08. Perjodohan

216 25 5
                                    

°
°
°
°
°
°
[ BAGIAN DELAPAN ]

Siang ini mungkin menjadi siang terberat untuk Diana. Ia siang ini bertemu dengan Galih di jam makan siang. Mereka bertemu disebuah Cafe dekat kampus Diana. Pada kali ini Diana bertemu dengan Galih dengan perasaan marah.

"Jadi kamu sudah tau duluan, Mas? Bahkan kamu sudah tau dari saat kita bertemu di club pada malam itu. Kenapa kamu tega." Ucap Diana sambil menunduk dengan menahan air mata yang sedikit lagi akan jatuh membasahi pipi merah merona nya.

"Saya tidak bisa menolak permintaan orang tua saya, Di. Maafkan saya" hanya itu yang bisa Galih sampaikan kepada Diana.

"Semalam saya hanya diam dan tidak ada perlawanan sedikitpun, itu bukan berarti saya menerima perjodohan ini ya, Mas." Diana tak kuasa menahan air matanya yang kini sudah jatuh membasahi pipi nya.

Flashback On

Semalam...

"Jadi maksud kedatangan kami kesini, ingin membicarakan lebih dalam tentang perjodohan Galih dan Diana yang sudah lama tertunda. Kami berdua sudah bicarakan hal ini dengan Galih dan dia setuju, tinggal menunggu pernyataan dari Diana saja." Ucap Pak Wijaya dengan tenang. Semua Kakak dari Diana hanya bisa diam dan memandang adik bungsunya yang sedari tadi hanya menunduk, mereka sangat tau perasaan Diana saat mendengar perkataan dari Pak Wijaya.

"Kalau dari pihak Keluarga kami semuanya sudah setuju, karena sepertinya Anak bungsu kami memang sudah siap untuk menjadi seorang istri." Perkataan dari Jendral Rahandika kali ini berhasil membuat Diana yang tadinya hanya menunduk kini menaikkan kepalanya dengan wajah yang melas. Semua orang memandang Diana, sedangkan Diana hanya memandang Ambar, Sang ibu.

"Ibu, tolong Diana sekarang. Diana mohon..."

Diana dan Galih sedari tadi sama sama menunduk dan tidak banyak bicara, keduanya hanya bisa pasrah. Beberapa kali Galih melirik Diana yang sedang menunduk dengan perasaan yang tidak karuan. Galih sudah tahu tentang perjodohan ini sedari ia masih di Jogja, dirinya mengiyakan dan menyetujui perjodohan ini karena beberapa alasan, salah satunya adalah Galih yang sudah lama menyimpan perasaan kepada Diana, ia menahan itu semua selama bertahun tahun tanpa ada orang lain yang tau sampai pada akhirnya ia pindah ke Jogja, Galih tetap mempertahankan itu semua lalu menjaga hati dan perasaannya hanya untuk Diana seorang. Galih merasa perjodohan ini adalah momen yang tepat untuk ia mengutarakan perasaannya selama ini.

Sementara Diana... ia sangat marah dengan semua ini, kenapa perjodohan ini dilakukan tanpa adanya persetujuan dari dirinya dan kenapa bisa disaat saat seperti ini Diana tiba tiba menjadi orang yang lemah, pesimis, tidak ada perlawanan dari dirinya. Dikta? Tentu saja Diana memikirkan Dikta. Diana merasa kemungkinan untuk dirinya bisa bersama dengan Dikta semakin kecil, terlebih lagi dirinya melihat dengan mata kepalanya sendiri kejadian di cafe seminggu yang lalu, dimana ia melihat Dikta menggandeng wanita lain. Hal itu membuat Diana menjadi pasrah akan perjodohan ini.

Flashback Of.

"Maafkan saya, Di. Saya tau betul perasaan kamu saat ini, tapi tolong terima saya. Kali ini saja..." ucap Galih dengan suaranya yang pelan.

Tidak ada balasan dari Diana. Diana pergi meninggalkan Galih begitu saja. Dirinya keluar dari cafe itu dengan perasaan yang bercampur aduk dari mulai marah, kesal, sedih.

***

Malam ini Diana tidak keluar sama sekali dari kamar tidurnya, ia masih bingung dan marah dengan semua ini. Diana terus terusan kepikiran dengan semua perkataan Galih yang ingin diterima oleh dirinya. "Jadi selama ini perasaan mu masih sama, Mas? Saya pikir sudah hilang."

Saat Diana sedang merenung tiba tiba saja Ambar, Ibu Diana. Masuk menemui anak bungsunya dan melihat wajah yang terlihat sangat lelah dan banyak beban dalam diri Diana, membuat Ambar iba dan mencoba berinteraksi dengan Diana.

"Nduk... sudah dong bersedih nya. Ibu tidak ingin melihat anak ibu yang cantik ini terus terusan sedih." Ucap Ambar yang berada di pinggir kasur sembari mengelus tangan Diana.

"Ibu... kenapa bisa semua ini dilakukan tanpa adanya persetujuan dari Dian, Bu? Dian belum siap dengan semuanya." Balas Diana dengan pelan.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Diana, Ambar menghela nafas panjang seolah olah pertanyaan yang di lontarkan anak nya adalah pertanyaan yang sulit dijawab.

"Diana... diumur kamu yang sekarang, itu sudah cukup untuk menikah. Kalau kamu bertanya kenapa harus Galih yang dijodohkan dengan kamu, itu karena kalian sudah saling dekat, Nduk. Bapak mu dan ayah dari Galih juga sudah saling dekat bahkan bersahabat. Ibu pun awalnya tidak setuju dengan semua ini, Ibu ingin anak ibu bisa bebas memilih laki laki pilihannya, namun entah kenapa setiap bapak mu yang bicara membuat ibu nurut begitu saja. Ibu minta maaf, Di."

Diana hanya menunduk dan diam setelah mendengar perkataan dari Ambar. Diana menahan semua tangisan dan amarahnya didepan Sang Ibu.

"Kalau alasannya karena Bapak dan Om Wijaya sudah bersahabat dari dulu. Pak Baskhara kan juga sudah kenal kita dari dulu, Bu. Aku dan Mas Hardi juga lumayan dekat. Kenapa harus Mas Galih, Bu?" Diana tetap mempertanyakan kenapa harus Galih yang dijodohkan dengan dirinya. Diana merasa belum puas mendengar semua pernyataan dari Ibu nya tadi.

Ambar yang mendengar Diana menanyakan hal itu hanya bisa tersenyum. Ambar pergi begitu saja tanpa menjawab pertanyaan dari Diana.

***

TerimaKasih sudah membaca😉
Jangan lupa VOTE ya teman teman.

Account Instagram Author : @/mcfluraallery

Saluran wa jika ingin bergabung : https://whatsapp.com/channel/0029VakIpvP002T2wBh7sF35

Diana Et Son Amour [ ENDING ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang