap Ratih sambil mengelus kedua bahu anaknya. Sedangkan Al masih betah dengan diamnya.

"ibu paham apa yang kamu rasakan selama ini nak, karena itu ibu juga gak bisa memaksa kamu untuk bertemu dengan bapakmu..tapi nak, seminggu terakhir ini kondisinya sangat memprihatinkan..bapakmu sakit stroke dia sekarang udah ga bisa ngapa-ngapain, anak istrinya juga pergi bawa semua harta bapakmu, sekarang dia tinggal dirumah om Rudi..kata om Rudi selama bapak mu sakit dia cuma bisa melamun panggil-panggil nama kamu..dan om Rudi kesini niatnya mau jemput kamu supaya mau ketemu sama bapak"

"ck giliran kondisinya kaya sekarang aja dia baru mau ketemu aku. Dulu dia kemana aja bu? Disaat dia lagi jaya jayanya dia malah pilih ninggalin ibu dan nikah lagi sama tu nenek lampir.. apalagi om Rudi sama orang tuanya malah ikut-ikutan nyembunyiin pernikahan bapak dari kita..kita disini menderita karena mereka bu hiks..belum lagi dulu dia suka pukulin ibu di depan aku bu..aku benci dia buuu hiks aku gamau ketemu dia hiks..hiks anggep aja sekarang dia lagi metik buah yang udah dia tanam di masa lalu bu hiks..hiks" Melihat anaknya menangis tersedu, Ratih pun tak kuasa menahan tangisnya. Ia rengkuh tubuh Al, ia usap-usap punggungnya untuk menenangkannya.

Sampai Menutup MataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang