Bab 2 [Dia gay?]

31 4 0
                                    

Di sini lah Devano berada, gerbang sekolah. Menatap sekolah elite itu dengan seksama, Devano berdecak kagum. Sesuai dengan sekolah elite yang ia bayangkan.

Melangkahkan kakinya masuk ke dalam kawasan elite tersebut, dan menuju ke arah ruang kepala sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Melangkahkan kakinya masuk ke dalam kawasan elite tersebut, dan menuju ke arah ruang kepala sekolah. Banyak siswa-siswi yang membicarakannya, namun Devano tidak mengubrisnya, ia tetap berjalan dengan tatapan datarnya, khas seorang Kavero.

Sampai di ruang kepsek, ia langsung masuk setelah mengetuk pintu dan mendapatkan izin dari pemilik ruangan.

"Permisi, pak" ucap Devano.

"Iya. Kamu Devano kan? " tanya kepsek dan dijawab dengan anggukan kepala oleh Devano.

"Baiklah, kamu saya tempatkan di kelas XII IPS 1. Mari, saya antarkan ke kelasnya" kata kepsek.

Mereka melangkah keluar menuju kelas XII IPS 1. Saat Sudah sampai, kepala sekolah mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Maaf, mengganggu waktunya sebentar. Bisa kita berbicara, pak Andra? " kata kepsek.

Pak Andra yang sedang mengajar pun mengangguk dan berjalan ke arah kepala sekolah.

"Ada apa pak? " kata pak Andra.

"Ini, pak Andra. Dia, Devano Atmajaya. Murid pindahan dari London. Anak dari tuan Bryan Atmajaya" jelas kepala sekolah.

"Jadi tolong bimbing dia ya pak?. Kalau begitu saya permisi dulu, " pamit kepsek.

Pak Andra menggangguk, dan tersenyum. Kemudian, menatap Devano yang masih mempertahankan wajah datarnya.

"Mari, masuk, "

"Hmm."

Pak Andra berjalan lebih dulu, lalu disusul oleh Devano.

"Perhatian anak-anak. Hari ini kalian kedatangan teman baru dari London. Perkenalkan diri kamu" kata pak Andra.

"Perkenalkan, gue Devano Atmajaya. kalian bisa panggil gue Devano not Vano" kata Devano masih dengan wajah datarnya.

Murid yang ada di kelas memekik tertahan. Apakah ada pemuda yang tampan dan cantik secara bersamaan? Ini sungguh membuat mereka terpesona, baik siswi maupun siswa.

"Baiklah, Devano. Kamu boleh duduk di bangku yang kosong" ucap pak Andra.

"Terimakasih, " Devano melangkahkan kakinya menuju bangku kosong yang berada di dekat jendela, tepatnya bangku ke 4 dari barisan pertama.

Mengeluarkan buku pelajarannya, dan mulai mendengarkan apa yang pak Andra jelaskan di depan.

***

Tak terasa, bel istirahat telah berbunyi, pertanda waktunya untuk semua murid mengisi perut mereka. Begitupun dengan Devano. Saat tiba di kantin, ia mengedarkan pandangannya, semua meja kantin sudah terisi penuh, hanya ada satu meja tersisa di sana, itupun hanya tinggal 1 bangku kosong. Namun yang menjadi fokus Vano adalah, orang-orang yang berada di meja tersebut, itu mereka, para tokoh utama novel ini. Mungkin hari ini adalah hari keberuntungan untuk Devano.

Transmigrasi ke dunia novel [BXB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang