Seven Sisterhood : 4

293 40 1
                                    

--☆--

Beberapa chef dan pelayan sibuk berkutat di dapur, membuat sarapan untuk pemilik rumah dan para pegawai lain. Dari jejeran 3 pintu kamar di lantai 2, Resa keluar dari kamar paling ujung, pelan-pelan menuruni tangga.

Di meja makan, kelima saudarinya duduk berjajar berhadapan dengan 1 kursi tunggal di isi oleh yang tertua. Resa berpura-pura merapikan dasi, ia melewati sarapan bersama seperti biasa lalu menuju dapur meminta bekal.

"Terima kasih," ucap Resa, setelah menerima bekal dan botol minum yang di serahkan oleh pelayan. Di keluarkan nya sweater dari tas untuk memberi ruang kosong agar bekal nya bisa masuk.

Ketika perlahan Resa beradaptasi dengan rasa perih di punggung dan ngilu atas lebam di tangan yang belum sepenuhnya pulih, ia mencoba kembali memakai sweater. Beberapa rintihan nyeri terdengar oleh Tari yang datang dari belakang untuk meminta hal yang sama kepada pelayan sebelum berangkat kuliah. Kedua tangan bertumpu di bar granit dapur sembari sudut mata nya diam-diam memperhatikan.

"Aku duluan, Kak," pamit Resa, selesai melewati rintangan menahan perih lukanya.

Tari hanya mengangguk mempersilahkan. Segera Resa berbalik untuk pergi dan dari arah berlawanan 3 saudarinya berjalan menuju dapur untuk meminta hal yang sama pula. Tidak terjadi kontak mata selama papasan itu, Resa hanya menunduk enggan.

Saat mata Tari mengikuti langkah Resa yang semakin di telan jarak, Cello muncul di pandangan membuatnya tersadar, "puji tuhan, aku gak ngerasain hukuman dari mama. Semua berkat sayangku Kak Mentari, makasih yaaa Kakakkk."

Di antara nya, seorang gadis mendengus. Menyadari tatapan Tari yang agaknya teralihkan karena kemunculan Cello. Si gadis menoleh sekilas ke arah pintu utama dimana Resa pergi.

Tari hanya tersenyum saat Cello memeluknya lalu mengelus pelan lengan adik bungsu nya.

"Mama kenapa sih marahin si Resa di lantai 1, aku kan jadi kurang tidur," keluh Sastia sebelum menguap kecil dan menyandarkan kepala nya pada bahu Askiya.

💮

Lima menit berjalan di jam istirahat. Tempat duduk di taman sekolah di tempati oleh Resa dan teman lintas kelas nya. Gadis dengan rambut cepol asal tengah hikmat melamun menatapi air mancur sembari menyedot kotak susu fullcream yang ia beli bersama Resa di koperasi sekolah.

"Resa, bayangin gue jadi ikan cupang, masih lo temenin gak? Pelihara gue kek, gitu." tanya gadis bername tag Dita tiba-tiba.

Teman si gadis hanya teringat dengan soal ujian mata pelajaran biologi tadi pagi. Fotocopy bagian-bagian tubuh ikan hias itu membuat nya tertarik untuk sesaat.

Resa lalu menoleh memberi tatapan aneh. "Mabok ni anak."

"Yaelah, masih mau di temenin enggak gue nya kalau berubah jadi entitas ikan cupang?" Dita bertanya sekali lagi agak meninggikan suaranya-masih sambil melamun.

"Ya kenapa? Lo manusia apaan jadi ikan cupang gue tanya, emang ada ikan cupang nyesep susu fullcream?" Kepala Resa menggeleng keheranan.

Kesal tak diberi jawaban, Dita membuyarkan lamunan nya. "Lo ngerti perumpamaan gak si ya ampun girl."

"Gak enak tau kalau jadi ikan cupang, nanti lo bisanya makan pakan doang. Daging lo juga gak bakal cukup kalau di jadiin lauk pauk."

"Lebih gak enak jadi Resaswari Wirasanu sih," balas Dita hampir terkekeh.

Memang sudah biasa Resa menceritakan keluh kesah nya bahkan rahasia nya sebagai anak yang di adopsi keluarga salah satu donatur sekolah. Tentu tidak sebagian besar. Yang Dita tahu hanya kesulitan Resa berbaur bersama keluarga nya yang baru, bahkan sudah bertahun-tahun lamanya upaya Resa belum memberikan hasil.

Seven Sisterhood | BABYMONSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang